Veeyan tampak berjalan seorang diri menyusuri setiap lorong kantor pusat ayahnya yang pastinya tak dapat diragukan lagi luasnya.
Dan berpasang mata tak terhindarkan lagi untuk menatap sosoknya penuh gemas yang tengah melangkah dengan wajah polosnya yang begitu menggemaskan namun sayangnya wajah dingin dan juteknya selalu saja hadir menemani.“Ya Ampun...mas Veeyan kok makin imut aja sih”
“wah...aku juga mau lo punya anak kayak mas Veeyan yang imut-imut gemesin gitu”
“Mas Veeyan kelas berapa sih sekarang?"
“kayaknya kelas 1 SMA deh”
“tapi masih kayak anak kecil ya wajahnya”
dan hanya bisik-bisiklah yang teralun tanpa adanya sapaan yang teralun, sebab mereka tak pernah punya nyali untuk menyapa sang anak bossnya yang selalu menampakkan wajah tak bersahabatnya, ya mereka takutlah kalau sapaan merka hanya dianggap angin lewat tanpa jawab oleh si Veeyan.
‘Apaan sih! Kayak anak kecil gimana coba?’batin Veeyan menggerutu sebal, namun dengan tiba-tiba ayunan langkah kakinya berhenti disusul dengan kernyitan heran yang hadir dikeningnya.
“Oh, bukankah itu om Davin?”gumamnya setelah sepasang purnama birunya menangkap sosok salah seorang omnya yang begitu ia hafal, dan sosok pemilik punggung lebar dibadan yang tinggi tegap itulah yang telah mengundang heran padanya.
“Om Davin!!”teriakan kerasnya memanggila sosok sang om sulungnya tealh mengundang banyak mata untuk menatap kearahnya, tak terkecuali sosok yang dipanggilnya.
Sang om sulungnya dengan wajah yang tingkat kemiripan dengan ayahnya cukup tinggi dan berbadan tinggi tegap.‘Oh sial! Bukankah itu Vee? Kenapa coba aku menoleh? Benar-benar refleks yang bagus tapi membawa masalah, hancur sudah rencanaku dengan bang Ivan’dan gumaman batin sang om sulung yang merupakan menyandang nama Davinder Kim sejak lahir telah dengan mulusnya telah menyapa telinga Veeyan.
“Eoh, rencana dengan ayah?”gumam Veeyan terheran.
“Om Davin!!”panggil Veeyan untuk kedua kalinya telah mengundang cengiran aneh sang om.
“Oh, hai keponakan om Davin yang paling manis”sapa Davin dengan mati-matian menyembunyikan rasa gugupnya.
“Kok om ada disini sih?”tanya Veeyan to the poin.
'Tuh kan! Ni keponakanku yang paling teliti pasti akan nanyain itu, matilah kau Davin’batin Davin.
“Kan emang om udah kerja kali Vee, dan yang masih kuliahkan om Gaevin”jawab Davin meski dengan mati-matian menyembunyikan kegugupannya dihadapan keponakannya yang teliti terhadap tingkah lawan bicaranya.
“Oh...”gumam Veeyan dengan kepalanya yang mengangguk-angguk kecil.
“Tapi apa maksud om rencana dengan ayah?”baru saja Davin bisa bernafas lega karena menganggap keponakannya mampu ia alihkan perhatiannya, namun kelegaan itu hanya hadir dalam sekejap sebelum tanya keponakannya teralun semakin membuatnya terasa ingin tersedak air liurnya.
“Kok kamu gak sekolah sih dek?”dan akhirnya Davin pun mendapat topik yang cukup pantas untuk mengalihkan perhatian keponakannya tersebut yang masihlah memasang wajah datarnya namun terkesan mulai mengeluarkan sisi tengilnya dihapannya.
“Aku bolos”jawab singkat dan tenang Veeyan.
“Kok bolos sih? Emangnya ayahmu gak marah?” tanya Davin dengan keterkejutan yang benar-benar hadir sebab yang ia tahu Veeyan adalah anak yang rajin dan disiplin masalah sekolah, sakit kalau sebelum benar-benar tumbang ia tidak akan izin begitupun dengan sang ayah Veeyan yang tak lain adalah abangnya sendiri yang sangat disiplin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Father And Son(HIATUS)
FanfictionIvander Kim dan Raeveeyan Ivander Kim sepasang anak dan ayah yang memegang erat prinsip "meskipun hanya kau didunia aku tak apa". Perginya dengan tanpa kata sang bidadarilah yang membuat mereka tak menoleh sedikitpun pada sekitar, hanya orang terdek...