"Lakukan sekarang," perintah seseorang kepada suruhannya yang berada di seberang teleponnya itu. Kemudian orang itu menatap langit senja yang sudah tergantikan dengan sinar bulan. Rencanya kali ini akan berhasil. Menghancurkan mereka adalah keinginannya sejak awal.
Seorang gadis nampak baru saja keluar dari kantor tempat dia bekerja. Hari ini dia mendapat shift siang hingga sore, namun karena pekerjaannya yang sedikit lebih banyak, maka dia pun harus rela untuk lembur. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Rasa-rasanya dia tidak enak untuk menghubungi Reon guna menjemputnya. Gadis itu berjalan menuju ke halte yang memang kebetulan dekat dengan area kantornya.
Dilihatnya beberapa kali kendaraan berlalu lalang. Pada dasarnya Reon sudah mewanti dirinya untuk segera menghubungi pemuda itu, namun memang dasarnya gadis ini selalu merasa tidak enak, maka dia pun urung menghubungi kekasihnya itu. Dan lagi pun ponsel miliknya habis baterai tadi.
"Huftt." Gadis ini sedikit menggosok kedua telapak tangannya, kemudian ia tempelkan di kedua pipinya. Hangat yang ia rasakan mampu sedikit mengobati dinginnya malam. Matahari telah digantikan oleh bulan, apakah akan ada bus yang lewat sini? Hanya kendaraan itu yang bisa dia pakai saat ini mengingat jika dia naik taksi, maka akan sedikit lebih mahal. Menurutnya tak mengapa naik kendaraan umum selagi bisa menghemat uang.
TINNNN
Suara klakson mobil membuyarkan lamunan gadis itu. Dengan segera dia berdiri dari tempat duduknya dan melihat siapa si pemilik kendaraan. Setelah kaca jendela dibuka, dia pun nampak terkejut mendapati pemuda yang dia kenali itu.
"Kak Aldo?" Dengan langkah kecilnya, Ovi pun menghampiri mobil itu.
"Masuk, Vi," perintah pemuda itu yang segera dilakukan oleh gadis ini. Setelah dirasa gadis itu sudah masuk, dia pun segera melajukan mobilnya kembali.
"Lo kok bisa ada di sini?" tanya gadis itu.
"Kebetulan lewat. Gue pikir itu bukan lo, eh ternyata benar. Ya udah gue putar balik barusan," jelas pemuda ini.
"Astaga sampai segitunya. Btw, thanks udah beri gue tumpangan gratis," ucap Ovi.
"Sama-sama. Oh iya, Reon ke mana? Dia nggak jemput lo?" tanya pemuda ini yang tak melihat keberadaan temannya itu. Biasanya juga pemuda itu sangat posesif kepada gadis ini."Gue tadi lembur sebentar. Udah bilang ke Reon juga, tapi HP lowbat, jadi nggak bisa hubungi dia. Lagipula gue juga nggak enak kalau terus-terusan repotin Reon," jelas gadis ini menatap mainan yang berada di dashbor mobil milik Aldo ini.
Pemuda ini pun nampak mengangguk mengerti. "Lo bisa pakai HP gue, Vi, kalau mau. Takutnya si Reon khawatir," sanggah Aldo yang masih fokus dengan jalanan yang dilaluinya.
"Emm, nggak usah, deh, kasihan dia pasti lagi capek. Habis ini gue bakal hubungi dia kalau sudah sampai rumah," balas Ovi yang disetujui oleh pemuda ini.
CITTT
"Aduh!"
Kepada keduanya pun terkantuk benda di depan mereka. Ovi nampak memegangi kepalanya yang sedikit pusing. Aldo pun sama, dia segera mengecek keadaan gadis di sebelahnya. "Lo nggak apa-apa, kan?" tanya pemuda itu.
Gadis itu pun menoleh dan memperbaiki letak tempat duduknya. "Nggak apa-apa, Al. Untung ada seat belt," jawabnya.
Aldo pun nampak lega. Kemudian dia beralih menatap pengendara motor di depannya yang dengan seenaknya memotong jalan. Dia pun segera turun untuk mengecek keadaan si pengendara. Sedangkan Ovi dia minta untuk menunggu di dalam mobil saja.Pemuda itu pun mendekati si pengendara motor yang masih berada di aspal dengan posisi duduk memegangi lututnya. "Mas, nggak apa-apa, kan?" tanya Aldo. Gila saja baru kali ini dia mengalami kecelakaan. Padahal jika dipikir-pikir tadi dia melaju dengan kecepatan normal, dan lagi pula ini jalanan sepi yang mana orang bebas juga untuk mengebut.
