01

12.4K 454 7
                                    

Ovi tengah berjalan menyusuri kampusnya. Senyum dan sapa selalu ia lakukan. Ovi, gadis mungil yang memiliki bentuk wajah bulat namun menggemaskan bagi banyak orang. Tidak jarang gadis itu menjadi pusat perhatian. Gadis yang dulunya hidup biasa, sekarang semua berubah semenjak menduduki bangku kuliah.

"Pagi Ovi," sapa salah satu pemuda yang tidak gadis itu ketahui namanya.

"Pagi." Ovi tersenyum hangat menjawab sapaan pemuda itu.

Awali harimu dengan senyuman.

Mungkin itulah prinsip hidup gadis ini.

"Ovi, sudah sarapan belum? Sarapan bareng, yuk?" ajak pemuda lainnya.

"Maaf, Ovi udah sarapan di rumah. Lain kali aja, ya," jawabnya yang terdengar merdu bagi kebanyakan orang.

"Opi, hidup itu harus dibuat enjoy. Enjoy your life. Seburuk apa pun masalah lo, lo harus tetap tersenyum dan jangan sampai mahkota lo jatuh. Sebagai princess, kita harus berjalan dengan tegap nggak boleh nunduk dan jangan lupa senyum. Ok."

Gadis ini selalu mengingat nasihat Cia sahabatnya. Ovi tidak akan pernah melupakan segala tingkah laku Cia dulu yang selalu membuat dirinya tertawa setiap hari. Mengingat kembali sahabatnya, Ovi dirundung rasa rindu. Ya, dia merindukan Cia, namun gadis itu enggan untuk kembali ke negara ini.

"Huft."

Gadis ini menghembuskan napas beratnya. Haruskah Cia pergi selama ini? Dasar gadis menyebalkan. Ovi sudah berencana akan mengomeli gadis itu jika kembali ke negara ini.

Brukk.

Kurang hati-hati dan ceroboh adalah persamaan Ovi dan Cia. Mereka berdua ditakdirkan untuk memiliki sifat yang sama.

"Bodoh."

Suara dingin itu lagi. Ovi kesal ketika berkali-kali Reon mengatainya bodoh. Apa laki-laki itu tidak sadar jika yang dia anggap bodoh adalah kekasihnya sendiri? Ingin sekali Ovi mengumpat, namun dia tidak akan berani melawan Reon. Ovi akan selalu kalah, seterusnya akan begitu.

Ovi berdiri dan memperbaiki sedikit pakaiannya yang kotor. Mengangkat wajah dan tetap tersenyum memandang Reon. Ovi tidak ingin dianggap remeh oleh siapa pun termasuk pemuda ini.

"Hai, Reon udah sarapan belum?" tanyanya mencoba basa-basi.

"Sudah."

"Emm, kamu jam berapa masuk kelas?"

"Sembilan."

"Wah, masih setengah jam lagi. Emm, bagaimana kalau kita ke kantin? Ngobrol?" ajak gadis ini nampak ragu-ragu.

"Nggak."

Tamatlah. Dia sudah menduganya. Pemuda ini terlalu kejam kepada dirinya, dan sudah berulangkali dia mengajak Reon namun selalu ditolak. Ovi merasa aneh, Reon egois terhadap hubungan mereka. Reon dengan seenaknya mengajak Ovi ke sana ke mari namun ketika gadis itu mengajaknya, maka Reon akan menolak mentah-mentah.

"Kenapa?" Ovi menatap Reon dengan raut wajah sedihnya.

"Sibuk."

Satu kata. Kenapa Reon selalu menjawabnya dengan satu kata? Ovi merasa kesal, namun apa yang bisa lakukan? Reon selalu bersikap seperti ini. Akan tetapi, Ovi tidak bisa jauh-jauh dari laki-laki itu. Terbukti ketika Cia, Aldo, Qila dan Zeus menghilang, hanya Ovi yang selalu bersama pemuda ini. Haruskah Ovi bahagia ketika berada di dekat Reon?

"Yaudah, aku ke kelas aja. Dah."

Ovi pergi meninggalkan Reon dengan menunduk. Saat ini mood-nya tidak baik. Dan Ovi tidak lagi memperdulikan sapaan orang-orang sekitar. Sedangkan Reon mengepalkan tangannya pertanda dia tengah menahan sesuatu.

***

"BIBI, ADA TAMU," teriak Ovi dengan nyaringnya.

"Kamu saja sana yang buka, Bi Ina paling lagi sibuk di belakang," kata Rika yang merupakan orang tua gadis ini.

"Males, Bun," jawab Ovi sambil kembali fokus dengan camilan serta TV-nya itu.

Rika menggeleng lelah kala melihat kelakuan anak perempuannya yang terlalu malas. Wanita itu berjalan menuju ke arah pintu dan mendapati seorang pemuda yang ia ketahui bernama Reon. Ya, Rika tahu jika pemuda ini adalah kakak dari Cia sahabat anaknya sekaligus pacar dari Ovi sendiri.

"Cari Ovi, ya? Yaudah sana masuk, dia lagi nonton tv. Ini hari libur, tapi dia males-malesan. Mandi aja belum. Sana kamu susulin dia," bisik Rika dan Reon hanya tersenyum memaklumi.

Rika meninggalkan kedua orang itu, Reon berjalan pelan menuju ruang keluarga. Di sana terlihat Ovi yang duduk dengan tak eloknya. Kaki berada di atas pegangan sofa, dan jangan lupakan camilan setoples yang ia pegang erat-erat.

Reon menggeleng melihat kelakuan Ovi. "Ekhem."

Kunyahan Ovi mendadak berhenti, hawa di sekitarnya terasa berbeda dari sebelumnya. "Re-Reon," cicit Ovi yang sadar akan keberadaan kekasihnya itu.

Reon berjalan dan mengambil tempat di samping Ovi yang hanya diam menunduk. Terjadi keheningan di antara mereka hingga suara Reon memecah keheningan tersebut.

"Mandi."

Satu kata namun penuh penekanan. "Ken-"

"Nggak usah banyak tanya. Cepat mandi. Aku mau ajak kamu jalan."

Meskipun perkataan Ovi dipotong oleh Reon, namun Ovi bahagia mengetahui jika Reon akan mengajaknya jalan. Ya, ini adalah kejadian yang langka. Tidak ingin Reon berubah pikiran, Ovi segera melesat menuju ke kamarnya dengan berlari. Sekali lagi Reon mendengkus kesal atas kelakuan Ovi yang sebelas dua belas dengan adiknya, Cia.

Jangan lupa untuk masukkan ke library kalmu, ya ☺

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang