42

337 8 0
                                    

"Permisi, Pak. Di luar ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda," ucap seorang wanita berpakaian selayaknya sekretaris. Aldo yang saat itu sedang menandatangani berkas pun mengangguk mengerti dan memerintah sang sekretaris untuk membawa orang itu masuk.

 Tidak beberapa lama, masuklah orang tersebut yang tidak pernah Aldo sangka sebelumnya.

"Reon?" Melihat pemuda itu membuatnya menjadi gugup dan mengingat kejadian beberapa hari yang lalu bersama Ovi. Pemuda itu dengan pandangan dinginnya menghampiri tempat Aldo berada, kemudian mengambil tempat duduk di depan pemuda itu.

"Apa ini?" tanya Aldo ketika pemuda itu memberikan sebuah map yang tak dia ketahui.

"Gue mau batalin kerja sama kita," ungkapnya.

Aldo yang mendengarnya pun dibuat tak percaya. "Lo serius, Re? Ini sudah berjalan pembangunannya dan kalau pun lo mundur, ada harga yang harus lo bayar."

Reon pun memandang remeh pemuda itu. "Gue akan bayar berapa pun dendanya," ucapnya angkuh. Setelahnya dia pun berdiri dari duduknya itu karena tidak ingin berlama-lama di sini.

"Tunggu!" cegah Aldo yang kemudian menghampiri temannya itu. "Ada apa? Kenapa lo tiba-tiba batalin kesepakatan kita?" tanya Aldo menuntut. Rasa-rasanya ini bukanlah Reon yang dia kenal sebelumnya. Pemuda ini tidak pernah membatalkan sesuatu tanpa ada alasan.

Mendengar pertanyaan dari pemuda itu membuat Reon tersenyum remeh dan merasa muak melihat kebodohan dari temannya. Ralat, bukan teman melainkan pengkhianat dalam hidupnya. "Gue nggak butuh alasan untuk batalin itu semua." Jawaban yang tidak masuk akal bagi Aldo.

"Re, gue serius. Gue tau ini bukan lo. Gue udah kenal lo bertahun-tahun, dan gue tahu ada suatu hal yang buat lo seperti ini," desak Aldo.

Si lawan bicara pun menatapnya tajam. "Coba lo pikir apa kesalahan yang sudah lo buat," kata Reon membuat Aldo mengernyit bingung. "Jangan sampai lo pura-pura nggak tau yang mana tangan gue nanti yang bertindak," tambahnya lagi yang seketika membuat tubuh pemuda itu mundur. Lantas Aldo pun mencoba mencerna kalimat temannya ini, hingga dia pun mengingat sesuatu.

"Lo? Lo ... tau?" tanyanya seakan tidak percaya.

Reon pun tertawa sinis dibuatnya. "Jadi benar?"

"Re, lo tau gue seperti apa. Apa gue akan lakuin hal itu dengan sengaja? Nggak. Gue punya alasan untuk itu," ungkap Aldo.

"Gue nggak butuh alasan, tapi bukti," katanya, "awalnya gue nggak percaya, tapi ketika lo dengan tegas menasihati gue untuk jangan pernah sakitin dia, bahkan dia hampir saja nolak gue. Dan itulah yang buat gue percaya bahwa semuanya nyata. Semua kebohongan kalian di depan gue. Bahkan gue pun nggak percaya ada saja pengkhianat dalam hidup gue," lanjutnya membuat Aldo tidak bisa berkata karena dia belum memiliki bukti apa pun.

Tidak melihat adanya respon dari pemuda itu membuat Reon memutuskan untuk segera pergi dari sana. "Tunggu!" cegah Aldo lagi membuat langkah pemuda itu terhenti. "Lo boleh marah sama gue. Lo boleh pukul gue sesuka lo, tapi gue minta jangan pernah lo sakitin atau tinggalin dia yang mana nantinya lo akan menyesal," ungkap Aldo.

"Kalian sudah seperti pasangan yang kompak sekali. Bagus, sekarang gue paham kenapa jangan terlalu percaya dengan teman," jawab Reon sebelum pemuda itu kembali melanjutkan langkahnya. Aldo pun meraup wajahnya kasar. Dia harus memberitahu Ovi bahwa Reon sudah tahu semuanya. Sekarang dia mengerti apa motif dari orang itu yang tega membuat mereka seperti ini. Hancurnya pemuda itu adalah tujuan utamanya. Dikhianati oleh orang yang dia percaya akan membuat kelemahan pemuda itu meningkat. Mau tidak mau Aldo harus segera mengungkap siapa dibalik dalang ini semua.

"Ovi," panggil Rika kepada putrinya yang beberapa hari ini setia di dalam kamar. Gadis itu hanya keluar ketika makan tiba. Gadis itu pun segera membuat pintu kamarnya dan terlihat sosok Rika di depannya.

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang