Gadis bernama Ovi ini nampaknya sangat menikmati dunia mimpinya. Diam-diam Reon memasuki kamar kekasihnya itu. Setelah selesai makan, dia menunggu kekasihnya itu, namun Ovi tak kunjung datang. Maka, dia pun mencoba memeriksa keadaan gadis itu. Dan lihat saja sekarang Ovi malah tertidur di kasurnya. Reon menghampiri kasur tempat gadis itu itu begelung manja. Memperbaiki sedikit letak tubuh kekasihnya yang berantakan. Pemuda itu enggan mengalihkan pandangannya dari gadis ini. Rasanya Ovi sangat cantik dan menggemaskan ketika tidur seperti. Dan Reon pun sudah membayangkan bagaimana hidupnya nanti di masa depan ketika mereka telah resmi menikah. Menikah? Pemuda ini terlalu percaya diri karena mendapat restu dari calon mertuanya.Reon yang tampak menikmati kegiatannya pun sedikit teralihkan dengan sebuah kertas yang sedikit mencuat dari dalam tas gadis itu. Pemuda itu mengambil kertas itu. Sebuah kartu nama seorang laki-laki. Kemudian pemuda itu menatap kekasihnya sebentar dan kembali memasukkan kertas itu ke tempatnya.
"Bun, Ovi boleh minta pendapat Bunda, gak?" tanya gadis itu ketika sedang bersantai menikmati hari bebasnya. Reon sudah pergi beberapa saat yang lalu ketika dia tanpa sengaja tertidur di dalam kamarnya. Mungkin dia kelelahan hingga lupa kalau masih ada Reon di rumahnya.
"Pendapat apa, Sayang?" tanya Rika mengambil tempat duduk di sebelah anaknya. Wanita paruh baya ini memandang wajah sang anak dengan serius. Ternyata anaknya sudah sebesar ini. Waktu berlalu begitu cepat sekali.
"Begini, Ovi dapat tawaran kerja di perusahaan. Ovi belum ambil keputusan. Menurut Bunda gimana?" ucap gadis itu hati-hati.
"Kalau kamu mau ya ambil saja, Sayang. Semua keputusan ada di tangan kamu. Yang jelas jangan sampai mengganggu kuliah kamu juga."
"Nggak ganggu, kok, Bun. Ini kerjanya part time juga. Ovi aja terkejut ketika dia bilang kalau Ovi boleh sambil kuliah," jawab gadis itu cepat.
"Bagus, dong. Terus, apa kamu sudah bilang ke Reon? Kamu gak mau, kan, kalian bertengkar lagi soal masalah seperti ini," peringat Rika tentang bagimana sifat posesif calon mantunya itu. Ya, dia tau jika beberapa kali Reon dan anaknya sempat berselisih mengenai pekerjaan gadis ini. Rika pun tidak tega melihat sang anak yang harus membagi waktunya dengan kuliah. Dia juga perempuan yang mungkin fisiknya tidak sekuat laki-laki. Jadi, Rika memaklumi jika Reon sangat mengkhawatirkan gadis ini.
Mengingat Reon, Ovi menjadi pesimis. Tentu saja pemuda itu tidak akan mengijinkannya. Padahal kalau bisa dibilang pekerjaan ini lebih menghasilkan dan itu mungkin sudah cukup sekali untuk membiayai kehidupan mereka dan kuliahnya. "Ovi, belum bicara sama Reon, Bun."
Rika pun tersenyum sambil membelai rambut anaknya dengan sayang. "Yang sabar ya, Sayang. Apa-apa yang kita peroleh itu sudah Allah tentukan. Dan tentu saja kita harus selalu bersyukur. Meskipun Reon terlihat galak, tapi Bunda yakin dia yang terbaik untuk kamu. Bunda bisa melihat bagaimana sayang dan pedulinya dia kepada kamu."
Ovi mengangguk dan membenarkan perkataan bundanya ini. Kenapa semua orang seperti memihak kepada pemuda itu? Kemarin Roni, sekarang bundanya sendiri. Entah apa yang pemuda itu pakai hingga banyak yang setuju kepadanya.
***
Reon hari ini sidang skripsi. Dan seperti dugaan kalau Ovi tidak bisa mendampingi pemuda itu. Ovi harus masuk kerja dan dia tidak enak kepada Roni jika harus tersu menerus ijin. Tentunya gadis ini sudah menghubungi kekasihnya itu. Berjaga-jaga agar pemuda itu tidak marah nantinya. Cafe juga cukup ramai mengingat hari ini adalah hari kerja dan besok wekeend.
KAMU SEDANG MEMBACA
REON SI DEVIL ✔
Teen Fiction[[ SPIN OFF PAIN ]] Sudah tersedia sequel-nya Sebelum kalian baca kisahku, ada beberapa pertanyaan penting yang cukup kalian jawab dalam hati. Apakah jatuh cinta itu perlu? Bagaimana kalau orang yang kamu cintai bukan memperlakukanmu selayaknya pasa...