Peluh membasahi area wajah gadis mungil yang sedang mengelap meja itu. Meskipun begitu, kadar kecanatikan dan kepolosan gadis itu tidak memudar. Sesekali dia tersenyum senang kala melihat kerja kerasnya membersihkan meja-meja di cafe ini. Ini masih pagi dan cafe namun dia sangat semangat sekali. Mengingat dia masih dua hari bekerja di sini jadi dia akan lebih giat lagi supaya bisa menandingi pekerja lainnya.
"Ovi, sudah, semua tempat sudah bersih. Kamu bisa mulai stay di kasir," salah satu temannya yang bernama Ferdi. Gadis itu mengangguk dan mulai menyiapkan diri. Ya, dia tidak jadi bekerja di bagian pelayan. Kenapa? Ini semua karena perintah si pemilik cafe.
"Mbak, sepertinya bos sudah datang," kata pelayan yang tadinya memberi informasi kepada Ovi. Gadis itu pun gugup kala kakinya dibawa ke ruangan si pemilik cafe.
Tarikan napas sering gadis itu lakukan untuk mengurangi rasa gugupnya. Dia sudah berdoa agar bisa diterima di sini. Kalau tidak diterima, akan sangat sulit lagi baginya mendapat pekerjaan. Si pelayan itu pun menginterupsi Ovi jika ruangan di depan mereka ini adalah milik bosnya. Dan si pelayan sudah memberitahukan kepada bosnya jika ada yang ingin mendaftar bekerja. Sebelum masuk Ovi mengetuk pintu lebih dulu. Setelah dipersilakan barulah dia masuk.
Gadis itu masuk dan menutup pintu kembali, kemudian dia pun beralih ke sosok laki-laki yang sedang duduk di kursi sana dengan meja besar di depannya. Bukan meja yang menjadi perhatiannya, namun sosok laki-laki yang sedang duduk di sana itu yang membuat gadis itu nampak terkejut.
"Elo?" Ovi menganga tak percaya dengan yang dilihatnya.
"Syok banget tuh muka," balas laki-laki itu yang membuat dengkusan kesal keluar dari mulut gadis itu. Ovi pun berjalan dan mulai menempati kursi di depan laki-laki itu.
"Kenapa lo bisa di sini, Ron?" tanya Ovi kepada Roni. Ya, pemilik cafe ini ternyata adalah Roni. Sebelumnya gadis itu tidak mengira jika pemuda yang dia kenal ini memiliki sebuah cafe. Dia tidak tahu apa dia yang tidak terlalu dekat dengan teman-temannya?
Roni terkekeh geli. Awalnya dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan temannya ini. Dan dia nampak terkejut mengetahui jika Ovi mendaftar bekerja di cafe miliknya. Gadis itu masih kuliah, bukan?
"Ini cafe salah satu usaha keluarga gue. Lo tau sendiri kalau gue itu suka kuliner, mungkin hampir seluruh keluarga gue suka makanya bangun bisnis yang nggak jauh-jauh dari kuliner," jawab Roni yang membuat gadis di depannya mengangguk paham.
"Intinya seperti itu. Tapi, yang ingin gue tau adalah kenapa lo melamar kerja di sini?"
Pertanyaan dari pemuda itu membuat Ovi bingung sendiri. Haruskah dia cerita mengenai keluarganya? Sepertinya harus, mengingat keduanya adalah teman. Sejauh ini Ovi mengenal Roni sebagai pemuda yang baik. Ya meskipun dia sekarang mengurangi interaksinya dengan pemuda ini atas perintah Reon waktu itu.
"Gue butuh kerja, Ron. Keluarga gue udah bangkrut. Papa udah nggak ada, tapi masalah di keluarga gue masih ada. Gue dan Bunda diusir dari rumah," cerita gadis itu yang nampak sedih sekali. Roni pun terkejut mendengar penjelasan temannya ini.
"Gue turut prihatin, Vi. Tapi, sekarang lo dan Bunda lo aman, kan?"
"Alhamdulillah, Ron. Ada temen gue yang baik hati beri gue dan Bunda tumpangan." Roni pun bernapas lega.
"Terus kuliah lo gimana?"
"Gue tetap kuliah tapi gue juga harus kerja buat bayar kuliah," jawab Ovi.
