34

2.5K 128 10
                                    

"Gerald, udah ya sampai sini saja soalnya aku ada urusan juga sebentar lagi. Aku lupa kalau harus menemui seseorang," kata Ovi. Gadis itu baru mengingat untuk menghubungi Reon jika dia telah pulang. Gerald yang merasa dirinya sudah tak dibutuhkan lagi pun mengangguk dan bergegas meninggalkan gadis itu.

Martabak di sini memang terkenal enak, jadi tak heran jika banyak pembeli yang ke sini. Ditambah lagi tempatnya tepat di pinggir jalan yang mana mudah sekali untuk ditemukan. Sebenarnya Ovi sendiri sudah jarang membeli di sini karena memang letaknya berjauhan dengan rumahnya yang sekarang.

"Ini, Neng, martabaknya," kata si penjual yang telah selesai membuatkan pesanan untuk gadis itu. Ovi pun memberikan uang lembaran lima puluh yang kemudian diterima oleh penjual dan diserahkan kembali sisa kembaliannya. Tidak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada si penjual martabak.

Dengan sekantong martabak yang telah siap disantap, Ovi bergerak menuju ke seberang jalan. Dia menunggu ojol yang tadi dia pesan. Karena ini hanya bisa dilewati satu arah, maka gadis itu memilih untuk menyeberang. Ya setidaknya dia meringankan si onol ini dan tadi juga dia mengingatkan si ojol untuk berhenti di sebelah barat karena dia berada tepat di seberang tukang martabak ini.

Dengan hati-hati dia berjalan menyeberang. Ada beberapa pengguna pejalan kaki lainnya yang turut menyeberang. Hari ini memang cerah, namun tidak melunturkan semangat orang-orang untuk berjalan kaki. Selain gratis, faktor kesehatan juga menjadi  alasannya.

"Lagi nunggu angkot, Mbak?" tanya sebuah suara tepat di samping gadis itu. Seorang ibu-ibu dengan perut yang sedikit membuncit menyapa Ovi. Karena perut yang menonjol ke depan, maka hal utama yang menjadi penglihatan gadis itu ada perut wanita itu.

"Nggak, Bu. Saya lagi nunggu ojol. Udah janjian nunggu di sini," jelasnya.

"Oh kirain."

Kemudian wanita itu menatap lekat Ovi. Yang ditatap pun menjadi salah tingkah. Dia pikir ada yang salah dengan dirinya. Lantas Ovi pun mengecek baju yang dia pakai barangkali ada yang salah. Namun, sejauh yang dia lihat semuanya tampak normal. Ovi menengok ke arah kanan dan kirinya, di sini tampak sepi yang hanya tersisa dia dan wanita hamil ini. Tapi, ini siang hari bukan? Tidak mungkin juga ibu-ibu ini memiliki niat jahat kepadanya.

"Maaf, Bu, apakah ada yang salah?" tanya Ovi dengan gamblang yang sudah tak nyaman dengan tatapan wanita itu.

Wanita hamil itu pun mengangkat tangannya. Mendekatkan jarinya ke pipi kiri Ovi, yang dipegang pun tampak gugup, dan terakhir tangannya hinggal di pergelangan tangan gadis itu. Menggenggamnya tidak terlalu kuat, namu mata wanita itu tampak terpejam. Ovi pun mengernyit bingung. Apakah wanita ini akan melahirkan?

Di tengah pergumulan segala pemikirannya itu, tiba-tiba saja mata wanita itu terbuka dan menatap Ovi dengan tatapan aneh. "Maaf? Ibu tidak apa-apa?" tanya Ovi khawatir. Wanita itu pun menggeleng dan segera melepaskan genggamannya.

"Mbak, bukannya saya menakuti-nakuti, tapi saya ingatkan Mbak untuk berhati-hati mulai sekarang," kata wanita itu yang tentu saja tidak dipahami oleh gadis ini.

"Maaf?"

"Begini, maaf sebelumnya karena saya lancang menggunakan penglihatan saya kepada, Mbak. Saya hanya ingin memperingatkan kamu untuk berhati-hati. Hindari tempat yang sepi, jangan langsung percaya dengan orang lain, pokoknya saya minta kamu harus berhati-hati mulai sekarang."

