Hubungan Tanpa Ikatan

859 58 2
                                    

"Tapi Ibu bersyukur sekali bisa bertemu denganmu, Nak ...denganmu Ibu bisa merasakan rasanya menjadi seorang ibu, Ibu sangat menyayangimu, Nak ...jadi maaf ya kalau Ibu udah bikin kamu kecewa," tutur Bu Santi dengan lembut menarik badan Veeyan kedalam pelukannya.

"Gak ...Ibu gak salah! Tapi Veeyan yang salah udah berburuk sangka kepada Bu Santi, kepada sosok yang selama ini udah saya anggap Bundaku sendiri," jawab Veeyan membalas memeluk Bu Santi.

"Maafin Veeyan ya, Bu ...' pinta Veeyan yang semakin erat memeluk Bu Santi.

"Gak ada yang perlu dimaafkan, soalnya Ibu udah maafin kamu jauh-jauh hari, dan ...makasih ya, Nak udah menganggap Ibu pengganti Bunda yang selama ini tak kau tau," jawab Bu Santi balas memeluk erat Veeyan dan mengelus punggungnya yang bergetar.

"Udah dong cup ...jangan nangis lagi ..." pinta Bu Santi melepaskan pelukannya dan mengusap lelehan airmata yang membasahi pipi chubbi Veeyan.

"Veeyan hanya tidak ingin Ibu yang selama ini saya hormati menjadi sosok yang sama dengan wanita yang telah membuat Ayah harus berjuang seorang diri demi saya, Bu ...dan Veeyan juga gak mau orang sebaik Om Ry hareus bernasib sama dengan Ayah, kalau bisa Veeyan berharap cukup aku dan Ayah saja yang mearsakan ini meski aku tau kalau diluar sana banyak yang bernasib sepertiku dan Ayah atau malah lebih parah dariku dan Ayah," curah Veeyan panjang lebar tetap dengan airmatanya yang mengalir tak mengindahkan akan pinta Bu Santi dan tangan Bu Santi yang tetap berusaha mengeringkan lelehan airmata tersebut.

Dan dari kejauhan tampak tiga sahabat Veeyan yang menyaksikannya dari awal dari tempat persembunyian mereka meski faktanya tak mampu dipungkiri jika pipi mereka telah sama-sama basah oleh lelehan iarmata.

"Udah dong putra Ibu ...jangan nangis terus, nanti sembab lo matanya terus airmatanya kering gimana? Gak ada stock lagi lo," pinta Bu Santi lembut tetap dengan tangan yang juga bosan mengusap airmata Veeyan.

"Sekarang Veeyan makan bekal Ibu, mau Ibu suapin?" tanya Bu Santi yang dengan samar mendapatkan anggukan pelan dari Veeyan namun itu saja telah berhasil membuahkan seulas senyum manis dan lembut Bu Santi.

"Jadi begini ya rasanya punya seorang Bunda? Selama ini hanya Ayah, Ayah dan Ayah yang ku tau," batin Veeyan yang tanpa sadar airmatanya kembali meleleh turun.

"Lo, kok nangis lagi sih, Nak? Makanan Ibu gak enak ya? Atau kepedesan?" tanya Bu Santi beruntum dengan kecemasan yang tampak hadir.

"Ya Allah ...Ibu lupa kalau kamu punya typus, maafin Ibu ya, Nak? Gak usah dimakan lagi ya? Ibu beliin kamu makanan di kantin!" lanjut Bu Santi dengan kecemasan yang semakin hadir namun kepala Veeyan menggeleng menjawabnya.

"Terima kasih ya, Bu ...telah memberikan kesempatan Veeyan untuk merasakan rasanya punya Bunda." Kini seulas senyum hadir dikedua sudut bibir tipis Veeyan dengan sepasang purnama birunya yang menatap lembut kearah sosok guru rupawan dihadapannya.

"Dan terima kasih juga ya, Nak ...telah memberi kesemapatan Ibu merasakan menjadi seorang Ibu." Seulas senyum manis pun turut hadir dikedua belah bibir ranum Bu Santi, tubuh Veeyan kembali masuk kedalam pelukan hangatnya.

"Bu ...Veeyan mau disuapi lagi." Dan kini rengekan Veeyanlah yang terdengar.

"Ayok kita ke kantin dulu!" ajak Bu Santi namun Veeyan malah menggeleng dengan gerakan manjanya.

"Veeyan maunya makanan Ibu," jawab Veeyan dengan merengek manja.

""Tapi inikan pedas sayang ..." bujuk Bu Santi.

"Gak apa-apa kok, Bu." Jawab Veeyan bersikeras.

"Boleh ya, Bu ..." pinta Veeyan mengeluarkan wajah memelasnya.

"Hah ...baiklah, tapi jangan salahkan Ibu kalau typusmu kambuh dan kau terkena marah Ayahmu," ucap Bu Santi.

"Gak akan kambuh jadi gak akan kena marah," jawab Veeyan yakin.

Dan berakhirlah bekal Bu Santi yang habis memasuki perut Veeyan dan semuanya Bu Santilah yang menyuapinya, dan tanggapan ketiga sahabatnya adalah memutar kedua bola mata mereka mendapati sifat namja Veeyan yang kambuh.


TBC


Maaf ya Baru up, abis macet wifi di pondok jadi ya udah deh semuanya jadi juga macet. gak pernah liat udah berapa pembacanya tau-tau udah nambah banyak aja.

Father And Son(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang