Bab 28| Oh my Daughter
♪: Sam Smith - To Good at Goodbyes
▶▷◁◀Sydney berdiri disamping peti mati Cassie. Ia menatap adiknya yang pucat dengan tatapan kosong. Cassie tetap di rias cantik meski tubuhnya terdapat luka tembak, dengan gaun putih dan juga sarung tangan jaring berwarna senada.
Orang-orang berdatangan untuk melayat termasuk kerabat Sydney dan Cassie, mereka duduk di bangku gereja sambil menangis. Beberapa media juga turut hadir, menyiarkan kelangsungan prosesi pemakaman adik dari pengusaha muda di New York.
Sydney menyimpan kedua tangannya dalam saku, matanya yang sama sekali tidak mengeluarkan air mata itu menatap pria paruh baya yang berjalan mendekatinya sambil menangis.
“Oh putriku” ucapnya begitu tiba di samping peti Cassie. David Noah. Ayah dari Sydney dan Cassie yang memilih untuk menetap di Paris dan hanya sesekali bertemu dengan kedua anaknya setelah ditinggal mati oleh istrinya. Dan kali ini ia ditinggal mati oleh putrinya. Menyedihkan.
David menyentuh pipi Cassie lembut. Air matnya mengucur deras. Ia sangat jarang bertemu Cassie, namun sekali bertemu putrinya sudah menjadi mayat di peti mati. Sangat menyedihkan bukan, ditinggal mati untuk yang kedua kalinya.
“Sudahlah dad, jangan menangis lagi. Cassie sudah tenang” ucap Sydney tenang. Ia mengendalikan diri agar tidak menangis di sini.
“Bagaimana kau bisa lengah menjaga adikmu hingga dia meninggalkan kita untuk selamanya!” David agak meninggikan suaranya. Tidak terlalu tinggi, namun Sydney cukup tahu bahwa ayahnya marah. Hanya saja pria paruh baya itu tidak mau terdengar oleh semua yang ada didalam gereja ini bahwa ia marah diwaktu yang tidak tepat.
Sydney menatap David tajam. Agak kesal dengan ayahnya yang malah menyalahkan dirinya atas kematian Cassie. Jika saja Sydney tahu kalau Cassie akan mati bunuh diri, mana mungkin ia tidak mencegahnya.
“Dia bukan anak kecil yang harus setiap saat ku jaga dan berada didepan mataku. Dia punya kebebasan sendiri. Dia mati bunuh diri!” balas Sydney datar.
Mendengar itu, David mengerjapkan matanya menatap Cassie yang cantik dalam peti mati. Wajahnya murung dan air matanya tak kunjung berhenti. “Maafkan aku Cassie. Aku ayah yang payah karna tidak bisa melindungimu. Kenapa kau bunuh diri nak? Apa kau tidak sayang padaku? Kau lebih sayang ibumu dengan memilih menyusulnya ke sana”
Banyak sekali kata-kata yang David lontarkan pada Cassie untuk yang terakhir kalinya. Sampai akhirnya lonceng berbunyi, peti mati Cassie ditutup kemudian berlangsungnya upacara pemakaman.
Sembari memperhatikan setiap detail upacara, Sydney menggeram menahan gejolak amarah yang semakin membakar jiwanya. Ia yakin sekali pada satu orang yang ia yakini adalah si pembunuh Cassie. Kedua tangannya terkepal geram hingga urat disekitar punggung tangan dan lengannya timbul. Buku-buku jarinya ikut memutih saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dusk Till Dawn | Iqbaal Dhiafakhri Series (Completed)
FanficApa yang sulit didunia ini? Menjaga. Ya, yang sulit itu menjaga. Mulai dari menjaga perasaan, menjaga sesuatu agar tak hilang dan yang lebih sulit adalah menjaga istri yang kelewat cantik. Punya istri yang cantiknya diatas rata-rata adalah sebuah...