DUSK TILL DAWN - BAB 30

4.6K 602 54
                                    

Bab 30| Fajar hingga Senja♪: Dean Lewis - Be Alright▶▷◁◀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 30| Fajar hingga Senja
♪: Dean Lewis - Be Alright
▶▷◁◀

(Namakamu) menangis disamping ranjang Iqbaal. Sampai saat ini, suaminya itu belum juga sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter.

Jarum jam yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 6 sore, dan ia sudah menangis selama kurang lebih lima jam tanpa henti dan tanpa beranjak sedikitpun dari kursi yang ditempatnya—disamping ranjang Iqbaal.

Ia meletakkan kepalanya pada lengan atas Iqbaal, sebelahan tangannya menggenggam jemari kekar itu sambil mengelusnya dengan ibu jarinya.

“(namakamu), kau harus makan. Sedari tadi kau belum makan apapun, dan berhentilah menangis, kasihan bayi kalian jika kau terus menangis sayang” ucap Ruth menyentuh pundak (namakamu).

(Namakamu) menghentikan tangisnya. Ia mengelap air matanya dengan punggung tangannya lalu mendongak menatap Ruth dengan sisa-sisa air mata di matanya.

“Iqbaal baik-baik saja 'kan bu? Aku sungguh tidak ingin kehilangan dirinya. Aku membutuhkannya, aku mencintainya” ucap (namakamu) getir dan Ruth membawanya ke dalam pelukan hangat.

“Iya, Iqbaal baik-baik saja. Dia juga sangat mencintaimu, tidak mungkin dia meninggalkanmu. Ayo, sekarang kau makan dulu, kalian butuh makan yang cukup. Ashley akan datang dengan Salsha setengah jam lagi” Ruth menuntun (namakamu) menuju sofa.

“Dan jangan lupa minum vitaminmu setelah makan” lanjut Ruth dan dijawab dengan anggukan lemah oleh (namakamu).

Gadis cantik itu mulai memasukkan makanan ke mulutnya dengan gerakan lamban. Makanannya terasa hambar di lidahnya, tapi tetap ia makan karena bayinya membutuhkan asupan darinya.

Setelah menghabiskan satu porsi makan, ia meraih gelas air dan vitamin yang disodorkan Ruth lalu meminumnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi (namakamu)? Mengapa kalian bisa mengalami hal mengerikan seperti ini?” tanya Ruth pelan menyentuh lengan atas (namakamu) pelan. (Namakamu) menatap ibu mertuanya dengan sendu lalu menjawab dengan getir.

“Ceritanya panjang sekali, bu. Aku tidak ingin mengingatnya apalagi menceritakannya, maafkan aku” (namakamu) refleks menunduk menutup matanya dan kedua telinganya ketakutan. Kali ini ia benar-benar trauma dengan apa yang terjadi. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Penggalan-penggalan kejadian tempo hari dan beberapa jam yang lalu berputar-putar di kepala (namakamu). Suara desingan peluru yang saling bersahutan, jeritan kesakitan, darah—mengalir dari tubuh—yang berceceran dan yang terakhir ia melihat Iqbaal-nya terkena luka tusuk hingga belum sadarkan diri hingga saat ini.

Dusk Till Dawn | Iqbaal Dhiafakhri Series (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang