Bab 19| Speechless
♪: Bebe Rexha - Atmosphere
▶▷◁◀Bab 19 ke hapus geng
Dan ini bab 19 yang baru. Gue ganti alur karena gue lupa. Shit!Suer dah gue jadi sebel banget ini.
Mana Medan lama banget lagi buka puasanya:(But, inti ceritanya itu sama aja. Selow, oke?
Mau dibaca gapapa, gak dibaca juga gak papa.So, happy reading! Mwah.
▶▷◁◀
(Namakamu) mengerjapkan matanya perlahan. Tangannya meraba sisi ranjang dan tak menemukan Iqbaal disampingnya, lalu melirik weker yang bertengger di atas nakas yang menunjukkan pukul tiga dini hari.
(Namakamu) bangun dari rebahannya, menarik selimut untuk menutup tubuhnya yang tidak memakai apapun. Melihat itu, lantas membuatnya merona ketika mengingat kegiatan mereka yang luar biasa memakan waktu hingga pukul dua belas malam.
"Iqbaal?" panggil (namakamu) sembari turun dari ranjang menuju walk in closed untuk mengambil gaun tidurnya. Ia ingat kalau ia tidak memakai gaun melainkan hanya bra dan dalaman saja sehabis mandi tadi sore.
Setelah berpakaian, (Namakamu) berjalan ke kamar mandi untuk mengecek ada Iqbaal atau tidak di sana. Dan setelah di cek ternyata tidak ada. (Namakamu) meringis saat mendengar suara dari perutnya yang lapar. Oh tidak, mereka melupakan makan malam karena sibuk bergulat panas di ranjang.
Seketika pemikiran Iqbaal berada di ruang makan berkelebat di kepela (namakamu), karna mungkin saja suaminya lapar dan pergi ke ruang makan. Bergegas (namakamu) keluar dari kamar, menuruni puluhan anak tangga terpilin dengan cepat. Ia tak memperdulikan dinginnya marmer yang menyerang kaki telanjangnya.
Cahaya dirumah mewah ini temaram, menandakan bahwa semua orang sudah terlelap. "Iqbaal?" panggil (namakamu) saat tiba di pintu ruang makan, namun tak ada sahutan dan tak ada Iqbaal disana.
(Namakamu) berlari ke dapur, ke ruang santai, ke ruang utama namun hasilnya nihil. Justru suasana di rumah sebesar ini menjadi mencekam membuatnya takut dan ingin menangis saat ini juga.
"Bibi Jeslyn?" air mata (namakamu) sudah bergerumul di pelupuk kata. "Bibi Tarra?" ia nyaris putus asa karena tak ada satupun yang menyahut panggilannya.
(Namakamu) terduduk di sofa yang berada di ruang utama. Ia bahkan sudah menangis karena rasa takut yang menyerangnya. "Iqbaal, hiks hiks" ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan mungilnya sambil terus menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk Till Dawn | Iqbaal Dhiafakhri Series (Completed)
أدب الهواةApa yang sulit didunia ini? Menjaga. Ya, yang sulit itu menjaga. Mulai dari menjaga perasaan, menjaga sesuatu agar tak hilang dan yang lebih sulit adalah menjaga istri yang kelewat cantik. Punya istri yang cantiknya diatas rata-rata adalah sebuah...