"Brengsek!"Entah sudah berapa kali pemuda ini mengumpat keras di kamarnya. Lihatlah, kamarnya saja sudah tidak berbentuk seperti tempat yang layak untuk ditinggali. Ada banyak kesal, marah, dan kecewa yang ada dalam dirinya. Kemudian pemuda itu menatap ponsel miliknya yang sudah tidak berbentuk lagi karena terlalu kesalnya.
Cia sendiri saat ini sudah bergerak menuju ke rumah Ovi. Pagi-pagi dia dikagetkan dengan suara gaduh yang berada di dalam kamar abangnya. Yang membutnya terkejut adalah dia juga mendengar teriakan dari pemuda itu. Beberapa kali juga dia sudah menggedor pintu kamar, namun Reon sepertinya tidak peduli dan mendengar. Karena terlalu takut terjadi apa-apa, maka dia pun segera menghubungi sahabatnya, akan tetapi ponsel gadis itu tidak bisa dihubungi.
"Pi ... lo ke mana, sih," lirih gadis itu. Untung saja dia menemukan kunci mobil abangnya di meja dekat dapur. Sepertinya abangnya lupa membawa benda itu masuk ke dalam. Untungnya lagi Cia bisa mengendari mobil karena saat di belajar di luar, dia sempat diajari oleh teman-teman kampusnya.
Ketika gadis itu telah sampai di rumah sahabatnya, dia pun segera mengetuk pintu utama. Ya, dia tahu ini masih terlalu pagi untuk bertamu, tetapi saat ini dia sedang dalam keadaan mendasak.
"Eh? Cia?" ucap Rika nampak terkejut mendapati gadis ini pagi-pagi sudah ada di rumahnya. Gadis itu mengatur napasnya terlebih dulu.
"Tante, apa aku bisa ketemu Opi sekarang. Sebelumnya aku minta maaf karena ini masih pagi sekali, tapi aku butuh dia, Tante," ujar gadis itu dengan cepat dan tidak ingin membuang waktunya. Dia jadi berpikir aneh ketika meninggalkan abangnya sendirian di rumah. Hal buruk apa saja bisa terjadi.
Mendengar pertanyaan dari gadis di depannya membuat wanita paruh baya ini mengernyit bingung, kemudian dia menatap Cia dengan tatapan seriusnya. "Ovi? Tante pikir menginap di rumah kamu. Dari kemarin dia nggak pulang dan ponselnya juga nggak bisa dihubungi," jelas Rika dengan raut wajah terkejutnya. Cia yang mendengar jawaban dari wanita ini pun menjadi bingung sendiri.
Abangnya marah-marah tidak jelas, sedangkan Ovi entah berada di mana. Oke, dia bisa menyimpulkan bahwa ada hal yang tidak beres dengan mereka berdua. Lantas dia pun segera kembali ke rumah. Dia harus bisa menerobos masuk ke dalam kamar kakaknya itu.
"Cia tunggu!" cegah Rika membuat langkah gadis itu terhenti. Kemudian wanita itu membawa satu tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. "Tante minta tolong untuk temukan Ovi. Tante jadi khawatir sama dia. Tante nggak tau lagi harus minta tolong sama siapa. Kamu bisa tolong Tante, kan, Nak?" ucap Rika dengan nada memelasnya. Cia yang melihatnya pun menjadi kasihan juga. Dia pun mengangguk, kemudian dia bergegas menuju ke rumahnya.
"Nggghhh." Seorang gadis baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Dia pun menyesuaikan netranya dengan sinar matahari yang mengintip dari balik jendela. Dia di dalam sebuah kamar, namun atap rumah ini bukan seperti kamarnya. Gadis itu memegangi kepalanya yang sedikit pusing.
Di tengah kebingungannya, gadis itu mendapat sebuah pergerakan dari sebelahnya. Dilihatnya punggung polos seseorang yang ditutupi oleh selimut menyambutnya. Gadis itu pun tampak berpikir sejenak. Kemudian dia melihat dirinya sendiri dan seketika matanya melotot membulat sempurna.
"AAAAAAA." Gadis itu menjauhkan dirinya dari orang itu. Apa yang terjadi? Dia berada di dalam kamar dengan seseorang yang mana dirinya hanya memakai atasan dan bawahan. Oke, sepertinya Ovi merasa dia kehilangan sebagian ingatannya.
"ELO?!"
Belum rasa keterkejutannya dengan keadaannya yang tak begitu bagus ini. Gadis itu pun dikejutkan dengan wajah yang sangat dia kenali. Pemuda ini? Dia? Apa yang terjadi? Kepalanya terasa pusing ketika harus mengingat hal yang terjadi semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...