"Sayang, mending kamu istirahat dulu aja. Besok kamu bisa pergi untuk cari pekerjaan," nasihat Rika yang tidak ingin sang anak lelah. Mereka baru saja pindahan, dan pastinya Ovi butuh istirahat. Namun, gadis itu sepertinya tidak ingin mengulur waktu. Ada beberapa hal yang harus kita prioritaskan, meskipun prioritas itu belum tentu yang terbaik bagi diri kita.
"Bun, Ovi harus segera mendapat pekerjaan. Ini semua demi kebutuhan hidup kita," jawab Ovi. Rika memandang sang anak sendu. Sekarang dia sadar jika bocah kecil yang dulu sering dia timang-timang kini sudah berubah beranjak dewasa dan cantik jelita. Rika mengelus pipi gembul anak gadisnya itu.
"Bunda nggak ingin kamu terlalu capek. Bagaimana nanti kalau kamu -"
"Sttt," potong Ovi yang tahu jika sang bunda akan mengemukakan pikiran negatifnya. "Aku yakin Tuhan akan selalu lindungin aku, Bun. Dan juga Papa pasti akan jaga Ovi," lanjut gadis itu yang masih mengingat perihal sang papa. Rika pun menjadi bertambah sendu kala mengingat almarhum suaminya yang telah tiada. Rika yakin jika keputusan yang di ambil suaminya adalah yang terbaik.
"Apa pun yang terjadi, Bunda akan selalu di samping kamu, Sayang," kata Rika dengan sangat tulus. Ovi mengangguk, dia tidak pernah meragukan semua kasih sayang diberikan oleh kedua orang tuanya. Dan pada akhirnya Ovi pun segera pamit. Lebih cepat lebih baik bagi dirinya untuk mendapat sebuah pekerjaan.
***
Berbeda dengan di rumah Ovi yang baru, kediaman Aldo malah sedikit memanas. Reon yang bersikeras ingin segera mengetahui keberadaan Ovi pun membuat Aldo jadi malas untuk menjawabnya. Tidak bisakah temannya ini sedikit bersabar? Bahkan Ovi belum mau untuk bertemu dengannya saat ini. Dia masih mengingat betul apa yang gadis itu tadi katakan padanya. Sialnya kenapa tadi dia terburu-buru menghubungi Reon? Lihat saja pemuda itu sekarang, membuat rumahnya menjadi gerah.
"Gue minta lo untuk sabar, Re," jawab Aldo yang berulang kali mengatakan bahwa pemuda yang berada di depannya ini harus bersabar.
"Maksud lo apa, Al sembunyiin dia dari gue? Jangan sampai lo berani ambil dia dari gue. Karena selamanya dia akan tetap jadi milik gue," tegas Reon yang berpikir tidak-tidak mengenai temannya ini. Tentu saja pikirannya menjadi dangkal setelah melihat kelakuan Aldo yang terus saja mengulur waktu dan tidak mau memberitahukan di mana Ovi berada. Pemuda ini patut dicurigai sebagai orang ketiga dalam hubungannya dengan gadis itu.
Berbeda dengan Reon, Aldo malah terkekeh mendengar tuduhan dari pemuda itu. Merebut Ovi? Yang benar saja! Bahkan sampai saat ini hanya ada satu nama yang berada di dalam hatinya. Cia. Tentu saja gadis itu masih berada di dalam hatinya dan belum ada yang bisa menggantikan posisinya itu.
"Lo tenang aja, Re, gue bukan teman makan teman. Lo pun tau sendiri siapa gadis yang gue suka," balas Aldo yang membuat Reon mendengkus kesal. Meskipun dia bisa memprediksi Aldo masih menyukai adiknya, namun bisa saja suatu hari nanti pemuda ini menerkamnya dari belakang.
Reon yang tidak kunjung mendapat informasi pun memilih untuk pergi. Jika Aldo tidak mau memberitahunya, maka dia sendiri pun bisa mencari Ovi seorang diri. Dan akan dia pastikan jika gadis itu ia temukan, Reon tidak akan memberinya celah untuk menjauh darinya.
Sejauh apa pun kamu pergi, aku akan pastikan kamu akan kembali.