"Iya, Bu, terima kasih sebelumnya. Tapi, semua ini maksudnya apa? Saya nggak paham," ucap Ovi yang memang tidak ia mengerti kenapa ibu ini memintanya untuk hati-hati.

"Dalam waktu dekat akan ada hal buruk yang menimpa kamu. Saya nggak bisa beritahu banyak karena peraturannya memang saya nggak boleh banyak bicara."

Aneh. Tentu saja Ovi merasa aneh dengan wanita hamil ini. Apakah ibu ini semacam cenayang? Atau hanya berusaha menakut-nakuti dirinya.

"Tapi, Bu -"

"Loh? Ibu itu ke mana?!"

Belum hilang keterkejutannya mengenai segala ucapan yang wanita itu bilang, gadis itu dikejutkan dengan tidak beradanya wanita itu di tempat. Ini aneh. Bukankah ibu hamil iti duduk tepat di sebelahnya? Lantas Ovi pun menengok ke kanan, kiri, depan, dan belakangnya, mencoba mencari keberadaan ibu itu. Kosong. Tidak ada satu orang pun.

"Mbak Ovi?"

"Astaghfirullah." Ovi pun mengelus dadanya akibat terkejut mendengar panggilan yang ada di depannya. Seorang pria berbaju hijau dengan helm berwarna senada serta ponsel yang dia pegang. Gadia itu pun berdiri dan segera menghampiri ojol pesanannya.

"Mbak Ovi, bukan?" tanya ojol itu sekali lagi.

"Iya, Mas."

"Oh oke. Ini helmnya, Mbak."

Ovi pun menerima helm itu. Sambil memakai helmnya, Ovi masih sempat menengok ke tempat duduk yang tadi dia dan wanita itu duduki. Dia masih tidak mengerti ke mana ibu itu pergi? Dan yang kembali membuatnya bertana-tanya adalah apa maksud dari ucapan ibu tadi? Apa itu sebuah peringatan atau dia hanya dipermainkan oleh seseorang?

"Sudah, Mbak?" Suara ojol itu pun mengagetkan Ovi kembali. Lantas dia segera menaiki motor ojol tersebut.

"Sesuai order ya, Mbak, tempatnya," tanya ojol itu lagi yang diiyakan oleh gadis ini."

"Mbak, bukannya saya menakuti-nakuti, tapi saya ingatkan Mbak untuk berhati-hati mulai sekarang,"

"Begini, maaf sebelumnya karena saya lancang menggunakan penglihatan saya kepada, Mbak. Saya hanya ingin memperingatkan kamu untuk berhati-hati. Hindari tempat yang sepi, jangan langsung percaya dengan orang lain, pokoknya saya minta kamu harus berhati-hati mulai sekarang."

"Dalam waktu dekat akan ada hal buruk yang menimpa kamu. Saya nggak bisa beritahu banyak karena peraturannya memang saya nggak boleh banyak bicara."

Gadis itu tampak menghembuskan napasnya dengan kasar. Hari ini adalah hari paling aneh dalam hidupnya apalagi ketika mengingat segala perkataan wanita hamil itu. Dan juga beliau yang tiba-tiba menghilang membuat Ovi merinding dibuatnya. Masa iya hantu berada di pinggir jalan saat siang hari seperti ini? Itu aneh dan tidak mungkin. Oke, Ovi memantabkan kepada pikirannya jika apa yang terjadi hari ini bukanlah apa-apa. Anggap saja tadi dia tidak melihat wanita itu pergi. Atau dia tidak mendengar ketika wanita itu ijin untuk pergi. Ya, mungkin begitu keadaan yang sebenarnya.

Ehe. Udah segitu aja jangan banyak-banyak. Btw kok serem? Ya, pokoknya itu kita anggap aja sebuah peringatan. Ovi percaya atau nggak ya terserah dia.

Terima kasih untuk yang sudah stay hingga sampai di sini 😊

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang