32

2.7K 160 12
                                    

"Ron, minta waktunya sebentar boleh?" tanya Ovi langsung kepada Roni yang berada di ruangannya. Ini sudah menunjukkan waktu pulang kerja dan kebetulan saat itu Reon belum terlihat menjemput gadis ini. Untuk itulah Ovi berinisiatif mengunjungi temannya ini.

"Boleh. Silahkan duduk, Vi," kata Roni mempersilakan temannya untuk duduk di depannya. Ovi pun mengambil tempat duduk yang memang tersedia di sana. Dia baru memiliki kesempatan untuk mengobrol dengan Roni hanya di jam seperti ini karena pemuda itu juga baru mengunjungi cafe setelah dari kampus.

"Gue cuma mau pamit."

"Gerald ya? Dia udah bilang ke gue waktu itu. Selamat ya, Vi. Semoga ini awal yang bagus untuk lo," ujar Roni yang berharap temannya ini memiliki masa depannya yang lebih baik. Ovi yang mendengarnya pun menjadi terharu. Dia benar-benar memiliki teman yang tulus seperti Roni. Dia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah mempertemukannya dengan orang-orang baik.

"Terima kasih, Ron. Gue gak tahu lagi kalau dulu nggak ada lo. Gue banyak-banyak ngucapin terima kasih sama lo. Bunda juga bilang terima kasih karena sudah banyak bantu keluarga gue."

"Sama-sama, Vi. Gue udah anggap lo kayak adek gue sendiri. Ucapin juga ke Bunda lo sama-sama. Kalau ada apa-apa bisa hubungi gue. Kalau lo lagi kesusahan hubungi gue langsung. Gue akan sedia 24 jam untuk lo."

Perkataan Roni mengundang gelak tawa dari gadis itu. "Ya nggak gitu juga, Ron. Udah kayak pos kamling aja yang buka 24 jam," cibir Ovi yang membuat temannya itu tertawa. Roni sendiri sudah setuju ketika tempo hari saudaranya itu mengutarakan keinginannya untuk merekrut gadis ini. Awalnya dia terkejut ketika saudaranya kenal dengan Ovi. Namun mengingat jika pemuda itu sering mengunjungi cafe miliknya, Roni pun menjadi paham.

***

Reon yang telah selesai bersenang-senang dengan temannya pun segera menuju ke rumah Ovi. Pemuda itu pulang sedikit saat malam menjelang. Teman-temannya benar-benar merayakan pencapaian tertinggi mereka. Hitung-hitung sebagai penyegaran saat dipusingkan dengan skripsi. Pemuda itu tidak lupa juga membeli beberapa makanan dan camilan untuk ia makan di rumah kekasihnya itu. Dan tadi ketika bersama teman-temannya, Reon sudah mengabari Ovi jika hari ini dia tidak menjemput gadis itu.

Ovi sendiri yang telah sampai rumah lebih awal membantu Rika. Gadis itu juga telah memberitahu sang bunda jika sudah ijin berhenti dari cafe Roni. Ovi yang saat itu sedang mengupas bawang pun dikejutkan dengan suara motor yang dia yakini jika adalah Reon. Dia sendiri memiliki rencana jika malam ini dia akan memberitahu pemuda itu mengenai pekerjaannya yang baru. Tentunya dia akan berbicara pelan-pelan kepadanya agar Reon masih bisa memberinya ijin untuk bekerja. Beberapa saat kemudian pun terdengar bel pintu, Ovi segera membukakan pintu dan berdirilah di sana Reon yang tersenyum hangat kepadanya. Detik berikutnya kemudian pemuda itu memeluk Ovi yang mengundang keterkejutan dari gadis itu.

"Capek banget, ya?" tanya Ovi yang membalas pelukan dari Reon. Pemuda itu membenarkan pertanyaan kekasihnya ini. "Kalau capek kenapa ke sini? Harusnya kamu pulang dan istirahat," ujar Ovi sambil melepaskan pelukannya agar bisa melihat bagaimana wajah lelah kekasihnya ini.

"Capeknya sudah hilang saat melihat wajah kamu dan dipeluk kamu," kata Reon yang malah membuat Ovi menjadi senyum-senyum sendiri karena mendengar kata manis keluar dari mulut pemuda itu. Ovi pun memukul pelan dada pemuda itu dan kembali menyembunyikan wajahnya di dada Reon karena dia malu. Reon pun dengan sigap kembali memeluk kekasihnya itu.

"Kita seperti sebuah keluarga saja. Aku yang baru pulang kerja disambut sama kamu di depan pintu ini. Pastinya itu akan menjadi kegiatan yang menyenangkan untuk kita," celetuk Reon yang membuat Ovi menegang setiap kali membicarakan sebuah pernikahan.

"Mmmm, ayo masuk. Kamu bersih-bersih dulu, setelah itu kita makan, kemudian aku mau bicara penting sama kamu," ajak gadis itu yang tak mengindahkan celetukan Reon. Reon pun memaklumi itu dan dia pada akhirnya memilih menurut saja. Mungkin membersihkan diri adalah pilihan yang tepat mengingat nanti tubuhnya akan kembali segar.

Sembari Reon yang membersihkan dirinya, Ovi kembali membantu Rika menyiapkan makanan yang dibawa oleh pemuda itu. Rika sendiri sudah tahu jika suara motor tadi adalah Reon. "Jangan lupa untuk beritahu Reon," perintah Rika yang diangguki oleh Ovi. Gadis itu akan berbicara mengenai pekerjaan barunya kepada Reon setelah makan malam mereka.

"Bagaimana sidang hari ini, Nak Reon? Lancar?" tanya Rika.

"Alhamdulillah lancar, Tante," jawab Reon yang saat itu telah selesai makan sama seperti Rika sedangkan Ovi sendiri masih belum selesai.

Rika pun mengangguk mengerti, kemudian wanita paruh baya itu pamit masuk ke dalam kamarnya dan membiarkan kedua anak muda ini berbicara. "Tunggu, ya, Re, aku selesaiin makan dulu," kata Ovi yang diangguki saja oleh pemuda itu. Reon pun memilih untuk bermain dengan ponselnya. Mengecek beberapa pesan yang kebanyakan dari teman-temannya di mana semua orang memberinya selamat karena telah melakukan sidang.

Setelah mencuci piring dan membereskan sisa makanan, Reon dan Ovi memilih ruang tamu sebagai tempat pembicaraan mereka. Ovi sendiri menghidangkan minuman serta makanan ringan untuk teman mengobrol mereka. Tentunya dia ingin menciptakan suasana yang sedikit hangat mengingat pembicaraan mereka terlalu berat.

"Re," panggil gadis itu yang membuat atensi Reon semula kepada ponselnya kini teralihkan kepada gadis itu. "Aku mau bicara penting," lanjutnya. Reon pun memilih untuk menyimpan ponselnya di meja.

Ovi sendiri gugup harus memulainya dari mana dan menjelaskan kepada pemuda itu dari mana. Apakah dia harus bicara langsung saja mengenai kepindahannya kerja? "Ini tentang pekerjaan," ujar Ovi.

"Jangan takut. Bicara aja," balas Reon yang mengerti jika gadis itu sedang gugup atau takut. Ovi pun menghembuskan napasnya berulang kali.

"Mulai besok aku nggak kerja di cafe Roni lagi. Aku dapat pekerjaan baru. Kerja part time di kantor. Waktu itu ada orang yang berkunjung ke cafe, terus dia nawarin aku untuk kerja di perusahaan dia. Kata dia aku bisa bekerja sambil kuliah, atau nanti mereka bisa merekrutku setelah lulus sebagai pekerja tetap. Aku bicara ini karena ingin kamu tau aja, Re," jelas Ovi.

Reon pun tampak diam, hal itu malah membuat Ovi bertambah gugup. Dia takut jika pemuda itu akan marah. "Kenapa baru kasih tau sekarang?"

"A-aku takut kamu marah dan nggak setuju," jawabnya.

"Lantas kalau kamu bilang sekarang apa bedanya? Apa aku nggak bisa marah? Apa aku nggak boleh untuk bilang nggak setuju? Sebernanya aku udah tau beberapa hari yang lalu, dan aku hanya menunggu kapan kamu akan jujur," cecar pemuda itu yang membuat Ovi menjadi merasa bersalah karena tidak jujur dari awal.

"Maaf."

"Kalau kamu mau kerja di kantor, kamu bisa kerja di perusahaanku. Di sana juga banyak tempat yang bisa kamu jadikan pekerjaan. Akan selalu ada. Kenapa harus di perusahaan orang lain jika kamu bisa di perusahaanku?"

"I-itu beda, Re. Aku nggak mau ngerepotin kamu aja. Aku ingin mencari pekerjaan dengan usahaku sendiri."

"Kalau begitu bekerjalah mulai sekarang sepuas kamu karena kalau kita sudah menikah nanti, kata kerja tidak akan pernah ada di kepala kamu itu," kata Reon tegas dan segera pamit pergi dari sana meninggalkan Ovi yang merasakan rasa bersalah karena sudah membuat hubungan mereka seperti ini.

Jangan lupa tinggalin jejak ya biar semangat nulisnya :)

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang