Dimarahin

985 37 9
                                    

“Eh, Veeyan udah sehat, Nak?” Dan tanpa sengaja mereka berpapasan dengan Bu Santi yang seketika menyapa sosok murid tersayangnya tersebut bersama seulas senyum lembutnya,
Namun siapa yang menyangka jika respon yang Bu Santi dapatkan sungguh diluar dugaan, yaitu wajah angkuh dan dingin Veeyan lah yang didapatnya tak terlupa tatapan tajam dari sepasang mata cantik Veeyan pun juga tampak.
Setelah kejadian tempo hari telah benar-benar melunturkan kepercayaan Veeyan terhadap sosok guru ayu dihadapannya tersebut, hingga membuatnya merasa bahwa keramahan Bu Santi hanyalah sandiwara belaka.
“Anda bisa lihat sendiri kan? Jadi gak usah sok manis dihadapan saya.” Tak mampu ditahan lagi kata-kata dingin dan tajam dari mulut Veeyan, akhirnya meluncur juga menghantam gendang telinga empat orang disekeliling Veeyan.
“Anak ini kenapa?” batin Bu Santi heran akan perubahan sikap sosok Veeyan terhadapnya.
“Ya Allah ...Si Raevee.” Itu adalah batin shock ketiga sahabat Veeyan.
“Raevee!” teriak Anthony spontan saat mendapati Veeyan yang tanpa kata langsung melangkah pergi dengan wajah dingin angkuhnya.
“Maafkan Raevee ya, Bu,” pinta Johan dengan yak enak hati.
“Ya gak apa-apa kok,. Tapi kalau boleh tau kenapa dia tiba-tiba begitu?” jawab Bu Santi.
“Mungkin hatinya belum sepenuhnya enak, Bu. Biasalah baru sembuh,” jawab Johan meski terdengar tak yakin.
“Mungkin Ibu juga yang salah,” ucap Bu Santi. “Ya udah, Ibu ke kantor dulu ya?” pamit Bu Santi yang hanya mendapat anggukan dari ketiga anak didiknya tersebut.
“Raevee ...tu anak bener-bener ...” gumam Rico.
“Tu anak udah keterlaluan,” gumam Anthony, namun kaki Johanlah yang berlalu dengan langkah lebar meninggalkan Anthony dan Rico yang hanya menatapnya sebelum memilih menyusulnya.
Ok, Veeyan kamu harus siap-siap deh dapat amukan dari temenmu yang bermata belo itu deh sayaaaang ....

“Raevee!!” Belum apa-apa panggilan tajam Johan telah terdengar begitu saja menyapa Veeyan yang tengah duduk anteng dikelas.
“Sikapmu tadi apaan coba sih, Raev? Buruk banget tau gak sih?!” Yang pertama kali mengomeli Veeyan adalah Rico.
“Kamu tau sifatmu tadi itu sangat buruk, Raev!” lanjut Rico tetap mengomel namun yang dia omeli hanya duduk manis menatap depan seakan didepan sana sedang ada guru yang tengah menerangkan materi tapi faktanya ini belum jam masuk lo.
“Kita tau kalau kamu gak suka! Tapi seenggaknya yang sopan dong sama Bu Santi, Raev! Dia itu lebih tua darimu Reav, dia itu orang tuamu di sekolah dan lebih dia itu guru yang udah ngasih kamu ilmu selama ini, ingat itu!” Akhirnya wejangan dari seorang Anthony meluncur juga macam petasan betawi saat acara nikahan. Ya ...memang inilah Anthony yang tenang tapi dia itu juga akan bawel macam emak-emak kalau udah kumat.
“Aku gak mau tau! Pokoknya nanti kamu harus minta maaf sama Bu Santi!” sahut Rico berucap dengan mutlak.
Dan dimanakah Johan? Dia hanya diam memperhatikan Veeyan dengan tatapan lesernya tapi yang ditatap santai aja gak peka gitu deh.
“Kalian itu apa-apaan sih?!” Gondok juga yang dirasa Veyan saat Anthony dan Rico seakan memojokkannya, menyalahkannya dan tak membelanya.
Gimana mau membela jika kamu yang salah Raeveeyan sayang ...? ketiga sahabatmu itu meskipun sangat menyayangimu tapi mereka tidaklah dibutakan oleh kasih sayang, jika kamu salah maka mereka akan menegur juga.
“Loe tu yang apa-apaan, Raevee!” Akhirnya suara yang disimpan Johan keluar saat sebel juga dia menghadapi kekeraskepalaan sahabat unyunya itu.
“Gwe gak salah,” ucap Veeyan santai bersama nada juteknya mencoba menyembunyikan kegugupannya akan suara tajam Johan yang jarang sekali ia dapati, sering-sering yang didapatnya adalah Johan yang slengekan.
“Raeveeyan!!” Dan ...
Booom! Kemarahan Johan meledak ia keluarkan dengan bentakan tajamnya yang seketika membuat Veeyan terperenjat kaget, berbeda dengan Rico dan Anthony yang sudah tahu jika itu akan terjadi jika telinga Veeyan tebal untuk dinasehati, sudah tampak dari wajah Johan yang sejak tadi mengeras.
“Gwe gak mau tau!! entah loe ngerasa salah apa gak?! Pokoknya loe harus minta maaf!” lanjut Johan mutlak setelah ia menghela nafasnya mencoba meredam emosinya yang masih meledak-ledak.
“Raev, kamu itu paling kecil diantara kita bertiga jadi selain sahabat kita udah nganggep kamu adek kita ...kamu tau sendirikan kita bertiga gak ada yang punya adik,” sahut Anthony dengan sabar.
Ya ...inilah mereaka yang akan saling melengkapi jika menghadapi seorang Raeveeyan Ivander tengah dalam mode bebal, jika satunya sudah tersuslut emosi, dan satunya berperan kayak emak-emak tapi yang sering peran itu diambil oleh Rico, maka satunya lagi harus jadi pihak yang sabar dan bisa nenangin keadaan, kalau yang awal dan akhir  itu lebih sering diambil antara kalau tidak Johan ya Anthony.
Pokoknya Johan, Anthony, Dan Rico itu sifatnya sebelas dua belaslah. Ada sableng, slengekan, agak konyol mungkin? Dan terkhir kalau sudah emosi bakal nyeremin kayak abang gondoruwo.
“Oke, maafin aku,” ucap Veeyan akhirnya.
“Kata loe itu loe berikan untuk Bu Santi bukan kita bertiga!” sahut Johan dengan kaki yang melenggang menuju bangkunya.
“Hah ...kalau udah emosi bakal lama deh redanya,” batin serempak Rico dan Anthony menatap Johan yang sudah duduk tenang dibangkunya.


TBC
Sekaranh udah aku benerin part nya.
Maaf ya kalau awalnya ceritanya
Partnya salah.

Father And Son(HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang