[SUDAH DITERBITKAN OLEH AMB PUBLISHER]
[Tersedia di shopee @dennaasmara, website ambpublisher.com dan ebook di playstore]
#ProjectCelebrity-01
"Cerita ini telah diikutsertakan dalam kompetisi ODWC menyambut anniversarry AMB Publisher tahun kedua."
H...
"Al, hari ini kita pemotretan sampai sore. Sekitar dua puluh satu baju yang bakalan lo pake buat pemotretan hari ini."
Pria yang dipanggil Al itu hanya bergumam untuk membalas ucapan Gara—sahabat sekaligus manajer-nya.
"Dengerin gue gak? Ck." Gara berdecak sebal.
"Iya."
"Jangan ngerokok dulu."
Alarick memutar bola matanya malas lalu mengembalikan sebatang rokok yang baru saja ia selipkan di antara bibirnya ke kotaknya lagi. Pria itu menatap Gara dengan malas. "Cerewet," cibirnya.
Gara tersenyum lebar penuh kebodohan. Ia menepuk bahu Alarick . "Nanti perias dateng. Itu perias baru. Jadi jangan lo marahin."
Alarick menjawab ucapan Gara dengan gumaman lagi. Ia mengalihkan tatapannya pada ponselnya. Memainkan apapun yang ada di ponselnya. Membuka satu persatu game yang ter-instal di ponselnya dengan bosan.
Hidupnya sangat monoton. Makan-pemotretan-tidur. Selalu seperti itu. Dulu saat keluarganya masih utuh—ada Ayah, Ibu dan Adik perempuannya—Alarick dengan senang hati melakukan profesi ini karena ini yang ia impikan sejak kecil—menjadi model.
Namun setelah satu persatu orang yang ia sayangi meninggalkannya, Alarick rasa ia tidak punya alasan untuk melanjutkan apa yang sedang ia kerjakan. Ya, kecuali Gara yang selalu mengingatkannya pada kontrak yang tertulis diatas kertas yang dibubuhkan materai 6000 ketika Alarick lagi-lagi ingin mengakhiri semuanya.
Dua tahun yang lalu adalah masa-masa paling menyeramkan dalam hidupnya. Satu tahun ia hidup sendirian. Dua tahun paling mencekam yang membuat Alarick merasa jika dunia menolak kehadirannya.
Mungkin untuk tahun-tahun berikutnya ia harus segera mencari mataha—
"Mas?"
Alarick menoleh saat suara itu menyentaknya ke dunia nyata. Ia menatap seorang perempuan yang mengenakan kemeja yang balas menatapnya dengan kikuk.
"Maaf, Mas. Kaget ya?" Perempuan itu meringis. "Saya MUA, Mas. Mas ini yang mau di rias, 'kan?"
Alarick menatap perempuan itu tanpa berkedip. Didetik pertama ia menyadari jika mata hazel itu menguncinya, disitu pula jantungnya langsung berdebar. Hell, ada apa ini?
"Mas?" Perempuan itu memiringkan kepalanya saat Alarick tak menjawab pertanyaannya dan malah menatapnya tanpa kedip, membuat perempuan itu seketika kikuk karena ditatap oleh model papan atas seperti Alarick Bale.
"Kamu ... MUA?"
Perempuan itu mengerjapkan matanya lalu mengangguk pelan dengan penuh kebingungan.
"Mau nggak makan malam sama saya?"
***
[ Sambil menunggu cerita ini terbit, saya mu repost cerita ini ya. Semoga tidak bosan🤗 ]
Say halo dulu sama Alarick yuhuu👋🏻
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ya ampun anak capa sih nih kok ganteng bgt😭😭
Seperti yang udah aku cantumin di sinopsis, cerita ini diikut sertakan dalam challenge menulis 100 hari dalam rangka menyambut anniversary 2th AMB_publisheryeayyy🤟🏻🤟🏻🤟🏻
⚠️UPDATE TERJADWAL⚠️
Mohon bantuannya ya mentemen. Vote dan komen cerita ini.
Dan,
Mari ngebucin bersama melalui 'Closer To You' ❤️🤟🏻
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Update : 13 September 2019 Repost : 25 Januari 2020