Dan di sini Ovi berada, kamar Reon. Dengan segala perintahnya, akhirnya Reon bisa membuat gadis ini tidak bisa berkutik. Ovi akan mengalah hanya untuk hari ini. Ingat! Hari ini saja. Dan besok dia akan masuk kerja. Untung saja dia tadi sudah mengirimi Roni pesan singkat jika dia hari ini belum bisa masuk kerja. Dan untungnya lagi Roni mengerti. Pemuda itu sangat paham jika temannya ini pasti sedang memiliki urusan dengan Reon.
Ovi yang masih tampak kesal dengan keputusan pemuda di sebelahnya pun tampak tak peduli dengan aktifitas pemuda itu. Ovi memilih fokus dengan film yang dia tonton, sedangkan Reon tampak fokus dengan entah apa yang ada di layar laptopnya. Ovi pikir pemuda itu pasti sedang pusing dengan sidangnya. Terlebih lagi ada perusahaan yang harus dia urus. Dan sekarang haruskah Ovi menambah pikiran pemuda itu? Dari awal gadis ini tidak ingin membuat orang sekitarnya khawatir apalagi mencemaskannya. Dia yakin bisa menjalani harinya dengan baik. Ya, setidaknya itu yang selalu dia tanamkan dalam pikirannya.
"Huft." Sekali lagi gadis itu menghembuskan napasnya. Dia bosan melakukan aktifitas seperti ini. Reon saja sibuk dengan laptopnya, lantas untuk apa dia di sini?
Gadis itu beranjak dari ranjang. Mengetahui pergerakan di sebelahnya, membuat Reon menoleh. "Mau ke mana?" tanya pemuda itu langsung yang membuat pergerakan Ovi terhenti.
"Mau ambil minum," jawabnya. Dia hanya ingin ke dapur untuk mengambil minum dan sedikit cemilan untuk teman menontonnya. Pemuda itu pun mengangguk. Dia hanya memastikan jika gadis ini tidak akan kabur lagi. Ovi pun berlalu meninggalkan Reon yang kembali fokus dengan benda persegi itu.
Ovi menuangkan susu coklat di gelasnya. Di luar masih gerimis, hujan memang enggan untuk berhenti sepertinya. Gadis itu membuat dua gelas susu coklat untuknya dan Reon. Meskipun Reon menyebalkan hari ini, namun Ovi juga harus memperhatikan pemuda itu. Setidaknya itu amanah dari Cia sebelum gadis itu meninggalkannya. Kalau dipikir-pikir seandainya saja Cia ada di sini, Ovi pasti tidak akan terjebak dengan Reon.
"Seandainya lo ada di sini, Ci," lirih gadis itu yang nampak sedih ketika mengingat sahabatnya itu. Kapan gadis itu akan pulang? Ovi sudah lelah menghadapi sikap Reon yang egois.
"Aku buatin kamu susu coklat. Diminum, Re," ucap Ovi sambil meletakkan segelas susu coklat milik pemuda itu. Hanya ada sebuah deheman dari Reon dengan mata yang masih fokus ke layar persegi di depannya.
"Kamu ngerjain apa, Re? Tugas kampus?" tanyanya yang membuat Reon menoleh kepada gadis yang duduk di sebelahnya itu.
"Skripsi. Minggu depan aku akan sidang," jelas pemuda itu yang membuat Ovi mengangguk mengerti. Sidang memang sangat menegang bagi kebanyakan mahasiswa. Namun sepertinya hal itu tidak berlaku bagi Reon. Mengingat pemuda ini yang suka sekali menampilkan ekspresi datarnya itu.
"Semangat ya! Semoga lancar," kata Ovi memberi sedikit semangat kepada kekasihnya itu. Dan Reon pun mengangguk dengan bibir yang tersenyum.
"Nanti temani aku saat sidang. Tunggu aku di luar. Bisa?" tanya Reon. Ovi membola terkejut. Tumben sekali Reon meminta persetujuannya, biasanya pemuda ini memaksa sesuka hatinya.
"I-iya," jawab Ovi yang gugup. Mood Reon cepat sekali berubah.
***
Ovi bernapas lega akhirnya dia bisa masuk kerja hari ini. Siang ini sepertinya Reon sedang ada kelas, tentunya gadis itu tidak melewatkan kesempatan untuk kabur. Dan Ovi sudah berjaga-jaga dengan mematikan ponsel, agar Reon tidak bisa menghubunginya. Nanti jika pemuda itu bertanya maka dia akan beralasan kalau ponselnya kehabisan daya.
"Ovi, nanti kamu jam dua siang tolong bantu Sasa dan Yubi sebentar karena Lala sedang ada urusan," perintah Roni. Ovi pun mengangguk. Lala beberapa hari ini memang akan pulang di jam dua siang karena gadis itu harus bolak-balik bergantian menjaga sang ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Tentunya berita mengenai orang tua gadis itu sudah diketahui banyak orang di sini. Dan pekerja di sini akan bergantian menggantikan tempat gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...