Reon menahan semua amarahnya agar tidak meluap kepada gadis ini. “Kamu salah paham,” jedanya sebentar, “dia berbohong.”
“KAMU YANG BERBOHONG,” teriak Ovi nyaring sambil mendorong Reon hingga pemuda itu terhuyung ke belakang.
“Aku benci kamu! Mulai sekarang kita putus!” tekan gadis itu berkali-kali.
“Nggak.”
“Aku nggak peduli. Kita sudah berakhir, Re.” Gadis itu berjalan ke arah pintu meninggalkan Reon yang berdiri kaku. Namun, dia lupa jika Reon telah mengunci pintu kamar ini dari dalam dan kuncinya telah dibuang ke sembarang arah.
“Kamu nggak akan bisa pergi dari aku,” kata pemuda itu dingin.
“Aku bisa dan kali ini akan tetap bisa,” balas Ovi dengan percaya dirinya. Namun, percayalah sekarang dia sedang menahan ketakutannya sendiri kepada Reon.
“Buka pintunya.”
“Nggak.”
“AKU BILANG BUKA PINTUNYA.” Gadis itu seakan tidak lelah terus berteriak kepada Reon. Tenggorokannya terasa kering ketika dia harus terus menerus berteriak dan berteriak. Dada gadis itu naik turun menandakan jika napasnya terkuras habis. Reon berjalan mendekat, mendekat dan terus mendekat. Gadis ini pun memalingkan wajahnya tidak ingin melihat mata pemuda yang sudah menyakiti hatinya.
“Maaf ... maaf untuk semua.” Gadis ini membelalak kaget. Ini pertama kalinya Reon meminta maaf terlebih dahulu. Namun, dia tidak ingin goyah, dia akan terus memberontak.
“Nggak. Aku benci, benci, dan benci sama kamu. Sekarang ... CEPAT BUKA PINTUNYA!”
“BERHENTI BERTERIAK! Aku muak. Egois, ceroboh, dan bodoh. Itulah kamu. Gadis pembangkang.” Dingin dan menusuk. Ovi kembali menangis karena lagi dan lagi Reon merendahkan dirinya.
“Ya, aku memang gadis bodoh. Gadis bodoh yang terlalu mencintai laki-laki brengsek seperti kamu. Aku memang bodoh.”
Terjadi keheningan di antara keduanya, hingga suara Reon memecah semuanya. “Semua yang dia katakan bohong. Aku dan dia hanya teman—”
“Teman tidur maksud kamu?” potong gadis ini dengan sinis.
“Nggak. Dia bohong. Aku sama sekali nggak pernah tidur sama dia, Vi,” jawab Reon sungguh-sungguh.
“Pembelaan yang bagus, Re. Aku nggak akan pernah percaya lagi sama pembohong.”
Tiba-tiba saja mata pemuda itu berkilat marah. Tangannya bahkan mengepal dengan kuat dan siap untuk menghancurkan semua yang ada di dekatnya.“Kenapa? Mau marah? Mau tampar aku? Ayo, ayo. Aku nggak takut,” imbuh gadis ini yang semakin menambah kemarahan pemuda itu. Akan tetapi, Reon memiliki cara tersendiri untuk mengontrol kemarahannya. Dia tidak ingin menyakiti gadis ini. Tidak, dia tidak boleh melakukan itu.
“Sebaiknya kita tidur,” kata pemuda itu mengalihkan pembicaraan mereka.
Bukan Ovi namanya jika tidak memberontak. Dia tidak ingin kembali luluh dengan segala perlakuan pemuda ini. “Lepas! Aku mau pulang!”
“Diam! Tidur!”
Dan pada kenyatanya dia tidak akan bisa terlepas dari kekangan seorang Reon. Pemuda itu bahkan memeluknya dengan erat. Dan dengan terpaksa Ovi pun menutup matanya karena semua akan terasa sia-sia bagi dirinya jika melawan kekuatan pemuda ini.
Reon menghembuskan napas beratnya. Dia sudah bertekad jika nanti akan memberi sedikit pelajaran kepada gadis licik bernama Bella itu. Senyum penuh arti ia tampilkan dan hanya dia yang tahu apa yang akan didapat oleh temannya itu. Reon mengeratkan pelukannya kembali kepada gadis kecil yang sedang tidur terlelap dengan nyaman. Menyusul Ovi ke dunia mimpi mungkin itu pilihan yang tepat.
“Menurut gue lo gila, Bel. Lo malah buat cerita yang begitu. Nanti kalau Reon tau, lo bisa habis sama dia,” ucap seseorang di sebuah kafe. Kini hanya tinggal mereka berdua yang mana teman-temannya telah pergi.
“Biarlah, gue muak lihat muka dia. Sok polos, gue benci saat Reon melihat dia tanpa berkedip. Asal lo tau, dulu dia juga natap kayak gitu ke gue.”
“Memang benar, ya, cemburu bisa mengubah seseorang menjadi buta.”
“Ini belum seberapa, gue akan terus buat dia menderita hingga dia pergi dari kehidupan Reon,” ucap Bella dengan keyakinan. Tomi hanya menggeleng melihat kelakuan temannya yang terobsesi dengan sosok Reon. Ya, mereka berdua sama-sama tidak menyukai gadis yang merupakan kekasih dari pemuda itu. Bella tidak menyukai gadis itu karena Reon. Sedangkan Tomi, pemuda itu tidak pernah memberitahu siapa pun alasan mengapa dia membenci Ovi. Namun, dia mempunyai rencana licik ke depannya untuk gadis itu.
___
Gaess, gila sih ini cerita. Sepertinya ini akan merujuk ke arah obsesi yang terlalu tinggi 😂
Ya pokoknya ini adalah cerita dengan gaya baru yang ingin coba aku buat. But, tenang aja sih, kalau pun ada kekerasan, aku nggak bakal sadis-sadis amat. Sumpah deh. Apakah ini termasuk ke cerita 'dewasa'? Sekarang sih belum aku taruh di dewasa, tapi kalau nanti ada kekerasan, bakal aku ubah ke rate itu ya.
Btw, thanks untuk semua yang sudah mampir.
Love u 3500 ❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...