"Part time?" Gadis itu pun mengangguk. "Kuliah dan kerja itu berat dan capek, Vi. Lo yakin bisa bagi waktu?"
"Gue tau, Ron. Gue akan berusaha semampu gue. Please beri gue kesempatan ya. Gue nggak tau lagi harus cari kerja di mana. Semua yang gue datengin nggak terima pekerja part time," pinta Ovi kepada temannya itu. Roni tampak berpikir sejenak membuat gadis itu sedikit was-was.
"Oke. Lo gue terima. Gue akan tempatin lo di kasir supaya nggak terlalu lelah mengingat lo juga kuliah. Tenang saja, kasir akan gue kasih dua orang jadi lo bisa gantian jaga kalau lagi ada kelas." Perkataan Roni membuat gadis itu senang. Itu artinya dia jadi bekerja di sini dan tidak di bagian pelayan pula.
"Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih, Ron. Gue nggak tau lagi harus ucapin apa ke lo. Pokoknya thank you very much," ucap Ovi bertubi-tubi membuat pemuda itu terkekeh geli. Ovi memang selalu bisa membuat orang sekitarnya tertawa. Roni misalnya.
"Iya sama-sama. Lo temen gue jadi sudah sewajarnya saling bantu," balas Roni yang membuat Ovi mengangguk paham.
Dari sanalah Ovi bisa diterima di tempat ini. Karena kebaikan dari Roni lah dia bisa berkuliah lagi dan membiayai kehidupannya bersama dengan Rika. Sepertinya Ovi akan berhutang budi sekali kepada temannya itu. Sejauh dua hari ini semua masih berjalan lancar seperti semestinya. Memang masih awal dia belajar, dan untungnya karyawan di sini ramah-ramah dan mau mengajarinya.
"Ovi, bukankah sebentar lagi adalah jam kuliah kamu?" tanya seorang gadis yang merupakan teman partner Ovi.
Gadis ini pun menepuk dahinya pelan, dia sampai lupa. "Astaga! Terima kasih sudah diingetin. Aku sampai lupa. Ya sudah aku siap-siap dulu, ya," kata Ovi yang kemudian berlalu pergi ke dalam untuk mengganti pakaiannya. Temannya itu pun hanya terkekeh geli.
Bertepatan dengan Ovi pergi, datanglah Reon. Pemuda itu sepertinya hanya ingin singgah karena lelah mencari keberadaan kekasihnya. Reon dan Ovi memang tidak saling menyadari bahwa takdir selalu mempertemukan mereka. Sekeras apa pun gadis itu mencoba melangkah pergi, takdir selalu akan mengikutinya bersamaan dengan sosok Reon.
"Satu es cappucino," kata Reon menyampaikan pesanannya. Pelayan itu pun pergi, dan membuatkan pesanan dari Reon. Reon nampak memandang sekeliling cafe ini, hingga dia mencium bau parfum Ovi. Tidak, dia sangat hafal dengan aroma gadis itu. Tiga tahun bersamanya membuat indra penciumannya menjadi tajam. Seketik Reon memandang sekelilingnya dengan seksama.
Satu pelayan membawakan pesanan Reon. "Maaf, apa di sini tadi ada seorang gadis?" Pertanyaan dari pemuda ini membuat si pelayan mengernyit bingung pasalnya setiap hari akan selalu banyak gadis-gadis yang datang.
"Maaf? Gadis yang mana, ya? Di sini banyak gadis yang berkunjung, Mas."
Reon pun bungkam, salahnya juga mempertanyakan hal bodoh itu. Setelahnya si pelayan pun undur diri meninggalkan Reon yang mendadak kembali lesu karena belum menemukan kekasihnya itu. Lihat saja, dia akan segera menemukan Ovi. Bahkan jika dia tanpa sengaja bertemu dengan gadis itu, dia akan segera membawanya pergi dan mengurungnya.
Reon pun seketika mengingat jika bisa jadi Ovi hari ini ke kampus, bukan? Mungkin ada benarnya juga dia mengecek ke sana. Reon segera membayar minumannya yang bahkan belum dia cicipi.
Kira-kira mereka bakalan ketemu, gak, ya?
Terima kasih untuk 10k pembaca ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...