"Hai," sapa gadis itu kepada sang kekasih yang tampak sibuk di ruangannya. Reon menoleh sekilas dan mengangguk saja. Kemudian dia kembali sibuk dengan berkas-berkas yang harus dia tanda-tangani dan periksa.
Ovi pun tampak acuh, dia memilih untuk duduk di sofa yang kebetulan ada di dalam ruangan Reon. Menunggu Reon selesai mungkin adalah pilihan yang terbaik. Tadinya dia ingin langsung pulang saja, namun ketika mengingat perkataan pemuda itu tadi pagi membuat dia mengurungkan niatnya.
Gadis itu membuka kotak makanan yang berisi martabak yang dia beli. Bau khas martabak pun memenuhi ruangan Reon yang berisi. Langsung saja pemuda itu menengok ke asal bau ini. Di sana Ovi sedang menikmati martabaknya sendiri tanpa menghiraukan orang lain yang ada di ruangan ini. Reon pun menghembuskan napasnya. Sungguh ini sedikit mengganggu, tapi tidak mungkin juga dia mengusir gadis itu, bukan?
Tok tok tok
"Masuk."
Ovi pun memperbaiki duduknya ketika mendengar suara ketukan pintu dari arah luar. Seorang wanita cantik memasuki ruangan atasannya. Wanita itu sedikit mengernyit bingung dengan bau ruangan milik bosnya itu yang tak seperti biasanya.
"Pak, ini ada berkas dari divisi keuangan untuk gaji karyawan," jelas wanita itu yang memang membawa map hijau. Reon pun segera mengambil map itu, membacanya sebentar kemudian segera membubuhkan tanda tangannya. Setelah itu wanita yang Ovi yakini sebagai karyawan kekasihnya itu pun berjalan ke pintu. Tak sengaja dia melihat sosok lain di dalam ruangan atasannya. Seorang gadis muda yang tampak asyik dengan makanannya. Jadi inilah asal dari bau itu. Ovi sendiri memang tampak hirau. Dia pikir klien Reon, tapi nyatanya bukan.
"Besok-besok jangan bawa makanan ke ruanganku lagi," ujar Reon tanpa menoleh sedikit pun kepada Ovi. Gadis itu pun memandang kekasihnya tak suka. Dia segera menutup kotak makanannya dan berlalu menuju ke kulkas kecil yang memang tersedia di ruangan Reon. "Kalau makan jangan langsung minum air dingin. Minum air biasa saja sudah cukup."
Bodo amat. Gadis itu menghiraukan segala ocehan kekasihnya. Terlalu banyak aturan yang ada dalam kehidupan pemuda ini. Bagaimana jika di masa depan nanti mereka menikah? Pasti ruang gerak gadis itu akan sangat terbatasi. Membicarakan tentang menikah, pipi Ovi seketika memerah. Kenapa dia bisa sampai berpikir ke arah sana? Dengan segera dia berlalu menuju ke arah kamar mandi agar Reon tidak melihat wajahnya yang memerah ini.
"Hei! Kamu kenapa?" tanya Reon yang bingung dengan sikap yang ditunjukkan kekasihnya ini. Dengan segera dia mengejar Ovi yang buru-buru masuk ke kamar mandi. Gadis itu merasa lega karena dia bisa kabur. Sekarang dia harus menghilangkan merah merona yang ada di pipinya ini.
Ketukan pintu terdengar. Itu pasti Reon. "Ovi? Kamu tidak apa-apa? Hei?"
"A-aku nggak apa-apa, Re. Perutku sakit, jadi aku ke kamar mandi," jelasnya yang memang berbohong. Reon pun bernapas lega jika gadis itu baik-baik saja.
"Besok-besok jangan makan terlalu banyak. Lihat, perut kamu sudah tidak bisa menahannya," ucap pemuda itu yang kemudian berlalu kembali bergulat dengan berkas-berkas miliknya. Gadis itu pun mendengkus kesal mendengar cibiran kekasihnya itu. Padahal dia sedang berbohong mengenai perutnya yang sakit.
Selepas menunggu Reon selesai dengan pekerjaan. Pemuda itu pun mengantarkan kekasihnya pulang. Menurtku hal yang Ovi lakukan sebenarnya tidak efektif, ya. Gadis itu awalnya pulang diantar oleh Gerald, namun dia malah berubah haluan untuk berkunjung ke perusahaan Reon. Yang mana ending dari hari ini adalah dia tetap pulang ke rumah. Untuk apa capek-capek ke perusahaan Reon jika pada akhirnya dia akan pulang ke rumah? 😂😂
"Reon, sepertinya ada yang salah sama kita," celetuk gadis itu yang menyadari kebodohannya kali ini. Bisa-bisanya dia menuruti kemauan kekasihnya ini.
Pemuda yang sedang sibuk menyetir itu pun menoleh sekilas kepada kekasihnya. "Maksudnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...