Karipan

1K 61 9
                                        

Beberapa hari telah berlalu, dan tak ada lagi Veeyan yang berbaring diranjang rawat sebab tepat sore kemarin ia telah diperbolehkan pulang oleh dokter.

Namun hingga matahari yang telah tinggi merangkaki langit, rumah besar ayah tetaplah tampak sepi hanya tampak si mbok yang tengah berkutat dengan berbagai bahan makanan didapur.

"Rumah rasanya kembali hidup setelah Bapak dan si Aden pulang," gumam si mbok bersama seulas senyum lembutnya.

Srek! Srek! Srek!

Dan tak lama suara gesekan sandal beradu dengan lantai terdengar yang spontan menolehkan kepala si mbok untuk melihat siapakah sosok penimbul suara tersebut, dan tertangkap dipenghilatan simbok sosok sang tuan besar dengan wajah kusutnya khas bangun tidur tak tertinggal piyama yang masihlah menlekat ditubuh tinggi tersebut.

"Pagi, Mbok," sapa ayah dengan suara seraknya. "Pagi, Pak," jawab si mbok menatap ayah yang tengah meneguk segelas air putih hingga tandas.

"Tumben to Bapak jam segini belum rapi?" tanya si mbok saat menyadari akan penampilan ayah setelah melirik ayah yang tengah duduk termenung di kursi dapur tengah mengumpulkan keasadaran yang masihlah berserakan.

"Setelah shloat subuh ketiduran lagi gara-gara tadi malam agak begadang karena si Bintang maksa ngajak nonton film horror," jawab ayah yang sesekali tampak masih menguap.

"Wah ...si Aden udah gak takut yang kayak gituan ya, Pak?" tanya si mbok yang cukup takjub akan ucapan ayah.

"Gak takut apanya Mbok? Ujung-ujungnya Ayahnya juga yang dipaksa nemenin," jawab ayah menyangkal.

"Kayaknya tanganku memar deh dicubitin sama si Bintang," gumam ayah dengan kini mengusap-usap lengan kananya yang terasa nyeri.

"Ya itulah yang namanya orang tua, pak." Seulas senyum hadir diwajah baya si mbok.

"Bintang mana Mbok? Kok tumben gak ada suaranya, biasanya kan jam segini udah ribut minta air hangat?" heran ayah saat tak mendapati suara putra tersayangnya, padahal biasanya jika sudah jam segini suara si tuan muda Kim tersebut telah memenuhi rumah dengan segala keributannya yang terutama tibut minta air hangat.

Sebab satu fakta Veeyan dipagi hari adalah ia yang sangat takut dengan air dingin ia lebih memilih tidak usah mandi jika tanpa air hangat.

Dulu saat ia masih menduduki bangku SMP dan itu benar-benar terjadi karena si mbok yang berangkat pagi sekali ke pasar dan ayah yang lagi menjenguk Gaevin yang tiba-tiba aja sakit, eh ...tahu-tahunya si Veeyan berangkat sekolah tanpa mandi.

"Aduh ...itu lo, Pak ...si Aden belum bangun. Padahal saya dan Le Fahri sudah bangunin dia, tapi ya itu ndak bangun-bangun," jawab si mbok dengan logat jawanya yang masihlah kentara.

"Ya Allah ...Bintang, gimana coba nanti kalau dia terlambat ke sekolah," gumam ayah yang seketika berdiri dari duduknya.

"Kayaknya si Aden karipan to, Pak." "Karipan itu apa, Mbok?" Seketika kedua kaki ayah berhenti melangkah saat kata-kata asing dari bahasa daerah si mbok yang baru didengarnya.

"Anu ...bangunnya kesiangan gitulah, Pak." Anggukan kepala ayah tampak setelah mendengar penjelasan si mbok.

"Bahasa Jawa itu beragam ya Mbok? Satu arti tapi bahasanya banyak, jadi ingin bisa Bahasa Jawa aku, Mbok," ucap ayah.

"Wah ...saya sedia lo jadi guru dadakane Bapak, tapi kalau Bapak mau lo," jawab si mbok dengan seulas senyum candanya yang seketika mengundang seulas senyum dibibir ayah.

"Kalau saya mau aja lah , Mbok." "Yaudah saya mau bangunin Bintang dulu, Mbok." Selah berpamit kedua kaki ayah langsung berlalu meninggalkan dapur.

"Duh Gusti ...beruntunge aku dapet pekerjaan dikeluarga macam Bapak ini, wes ganteng tenan, enom, ramah, dan baik lagi si Aden yang gemesin rasanya pengen gigit si Aden sangkeng(read:terlalu) gemese," gumam si mbok menetap sosok ayah yang faktanya tak lagi mampu tertangkap oleh retina matanya.


TBC

Udah segitu dulu aja ya

lainnya nanti nyusul.

dan aku nunggu banget koment kalian tentang pertanyaanku di chap sebelum ini, chap berapa udah lupa hehehe

jangan lupa tinggalin jejak ya cingudeul.

gomawo

aku menantikan vote, koment kalian jangan hanya jadi silent reader/ reader bayangan.

Father And Son(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang