28

3.4K 149 14
                                    

Namanya Reon. Pemuda dengan segala aturan dan perintah yang tidak boleh dilanggar. Ya, setidaknya Ovi harus siap dengan segala perkataan pedas dari kekasihnya itu ketika dia dengan sengaja membantah perintah Reon.

Seperti saat ini. Keduanya sudah berada di rumah pemuda itu sejak 30 menit yang lalu. Reon memaksa Ovi untuk pulang karena gadis itu telah ketahuan melanggar perintahnya. Yang bisa gadis itu lakukan hanya menunduk dan menunggu Reon berbicara. Namun, setelah 30 menit berlalu pemuda itu enggan untuk membuka suara. Dan itu malah membuat Ovi menjadi gugup ketika merasakan hawa tidak enak di sekitar ruang tamu pemuda itu.

Apa dia harus meminta maaf duluan?

Menjelaskan semua kenapa dia melakukan tindakan itu?

Atau dia diam saja menunggu Reon bicara?

Ovi bingung sendiri dan tidak tahu harus melakukan apa. Apa sebaiknya dia pulang saja? Tapi, itu akan membuat Reon semakin marah. Dan kenapa juga dia takut kepada pemuda itu? Oh ayolah. Mata Reon itu tajam, dan ketika Ovi menatap mata elang kekasihnya itu, dia tidak akan bisa berkutik. Haruskah dia memakai penutup kepala?

"Hari ini ada tiga kesalahan yang kamu buat," ucap Reon yang mulai membuka suara. Ovi menganga. Tiga? Kok banyak?

"Tunggu, Re. Kok tiga? Aku cuma sekali buat kesalahan," bela gadis itu yang tak terima dengan tuduhan kekasihnya ini. Reon terkekeh mendengar nada protes dari mulut kecil gadisnya ini.

"Pertama, kamu diam-diam kabur saat aku ada kelas. Kedua, kamu malah kerja dan sebelumnya aku sudah larang hal itu. Ketiga, kamu malah memilih berduaan dengan cowok brengsek di cafe itu," jelas Reon membeberkan satu per satu kesalahan yang sudah gadis itu buat. Tentu saja Ovi hendak protes, tapi Reon dengan sigap membungkam gadis itu dengan pertanyaan menyudutkan. "Kira-kira hukuman apa yang pantas untuk gadis pembangkang seperti kamu?" tanya Reon dengan seringainya.

Hukuman? Kenapa ini seperti saat dia sekolah dulu? Ketika dia tanpa sengaja lupa tidak mengerjakan tugas atau malah melanggar peraturan sekolah. Oh ayolah, dia sudah dewasa, bukan?

"Kenapa harus ada hukuman, sih, Re? Untuk kesalahan pertama dan kedua, aku lakuin itu semua demi kebaikan aku dan Bunda. Kalau aku nggak kerja gimana aku bisa kuliah? Gimana aku dan Bunda bisa makan? Untuk kesalahan ketiga aku gak setuju sama pendapat kamu. Aku nggak berduaan sama Roni. Dia temen kampus aku sekaligus bos di tempat aku kerja. Dan saat itu kita lagi diskusi soalnya aku udah buat kesalahan tadi," jelas Ovi yang memang dia tidak bersalah dalam hal ini.

"Untuk alasan pertama, aku sudah kasih solusi ke kamu untuk kita menikah -"

"Kemarin kita sudah bahas ini, Re! Jangan aneh-aneh," potong gadis itu yang kesal ketika Reon selalu membahas soal pernikahan. Mereka masih muda dan dia juga belum memikirkan untuk ke jenjang lebih serius. Apalagi dengan pemuda ini.

"Intinya aku gak terima semua alasan yang kamu buat. Kamu akan tetap aku hukum. Gadis tidak penurut memang pantas dihukum bukan?" kata Reon yang kembali menunjukkan seringainya membuat Ovi menjadi merinding sendiri.

***

"Sekarang apa lagi?!" sentak seorang pemuda kepada salah satu orang suruhannya yang berada di ujung telepon.

"Maaf, Bos. Target sedang berada di rumah pemuda itu. Sepertinya mereka sedang berdebat. Ini ada kaitannya dengan si target yang memaksa untuk bekerja."

Pemuda itu mengernyit bingung. "Terus?"

"Sepertinya si target tidak akan kerja lagi di sana."

"Double shit! Awasi mereka dan cari celah untuk membuat hubungan keduanya renggang," perintah pemuda itu yang langsung dipatuhi oleh bawahannya. Setelah panggilan terputup, pemuda itu memandang lurus ke depan. Ada sebuah pohon dan dua burung asyik bertengger di salah satu dahannya. Pemuda itu tersenyum sinis. "Tunggu sebentar lagi, gue akan buat hubungan kalian hancur."

***

Gadis itu terus saja diam dan sesekali mendengkus kesal menunjukkan bahwa dia sedang protes dengan hukuman yang pemuda itu buat. Hukuman tak mendasar yang dicetuskan oleh Reon membuatnya bersungut-sungut. Lihat saja sekarang. Dia terjebak dengan pemuda itu dapur. Oh biar aku jelaskan hukuman apa yang gadis itu dapat

Sesuai banyaknya kesalahan yang dibuat oleh Ovi, maka dia mendapat 3 hukuman:
1. Memasakkan Reon selama tiga hari berturut-turut
2. Selalu berada di sekitar pemuda itu selama tiga hari berturut-turut kecuali kuliah
3. Ovi harus menginap di rumah Reon selama tiga hari

Kenapa identik dengan angka tiga? Itu sesuai dengan jumlah kesalahan yang dia perbuat. Tentunya gadis itu sudah protes. Namun, namanya juga Reon jadi dia tidak mau mendengar segala protesan dari gadis itu. Untuk menginap, tentu saja Reon meminta ijin kepada Rika, dan wanita paruh baya itu sudah sangat percaya dengan pemuda ini. Dan Ovi kesal ketika sang bunda dengan seenaknya memberikan Reon ijin. Dan karena inilah dia juga harus menghubungi Roni dan meminta ijin kalau tidak bekerja selama tiga hari. Astaga! Padahal dia masih karyawan baru dan dengan seenaknya mengambil cuti dadakan. Ini bahkan belum sebulan.

"Nih! Makan!" ketus Ovi yang telah selesai memasak. Gadis itu sudah menata makanan yang Reon inginkan di piring. Reon sedikit tersenyum, kemudian mengisyaratkan gadis ini untuk duduk di kursi sebelahnya. Ovi menurut saja dari pada hukumannya ditambah.

Reon tampak melihat empat piring makanan yang tersaji di depannya. Belum ada tanda-tanda pemuda itu akan makan, hanya melihat beberapa saat kemudian menatap Ovi di sebelahnya. Tentu saja gadis itu mengernyit bingung karena ditatap seintens itu.

"Ka-mu kenapa?" tanyanya gugup. Kapan Reon bisa membuat jantungnya normal? Pemuda itu benar-benar!

"Suapin." Satu kata, namun berdampak besar pada diri gadis itu. "Nggak!" tolaknya yang mendapat tatapam tajam dari si empu rumah.

"Ma-maksudnya ... kamu, kan punya tangan, Re. Ada sendok juga di depan kamu. Pakai itu saja," sanggah Ovi langsung yang takut jika pemuda itu salah paham pada dirinya.

"Apa aku perlu dua kali untuk perintah kamu?" tanya Reon yang jelas-jelas itu seperti ancaman terdengarnya. Dengan sigap Ovi menggeleng kuat dan dengan gerakan cepat dia meletakkan makanan tadi di piring Reon.

Gadis itu menyendokkan makanan dengan porsi kecil. Kemudian, dengan sigap Reon melahap makanan itu. Tentunya Ovi menjadi gugup karena pemuda itu terus menatapnya dengan intens. Posisinya sekarang mereka berhadapan, dengan Ovi yang telaten menyuapi kekasihnya itu.

"Aku suka cewek penurut, bukannya malah ngebantah terus," kata Reon disela-sela ia makan. Sejauh ini Ovi hanya menyimak dan tidak mau membalas. "Biasakan nurut sama aku sebagai pembelajaran kalau kita nikah nanti."

Dengan keras gadis itu meletakkan sendok di atas piring. Menatap sebal pemuda di depannya. Dia sedikit sensitif jika pemuda itu selalu membahas tentang pernikahan.

"Berhenti bahas nikah terus. Aku belum mau nikah," jelas Ovi menatap pemuda itu nyalang.

"Belum bukan berarti tidak, bukan? Aku bilang biasain dari sekarang," balas Reon dengan gerakan mengambil segelas air putih.

"Memang siapa yang mau nikah sama dia? Pede banget!" cibir Ovi dengan nada rendahnya, namun masih tetap terdengar oleh telinga tajam Reon.

"Aku dengar. Apa perlu aku buktikan sekarang kalau kamu bakalan nikah sama aku?" balas Reon dengan tegas yang membuat gadis itu terkejut. Padahal tadi dia berbicara dengan pelan.

Males ye ngomongin soal nikah mulu hadeuh -,-

Btw maaf banget karena biasanya aku update 2x sehari, eh ini malah ngaret jadi 6 hari 😭😭

Sebenarnya udah hampir seminggu akutuh nggak ada kuota 😥 miris banget ye.

Aku ucapin minta maaf yang sebesar-besarnya 🙈

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang