Reon hanya menampilkan wajah datarnya. Dia sama sekali tidak berniat untuk menanggapi semua perkataan orang yang mengganggu kesenangannya itu. Beberapa menit yang lalu rumahnya kedatangan tamu yang sama sekali tidak ia undang. Mengacaukan rencananya yang sedang memberi pelajaran kepada gadis licik bernama Bella.
“Lo denger gue ngomong nggak?!” sentak Aldo yang setelah sekian lama menghilang dan kini dia kembali. Lebih parahnya dia kembali saat sifat yang dulu sudah Reon kubur terbuka kembali. Ya, dulu saat keduanya masih berteman, di saat Aldo dan Cia masih pacaran, Aldo sudah mengetahui sifat sahabatnya ini. Dia susah mengendalikan diri, apalagi ketika ada hal yang mengusik hidupnya. Maka dari itu ketika dulu pemuda itu membenci Cia, Aldo mencoba selalu berada di dekat gadis itu agar Reon tidak menyakitinya. Terlepas meskipun mereka saudara, semuanya bisa terjadi.
“Kenapa lo balik kayak gini lagi?” tanya Aldo lagi mengabaikan pertanyaannya yang tadi. Reon masih enggan menjawab. Dia malas untuk menjawab pertanyaan tidak penting dari sahabatnya itu. Lebih tepatnya sahabat yang meninggalkannya sendirian, sama seperti adiknya dulu.
“Kapan lo balik?” Bukan jawaban, tapi sebuah pertanyaan. Aldo berdecak kesal. Selalu saja dingin dan tak tersentuh.
“Kemarin.”
“Kenapa lo balik? Percuma dia nggak ada di sini,” jelas Reon mengenai sang adik bernama Cia.
Aldo mengembuskan napasnya lelah. Dia kembali karena harus mengurus perusahaan keluarganya yang ada di sini. Selain itu, dia juga ingin bertemu kembali dengan Cia, meskipun pada akhirnya dia tidak menemukan cinta pertamanya itu.
“Apa dia baik-baik saja di sana?” tanya Aldo mengenai keadaan Cia. Reon hanya berdehem dan mengangguk meskipun dia tidak tahu pasti. Tapi dia yakin bahwa adiknya sedang dalam keadaan baik saja.
Aldo seakan ingat dengan wanita yang ada di dalam ruangan itu. “Dia temen lo, bukan?” Reon mengernyit, kemudian dia tersadar yang di maksud pemuda itu adalah Bella.
“Bukan lagi,” jawab pemuda itu dingin.
“Kenapa? Terakhir kali gue lihat kalian dekat.”
“Dulu, bukan sekarang. Dan gue nggak pernah anggap dia lebih dari temen.”
“So, sekarang lo sama siapa? Sudah punya pacar ceritanya?” goda Aldo. Meskipun tampangnya terlihat dingin dan mengesalkan, namun selera humor pemuda itu tidak pernah hilang.
Suara ponsel yang berada di meja mengalihkan keduanya. Tertera nama OVI di sana. Aldo mengernyit bingung seperti mengenali nama itu. Sedetik kemudian dia baru ingat jika gadis itu adalah sahabat dari Cia dan adiknya. Reon memutar bola matanya malas melihat panggilan video dari kekasihnya itu setelah dia mengiriminya pesan.
“Angkat, tuh!” celetuk Aldo. Dengan enggan Reon akhirnya mengangkat panggilan itu. Dan beberapa detik kemudian terpampanglah wajah seorang gadis yang sudah rapi yang menandakan dia telah siap berangkat ke kampus. Aldo memilih untuk melihat interaksi keduanya. Terlebih lagi dia sedikit penasaran mengenai hubungan sahabatnya ini dengan Ovi, gadis yang sama cerewetnya dengan Cia. Mengingat Cia, Aldo kembali merasakan rindu itu lagi.
“SELAMAT PAGI REON,” sapa Ovi di seberang sana dengan semangat. Hari ini dia ingin membujuk kekasihnya itu untuk menjemputnya, terlebih lagi motornya saat ini sedang berada di bengkel.
“Hmmm.” Hanya deheman sebagai jawaban dari Reon. Aldo yang melihat interaksi keduanya cukup tertarik.
“Hari ini kamu bisa jemput aku, nggak? Kita berangkat ke kampus bareng.”
“Nggak.”
“Motor aku lagi ada di bengkel, Re, dan Papa lagi di luar kota, jadi aku nggak ada yang antar,” jelas gadis itu sambil memasang tampang sedihnya. Ini adalah rencananya agar Reon mau menjemputnya, jarang sekali mereka ke kampus bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...