Apa yang sulit didunia ini?
Menjaga.
Ya, yang sulit itu menjaga. Mulai dari menjaga perasaan, menjaga sesuatu agar tak hilang dan yang lebih sulit adalah menjaga istri yang kelewat cantik. Punya istri yang cantiknya diatas rata-rata adalah sebuah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Extra Bab (1) : When I First Meet You ♪: Austin Mahone - All I Ever Need ▶▷◁◀
Iqbaal and (namakamu) before marriage, One year ago..
Gadis cantik yang memakai hotpants abu-abu dan kaos kebesaran itu mengusap dahinya yang penuh peluh. Ia masih tetap pada posisi jongkoknya, bergulat dengan tanah gembur yang membuat tangan dan kakinya yang putih menjadi kotor namun ia tidak perduli. Ia menyukainya.
Ia, (Namakamu) Hailey Anastasia. Gadis cantik berusia 18 tahun itu sangat menyukai aktivitas berkebun, menanam beberapa tanaman sayur dan buah dibelakang rumahnya bersama dengan sang ibu.
“Ibu, aku akan membawanya pada bibi Rose di pasar. Bolehkah?” tanya (namakamu) menoleh pada ibunya yang tak jauh darinya.
Ibunya, Ane, mengangguk. Memperbolehkan (namakamu) mengantar sayuran yang baru saja mereka panen ke pasar untuk di jual. “Tentu saja boleh. Pergilah, hati-hati dijalan. Jangan singgah kemanapun setelah selesai mengantarnya, sayang”
(Namakamu) tersenyum lebar, ia bersorak ria. Ini pertama kalinya ia diperbolehkan pergi ke pasar mengantar sayuran. Biasanya sang ibu yang selalu mengantar sayuran tersebut karna takut jika terjadi sesuatu pada (namakamu). Terjatuh misalnya. Ane tahu kalau anaknya itu sangat suka jalan terburu-buru karna kegirangan. Saat dirumah saja, (namakamu) sudah beberapa kali terjatuh karena kegirangan. Untungnya lantai rumahnya terbuat dari granit yang hanya menyebabkan denyut dan membiru, tapi Ane tidak bisa membayangkan jika (namakamu) terjatuh di jalan aspal. Astaga. Ia memang ibu yang protektif.
“Baiklah ibu!” seru (namakamu). Ia bangkit dari jongkoknya mendekati kran air untuk mencuci tangan dan kakinya lalu menghampiri Ane untuk meraih keranjang berisi sayuran yang sudah dibersihkan Ane.
“Ingat, jangan kemanapun setelahnya” peringat Ane lagi sambil menyerahkan keranjang. Astaga, padahal jarak antara pasar dengan rumahnya tidak jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. “Dan, perhatikan jalanmu. Jangan pulang dengan lutut berdarah, kau mengertikan sayang?”
“Aku mengerti ibu, aku akan jalan pelan-pelan” ucap (namakamu) mengacungkan ibu jarinya pada Ane sambil tersenyum lebar, memperlihatkan jajaran giginya.
“Yasudah, pergilah. Bibi Rose sudah menunggumu”
(Namakamu) mengangguk. Ia berjalan keluar dari pekarangan rumah minimalisnya. Rumah yang jauh berbeda dengan rumah megahnya yang dulu. Ia membuka pagar kayu berbalut dengan tumbuhan menjalar hingga menutup pagar kayu itu sepenuhnya. Tinggi pagar melewati kepalanya, atau memang dirinya yang terlalu mungil di sini.