13

6.3K 292 6
                                    

Reon dan Ovi saat ini sedang berada di kantin kampus. Sepertinya setelah kejadian bertengkar mereka beberapa hari yang lalu, Reon mulai mengalami perubahan. Sifatnya yang terkadang pemarah dan ketus seketika berubah ketika bersama dengan Ovi. Semua ini dia lakukan agar gadis ini tidak mencoba pergi dan meninggalkannya. Karena sebagaimana dingin dan ketusnya Reon, pemuda itu tetap membutuhkan sosok seperti Ovi di sampingnya. Namun, kebersamaan mereka sedikit terganggu karena kedatangan teman-teman Reon, salah satunya Tomi yang selalu tidak menyukai kehadiran Ovi di sekitar temannya itu.

“Pacaran mulu lo,” cibir Tomi yang sedikit menyindir Ovi. Gadis itu memilih diam berfokus kepada makanan yang ada di depannya serta memasang telinga untuk mendengarkan obrolan Reon bersama teman-temannya.

“Ada apa?” tanya Reon yang selalu tidak suka basa-basi.

“Begini, Re,” jawab salah satu temannya, “nanti malam lo datang ke party-nya Bella, nggak?”

Reon yang mendapat pertanyaan seperti itu pun mengernyit bingung. “Party? Party apa?”

“Pacaran mulu sampai lupa sama teman sendiri,” sindir Tomi lagi.

“Maksud lo apa?!” sentak Reon yang tidak suka nada suara temannya itu.

“Sabar, Re, sabar,” tengahi salah satu teman mereka yang melihat pemuda ini terlsulut emosi. Salah Tomi juga karena mengusik Reon yang sejak tadi sudah diam.

“Begini, Re. Besok itu tepat hari ulang tahun Bella. Dia ngadain party bareng kita untuk terakhir kalinya sebelum dua hari lagi dia pindah ke Korea,” jelas temannya.

“Pindah?” Kabar yang mengejutkan. Ovi pun juga turut terkejut. Bella? Pindah? Ini salah satu kabar yang bahagia bagi Ovi. Dengan begitu, hilang satu orang yang mengganggu hubungannya dengan Reon.

“Jadi? Lo datang atau nggak? Perlu lo ingat juga dia masih sahabat kita-kita,” tekan Tomi.

“Lihat nanti aja kalau gue nggak sibuk,” jawab pemuda itu akhirnya.

Tomi malah tertawa mendengar jawaban dari Reon. “Kalau orang udah pacaran memang hidup serasa milik berdua. Teman aja bisa dilupain.” Reon yang mendapat sindiran lagi seperti itu pun mengepalkan tangannya. Ovi yang tahu jika Reon tengah menahan amarahnya pun menggenggam tangan pemuda itu agar kekasihnya itu tetap tenang. Hingga ketika Tomi dan lainnya pergi, barulah Ovi melepaskan genggamannya.

“Perkataan Kak Tomi jangan diambil hati. Dari dulu dia memang begitu. Nggak suka sama aku,” kata Ovi. Reon menatap kekasihnya sebentar kemudian dia menghembuskan napas. Benar, sejak dulu Tomi selalu menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada Ovi. Harusnya Reon bisa melindungi gadis itu, dan saat ini Reon malah merasa paling bersalah karena dia baru sadar sekarang.

“Maaf,” lirihnya, “maaf karena sudah biarin kamu berada di situasi seperti ini.”

“Nggak apa-apa, Re. Yang terpenting kamu selalu ada di samping aku.”

“Berarti nanti kamu datang ke acaranya Kak Bella?” tanya gadis itu kemudian.

“Nggak.”

“Kenapa?”

“Malas,” jawab Reon santai.

“Ih, nggak boleh begitu. Kak Bella itu teman kamu lama banget. Apalagi sebentar lagi dia pindah, anggap aja ini terakhir kalinya kalian bisa bersama dan ketemu.”

“Nanti malam aku sudah janji mau jalan sama kamu, Sayang,” kekeh Reon yang sudah hapal bagaimana sifat pelupa kakasihnya itu.

Ovi yang baru sadar pun menepuk jidatnya tidak keras. “Oh iya lupa hehe. Ya sudah batalin aja. Aku di rumah aja, kita nggak jadi jalan. Kamu ke rumahnya Kak Bella aja sama teman-teman kamu,” timpal Ovi yang nyatanya tidak disetujui oleh Reon. “Kamu ngeyel banget, sih, Re,” kesal gadis itu.

REON SI DEVIL ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang