Kini Reon tidak kembali sendirian di dalam rumahnya. Pemuda itu sudah memiliki pengobat rasa kesendiriannya selain Ovi. Cia, sang adik telah kembali dan itu artinya dia bisa mengawasi adik kecilnya setiap saat. Cia sendiri juga bahagia karena bisa kembali lagi ke negara dan rumahnya. Dia sebenarnya sangat merindukan negara ini. Berkali-kali ingin kembali, namun ada hal-hal lain yang membuatnya mengurungkan niatnya untuk kembali.
"Bang, selama aku nggak di sini, Bang Reon nggak buat Opi kesusahaan, kan?" tanya gadis itu membuat pergerakan sang kakak yang semula ingin menyendokkan makanannya malah tidak jadi.
"Tentu saja aku memperlakukan dia dengan baik. Dia pacarku. Tidak mungkin juga aku menyakiti dia," jawab pemuda itu dengan nada datarnya. Cia yang melihat kakaknya tampak dingin ini pun menjadi sedih. Dan dia bisa memprediksi bagaimana sulitnya sang sahabat menghadapi Reon.
"Opi adalah sahabatku, Bang. Jangan buat dia sedih apalagi kesusahaan. Sudah cukup bayak penderitaan yang dia dan Bunda Rika alami," ucap Cia memperingati sang kakak.
"Kamu berkata seperti itu seolah-olah aku memperlakukan dia dengan buruk selama ini," sanggah Reon yang tidak suka dengan pernyataan yang baru saja adiknya utarakan.
"Bukan begitu, Bang," jawab Cia. "Ya sudah setelah ini aku mau langsung istirahat," lanjut gadis itu memilih mengalah. Dia baru saja pulang dan tidak mungkin juga dia melakukan debat lagi dengan kakaknya ini. Reon mengangguk tanpa berniat mencegah sang adik sedikit pun karena dia tahu jika gadis ini pasti lelah.
"Bang Reon jangan kerja terus. Aku nggak mau Bang Reon jatuh sakit karena terlalu fokus ke perusahaan," peringat Cia yang diangguki saja oleh Reon.
***
"Kenapa lo telepon gue? Katanya besok aja kita ketemunya," ucap Ovi di seberang sana.
"Ada banyak hal yang pengen gue tanya dan ceritain ke lo, Pi. Dari dua hal itu, mana dulu yang pengen lo denger?" tanya Cia. Gadis itu memang berpamitan kepada Reon akan istirahat, namun dia memilih menghubungi sang sahabat karena tadi di rumah Cia dia belum bisa cerita banyak.
"Emm, gue nggak doyan pertanyaan yang sebenarnya malas untuk gue pikirin jawabannya. Jadi, gue pilih denger cerita lo dulu," jawab gadis di sana yang membuat Cia terkekeh dibuatnya.
"Baiklah. Gue nggak akan cerita soal kehidupan di luar negeri karena pada dasarnya gue di sana menjalani hidup yang datar banget. Kuliah, pulang, ngerjain tugas, ya begitulah. Gue mau cerita soal kedatangan gue di sini," kata Cia mengawali perjalanan panjang yang ia lewati beberapa saat yang lalu ketika dia baru saja menginjakkan kaki di negaranya ini.
Sejauh ini Ovi mencoba menjadi pendengar yang baik. Dia sudah lama sekali tidak melakukan curhat seperti ini selain dengan Cia tentunya. "Gue ketemu Zeus tadi."
"APA?!"
Seketika gadis bernama Cia itu menjauhkan ponsel miliknya. Dia sudah bisa menebak bahwa gadis di seberang sana akan terkejut, dan itu juga yang dia rasakan tadi. "Lo serius? Ketemu dia? Dia ada di sini? Bukannya dia nggak di sini, ya? Dia di Surabaya bukan, sih?" cerocos Ovi tanpa lelah yang tidak memberi jeda Cia untuk menjawab pertanyaan beruntunnya itu.
"Gue serius, Pi. Lo pasti kaget, kan? Gue juga kaget banget tadi, padahal gue baru sampai di sini. Oh iya, gue juga nggak tau kenapa dia ada di sini. Dan gue juga baru tadi tau kalau ternyata selama ini dia nggak ada di kota ini," jelas Cia. Gadis itu membuat sedikit pergerakan mengambil air minum miliknya yang selalu tersedia di meja kecil dekatnya itu. Dengan sekali teguk tenggorokannya pun terasa lega. Kemudian dia kembali merebahkan dirinya di atas kasur.
"Tunggu. Kalian tadi sempet ngobrol?"
Cia mengangguk walaupun dia tahu bahwa Ovi tidak akan melihatnya. "Ya. Dia yang ajak. Gue sebenarnya tadi udah mau kabur aja," kata Cia mengingat tadi pertemuannya dengan pemuda yang sudah lama sekali tidak ia lihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...