36

2.4K 133 4
                                    

"AAAAAAA."

"Sttt."

Gadis itu pun menghembuskan napasnya lega. Dia pikir hantunya akan muncul dan akan membawanya ke dunia mereka. Namun, itu adalah Reon. Pemuda tiu berhasil menemukannya di sini.

"Reon kamu kenapa ada di sini?" tanya gadis itu dengan polos. Tentu saja pemuda ini mencari keberadaannya sejak tadi.

"Aku cari kamu, Vi," jawab Reon. Kemudian dia memperhatikan sekitarnya yang mana lampu sedang mati. "Ya sudah ayo keluar. Kita pulang saja," lanjutnya yang diangguki oleh Ovi. Dengan digandeng oleh Reon, gadis itu berjalan dalam kegelapan. Untuk pemuda ini menghampirinya tadi. Reon memang sejak tadi khawatir ketika tidak mendapati gadis ini kembali dari toilet. Lihatlah benar dugaannya itu. Dan yang dia pikirkan saat ini adalah siapa yang berani menjahili gadis itu hingga seperti ini.

Ovi memilih diam dan tak membantah kekasihnya itu. Reon pun pada akhirnya membawa gadis itu pulang, mungkin keputusanya memang paling baik. Dan tentunya Reon saat ini tidak terlalu akan memikirkan kejadian janggal barusan. Menurutnya hal itu lumrah terjadi di mana pun. Bisa jadi lampu memang sedang konslet di bagian toilet, dan pintu memang sedang macet.

Reon pun bahkan mengantar gadis itu hingga sampai di terasnya. Namun, keduanya mengernyit bingung ketika mendengar suara tawa seseorang dari dalam rumah gadis ini. Yang mereka tahu jika itu bukanlah suara tawa Rika.

Ovi pun memandang kekasihnya. "Kamu nggak mau pulang?" tanyanya. Dia pikir Reon akan segera pulang ke rumahnya sendiri.

"Kamu ngusir aku?" tanya balik pemuda itu yang membuat Ovi menjadi gugup. Bukan maksudnya mengusir pemuda ini, tapi ...

"Aku mau mampir sebentar," ungkap Reon yang diangguki saja oleh gadis ini. Lantas mereka pun masuk ke dalam rumah sederhana milik Ovi yang pada kenyataannya adalah salah satu rumah milik Aldo. Pemuda itu memang baik.

"Hai," sapa seorang gadis yang memakai pakaian kasual biasa, namun masih bisa terlihat cantik dan menawan. Ovi pun menganga menatap gadis yang berjarak beberapa meter di depannya itu. Bukan hanya Ovi yang nampaknya terkejut, namun pemuda yang tadi mengatakan ingin mampir ke rumahnya juga nampak terkejut.

Perlahan namun pasti Ovi pun berjalan mendekat kepada gadis yang sudah lama ia tunggu kedatangannya itu. Rika pun tau seberapa rindu putrinya kepada gadis yang juga mengejutkannya setengah jam yang lalu ini. Dia tidak menyangka akan melihat gadis ini lagi setelah sekian lama mengingat mereka telah pindah rumah.

"Aku ... aku nggak salah lihat, kan?" tanyanya seakan tak percaya dengan yang dilihatnya saat ini.

Gadis di sana pun terkekeh geli melihat Ovi seakan tak percaya dengan kehadirannya saat ini. "Ya ... lo nggak salah lihat, Pi. Ini gue," jawab gadis di sana. Sudah lama sekali Ovi tidak mendengar panggilan kesayangan gadis ini.

Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, Ovi melangkahkan kakinya dengan cepat dan merengkuh tubuh gadis yang bahkan tingginya sama dengan dirinya itu. "Lo ... lo kenapa lama banget tinggalin gue, Ci," lirih Ovi yang sudah tak mampu lagi menahan tangisnya. Dia merasa bahagia dan takut dalam waktu yang bersamaan. Dia bisa kembali bertemu dengan Cia, sahabat yang pernah pergi meninggalkannya. Namun, dia takut dengan kenyataan jika gadis ini akan kembali meninggalkannya lagi.