Ovi terus menelusuri sisi jalanan. Trotoar menjadi tempat lalu lalangnya saat ini. Sepertinya gadis itu sedang memikirkan pekerjaan part time apa yang cocok baginya di mana berstatus sebagai mahasiswa. Sebelumnya Rika melarang anaknya untuk berhenti berkuliah, dan mau tidak mau Ovi pun menurut. Lagi pula masa depannya berada di kuliah ini. Dan dia berharap semoga ke depannya tidak akan ada masalah yang terjadi mengingat keluarganya sekarang berbeda. Memikirkannya saja membuat hati gadis itu lesu.
Gadis yang sibuk berkeliling memperhatikan setiap toko pun akhirnya memiliki sedikit harapan. Di sebuah kedai makanan tertera membutuhkan karyawan, tentunya gadis itu segera menuju kedai itu berharap dia bisa diterima.
"Mbak, selamat siang, boleh saya tanya?" tanya Ovi dengan sopan kepada salah satu pelayan di sana.
"Iya, Mbak, ada apa?"
"Apa di sini benar sedang mencari karyawan?"
"Oh, iya benar, Mbak. Kita sedang mencari banyak karyawan karena menjelang puasa. Tapi untuk detailnya saya tidak tahu. Mbak bisa menghubungi bagian HRD kami," jelas si pelayan yang membuat Ovi mengangguk. Puasa ya? Apa Ovi akan kuat bekerja saat bulan ramadhan datang? Semoga saja dia bisa.
"Kalau begitu, boleh tunjukkan tempat HRD nya di mana, Mbak?"
"Boleh, mari ikut saya." Ovi berjalan mengikuti pelayan yang ada di depannya. Semoga saja dia diterima. Bekerja di sini sepetinya tidak buruk. Dia bisa menjadi buruh cuci piring bukan? Tidak lama untuk sampai di depan pintu yang bertuliskam ruang HRD. Si pelayan itu pun mengetuk pintu terlebih dahulu, setelah dipersilakan barulah dia masuk diiikuti oleh Ovi di belakangnya.
"Maaf, Pak, ini ada seseorang yang ingin melamar pekerjaan," ucap si pelayan tadi yang membuat HRD mengerti. Ovi pun dipersilakan untuk duduk, sedangkan pelayan yang mengantar gadis itu tadi sudah kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Sudah siap untuk bekerja?" tanya si HRD.
"Siap, Pak."
"Di sini kamu akan sibuk sekali ditambah sebentar lagi bulan ramadhan akan datang membuat kedai ini akan semakin ramai. Apa nantinya kamu sanggup menghadapi itu semua?"
"Sanggup, Pak," jawab gadis itu yang membuat si HRD mengangguk paham.
"Lulusan?"
"SMA," jawab Ovi. "Tapi saat ini saya juga sedang berkuliah," jelasnya lagi.
"Kuliah? Itu berarti kamu tidak bisa bekerja sehari penuh di sini," jelas HRD itu yang membuat gadis ini mengangguk.
"Maaf, Dik, kita sedang mencari pekerja untuk bekerja full sehari bukan bekerja part time," jelas HRD yang membuat binar kebahagiaan di mata Ovi menjadi redup.
"Saya akan berusaha semaksimal mungkin, Pak."
"Kamu tidak akan bisa. Saya sarankan kamu untuk menyelesaikan kuliah dulu atau kamu bisa memilih mana yang lebih penting di antara keduanya. Saran saya lanjutkan kuliah karena pendidikan itu lebih penting. Dengan kamu lulus kuliah, mungkin nantinya akan mendapat pekerjaan yang lebih layak, misal di perusahaan besar. Bukan malah sebagai pelayan kedai makan seperti ini."
Perkataan pihak HRD ada benarnya juga. Namun, saat ini dia sangat membutuhkan pekerjaan, tidak peduli gelar apa yang dia sandang saat ini. Namun, gadis itu pun tidak bisa memaksa mereka untuk menerimanya. Lagi pula memang sedikit sulit mendapatkan pekerjaan paruh waktu. Sepertinya gadis ini harus segera memutar otak.
Dududududu numpang lewat ...
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...