"Nggak apa-apa gimana, Mas? Ini saya ditabrak, loh," timpal pengendara motor itu sambil menunjuk kakinya yang terasa sakit.
"Ya sudah, Mas, biar saya bawa ke rumah sakit saja biar cepat diobati," kata Aldo memberi pria itu solusi.
"Nggak perlu. Mending kamu ganti rugi semua ini. Saya akan berobat sendiri," timpal si pengendara ini. Aldo pun mulai tersadar jika dia sedang ditipu. Dia mengingat beberapa cerita dari karyawannya yang mana sering menemukan hal seperti ini. Pura-pura tertabrak adalah jalan untuk mendapat uang.
"Maaf, Mas, sepertinya–"
BUGH
"AKKHHH."
Ovi yang melihat dari dalam mobil pun namapk terkejut. Gadis itu segera keluar guna menolong kakak dari sahabatnya. "Kak Aldo."
"Akkhh." Pemuda itu mencoba berdiri, namun langkahnya terhenti ketika sesuatu kembali menghantam punggung bagian belakangnya. Sial! Apa mereka sekelompok begal?
Kemudian pemuda itu mengingat jika ada Ovi di sana. Dia harus mengamankan gadis itu. "OVI LARI!" teriaknya. Gadis itu pun terkejut mendengar teriakan pemuda itu. Lantas dia pun berbalik arah dan berlari dari sana, namun sebagian hati kecilnya masih mengkhawatirkan keadaan pemuda itu. Akan tetapi, dia harus segera mendapat bantuan. Sial! Mengapa juga jalanan ini harus sepi seperti ini.
Hap. Satu tangkapan berhasil menghentikan langkah gadis ini. Dia pun menoleh dan mendapat seorang pria dengan badan kekar serta tato yang banyak di bagian tubuhnya. "Lepas!" teriaknya memberontak. "Aku ini nggak punya apa-apa. Kamu nggak akan dapat apa-apa dariku!" sentak gadis itu. Toh, apa yang bisa didapatkan dari gadis miskin sepertinya? Tidak ada.
"Diam!" bentak pria kekar itu. Kemudian pria itu menyeret gadis ini ke mobil yang seperti pernah gadis itu lihat di film-film. Seketika dia merasa seperti di sebuah film yang mana dirinya sedang diculik. Dia pun dimasukkan paksa ke bangku belakang diikuti oleh Aldo yang sudah tak sadarkan diri. Ovi pun memandang prihatin pemuda ini. Bahkan Aldo pun tak sadar, lantas dia harus meminta tolong kepada siapa?
"Kalian ini siapa? Jika kalian mau ambil harta kami, silakan ambil sepuasanya. Tapi, tolong lepaskan kami," ujar Ovi kepada pria-pria sangar yang ada di dalam mobil ini. Tak kunjung mendapat balasan, gadis itu pun kesal sendiri. Dia pun mulai sibuk membangunkan Aldo yang nyatanya nihil karena pemuda itu benar-benar pingsan.
"Hallo." Dilihatnya salah satu dari mereka sedang mengangkat panggilan telepon. "Baik, Bos." Setelah itu panggilan pun terhenti dengan cepat.
"Bos minta untuk buat ini cewek pingsan," kata si pria yang mendapat telepon tadi. Ovi yang mendengar perkataan pria itu membola terkejut. Tidak bisakah mereka bicara secara diam-diam tanpa perlu blak-blakan seperti ini. Menyebalkan.
Tiba-tiba saja mulut dan hidung gadis itu ditutup oleh sebuah kain. Pelakunya ada pria yang tadi menyeret dan memaksanya masuk ke dalam mobil. Gadis ini memberontak penuh. Apakah mereka berniat membunuhnya saat ini? Dan perlahan karena kurangnya oksigen yang masuk, kegelapan pun datang kepada gadisnya. Dan yang terakhir dia dengar adalah suara tawa dari para pria yang ada di dalam mobil ini.
"Brengsek!" Reon terus saja mengumpat karena tidak berhasil menghubungi kekasihnya. Salahnya juga kenapa tadi dia tidak menunggu gadis itu saja di depan kantor. Lihatlah sekarang dia ketinggalan jejak gadis itu. Dan yang lebih membuatnya gelisah adalah ketika mendapat kabar dari Rika jika Ovi belum sampai rumah. 'Pokoknya Bang Reon harus segera temuin Opi. Kalau dia nggak ketemu, aku nggak mau bicara lagi sama Bang Reon'. Sekiranya itulah ancaman yang adiknya luncurkan. Sial! Dia harus segera menemukan gadis itu, tapi ke mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...