Cia. Masih ingat dengan gadis ini? Di beberapa bagian sebelumnya aku pernah menyinggung gadis bernama Cia ini. Yang belum tahu siapa Cia, dia adalah adik kandung Reon sekaligus sahabat baik Ovi. Cia memiliki panggilan kesayangan untuk sahabatnya yakni 'Opi'. Menurutnya panggilan itu terdengar imut ketika diucapkan. Ahh, aku nggak mau flashback tentang cerita mereka sebelumnya. Kalian bisa baca cerita mereka hingga tamat di app Dreame yang berjudul 'PAIN". Di wattpad ada, tapi nggak aku publish hingga tamat. Kalian bisa cek, ya. ☺

Kedua gadis itu masih saling mencurahkan rasa rindu mereka. Ovi yang dengan tangisnya, sedangkan Cia juga tampak terharu, namun gadis ini lebih bisa menyembunyikan perasaannya. Sudah lama sekali dia merindukan sahabatnya ini. Dia pikir seiringn berjalannya waktu, Ovi akan berubah menjadi sedikit lebih dewasa, namun seperti yang dia lihat sekarang gadis itu masih sama seperti dulu.

"Sudah, Pi. Lo cengeng banget. Kalau lo nangis mulu, gue bakalan balik lagi, nih, ke Singapura," ancam Cia yang membuat sang sahabat menggeleng kuat.

Cia pun tampak tertawa ringan. Namun, dari rasa haru Ovi yang bisa kembali bertemu dengannya, ada sosok lain juga yang sudah menanti kedatangan gadis itu, yang mana sejak tadi hanya berdiri terdiam kaku di sana. Tanpa sengaja manik mata keduanya bertubrukan. Cia menatap Reon dengan rasa kerinduan yang dalam, begitu juga dengan pemuda itu meskipun ekspresi datar tak akan pernah lepas dari wajah tampannya.

Dengan perlahan, Cia melepaskan pelukan Ovi yang sudah mulai merenggang. Dia mendekati Reon yang sepertinya butuh banyak penjelasan mengenai keberadaannya di sini. "Hallo, Bang," sapanya dengan senyum yang dulu pernah Reon lihat setiap hari. Pemuda itu enggan menjawab. Entah kenapa egonya lebih tinggi dari pada rasa rindunya.

"Sepertinya ada banyak perubahan selama aku pergi," lirih gadis itu menatap Reon dalam. "Ada banyak banget, dan sayangnya aku nggak ada di dalam perubahan itu," lanjutnya dengan sedikit menahan sesuatu yang ada pada dirinya.
Ovi yang melihat tak ada respon apa pun dari Reon pun tampak kesal. Apa pemuda itu tidak merindukan adiknya ini? Jangan bilang hubungan mereka akan renggang lagi seperti dulu?

"Bang Reon nggak mau peluk aku?" tanya gadis itu yang masih menunggu reaksi dari kakaknya ini. Dengan perlahan, pemuda itu pun memeluk sang adik. Ini adalah pelukan pertama mereka setelah di bandara beberapa tahun lalu. Cia pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ovi pun tampak terharu. Dia sangat tahu bagaimana hubungan kedua orang ini dulunya.

"Aku kangen banget sama Bang Reon. Oh iya, kalau Bang Reon marah kenapa aku nggak hubungin sebelum datang, salahin diri Bang Reon sendiri," ujar gadis itu yang membuat pelukan keduanya dilepas oleh pemuda itu.

"Aku?" tuntut Reon.

Cia pun mengangguk. "Aku dari kemarin sudah kirim email ke Bang Reon untuk jemput aku di bandara. Tapi, Bang Reon nggak datang. Aku nggak punya nomor Bang Reon, makanya aku email aja. Sepertinya Bang Reon terlalu sibuk dengan pacar sampai lupa sama adiknya sendiri," jelas gadis itu menyindir Ovi dengan menekan kata 'pacar' yang mana membuat gadis itu menjadi salah tingkah dibuatnya.

"Maaf, aku sibuk dengan perusahaan," jawab Reon.

"Ya, ya, perusahaan dan pacar pastinya," sindir Cia dengan kekehannya.

"Ih, Cia, gue nggak kemarin nggak pacaran, ya, sama Reon," sanggah Ovi.

"Memang barusan gue sebut nama lo? Kok lo merasa, sih?" goda Cia yang malah membuat muka sahabatnya memerah.

"Ish! Bukannya gitu. Tau, deh! Lo datang-datang nyebelin banget, tau!"

"Hahaha, segitu malunya lo pacaran sama abang gue, Pi? Tenang, dia ganteng dan kaya, jadi lo nggak perlu khawatir, ok,"  kata Cia seenaknya.

Iya gue tau, Ci, tapi Abang lo itu bikin gue naik darah mulu, batin Ovi yang tak mungkin dia katakan secara gamblang kepada sahabatnya ini.

Yeay! Aku munculin Cia di part ini. Welkambek Cia 😂😂

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang