DUSK TILL DAWN - BAB 6

8.8K 720 68
                                    

Bab 6| A Long Night ♪: He is We - I Wouldn't Mind▶▷◁◀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 6| A Long Night
♪: He is We - I Wouldn't Mind
▶▷◁◀

Iqbaal menyeringai. Ia harus berterima kasih pada mantan kekasihnya itu berkat ucapannya tadi siang, istrinya ini bertekad untuk benar-benar membuktikan ucapannya pada wanita pirang itu. Ia tahu saat ini istrinya masih terbawa kesal.

Ia memangut bibir merah muda itu, dan menyingkirkan boneka beruang putih yang masih dalam pelukan (namkamu). Seringaian Iqbaal semakin tercetak jelas saat (namkamu) membalas ciumannya. Iqbaal membawa (namakamu) dalam gendongannya tanpa memutuskan pangutan lalu berjalan masuk kedalam rumah menuju kamar.

(Namakamu) sudah seperti bayi koala yang digendong induknya. Entah apa yang merasukinya malam ini, ia seperti hilang kendali dan tak memperdulikan posisinya digendongan suaminya sambil menenteng boneka beruang putih miliknya. Yang ia pikirkan hanyalah membuktikan bahwa dirinya bisa memuaskan suaminya diranjang meski tubuh mungilnya tak seideal wanita-wanita diluaran sana. Tapi ia bisa, yakinnya dalam hati.

Ia tak menyangka bahwa perkataan wanita pirang itu sangat mempengaruhi otak dan pergerakan tubuhnya. Sepeti sekarang, ia menikmati setiap sentuhan suaminya, meski usia yang masih belia bukan berarti ia kebal dengan semua sentuhan suaminya.

“Kau tampak berbeda malam ini” ucap Iqbaal merebah (namkamu) diatas ranjang besar mereka.

(Namkamu) bersemu merah. Ia tahu sikapnya malam ini pasti akan mengundang pertanyaan seperti itu dari suaminya. Persetan dengan itu, malam ini ia ingin bermanja-manja dengan Iqbaal.

“Entahlah, aku juga tak tau” balas (namkamu) bersuara sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar. Tapi Iqbaal masih bisa mendengarnya karna wajah mereka tak lagi memiliki jarak.

“(namakamu), apa kau sudah siap?” tanya Iqbaal lalu mengecup pelan bibir merah itu.

“Apakah sakit?” (namkamu) menjadi takut.

“Kenapa kau bertanya?”

(Namkamu) menatap mata kelam itu. “Temanku bilang itu akan menyakitkan bagi perempuan” katanya dengan ragu.

Iqbaal nyaris tergelak mendengar penuturan (namkamu). Istrinya itu benar-benar sangat polos. “Temanmu sudah menikah?”

(Namkamu) menggeleng.

“Lalu bagaimana dia bisa mengatakan itu sementara dia saja belum menikah (namkamu)” Iqbaal terkekeh.

“Tapi dia sudah pernah tidur dengan kekasihnya-” ucapan (namkamu) terpotong saat Iqbaal memangut bibirnya.

Dusk Till Dawn | Iqbaal Dhiafakhri Series (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang