"Jea."
"Ya?"
"Jangan dekat-dekat Arsen."
Jeara menatap Angkasa yang kini sibuk menyetir di sampingnya. Sepuluh menit setelah Arsen bilang dia minta izin, Angkasa datang. Langsung menarik Jeara pulang dan meninggalkan Arsen sendiri disana.
Jeara tidak tau apa yang membuat Angkasa tiba-tiba datang dan menariknya pergi tanpa bicara sepatah kata pun pada Arsen, tapi Jeara paham kalau Angkasa sedang tidak dalam kondisi hati yang baik-baik saja.
"Aku nggak pernah ngelarang kamu dekat sama Talitha, kenapa kamu ngelarang aku dekat sama Kak Arsen?"
"Jea..."
Jeara menghela napasnya lelah, ini sudah hampir pukul dua belas malam dan dia tidak sedang dalam kondisi baik untuk berdebat dengan Angkasa. Tapi Jeara perlu meluruskan satu hal, dia tidak bisa terus-menerus bertahan jika Angkasa saja tidak mau berjuang untuk mereka.
"Kenapa kamu marah waktu aku minta break?" Tanya Jeara, serius.
"Karena aku nggak mau break sama kamu." Jawab Angkasa.
"Kamu tau maksud aku minta break untuk apa?" Tanya Jeara lagi. "Supaya kamu paham sama perasaan kamu sendiri, Sa. Aku tau, hati kamu sekarang udah bukan buat aku. Kamu nyaman sama orang lain, tapi kamu juga belum yakin tentang itu. Kamu cari aman dengan tetap mempertahankan kita, sementara kamu dekat dengan yang lain."
"Aku cuma lagi bosan sama kita, Jea. Tapi bukan berarti aku mau berhenti dari kamu. Oke aku jujur aku nyaman sama Talitha, tapi rasanya beda." Sahut Angkasa.
Jeara memejamkan matanya, pusing sendiri dengan masalah mereka. Dia dan Angkasa tidak pernah bertengkar sehebat ini sebelumnya, jika Jeara akan selalu minta maaf terlebih dulu, maka kali ini dia tidak akan melakukannya.
Angkasa hanya perlu waktu untuk membuat dirinya sadar, menurut Jeara. Bukan Jeara tidak mau membantu, tapi Angkasa memang tidak akan sadar kalau dia sendiri belum tau rasanya kehilangan.
Mempertahankan hubungan sama saja menyakiti masing-masing dari mereka. Jeara tidak akan lagi menyinggung Talitha dan akan menjauhi Arsen jika Angkasa benar-benar bisa lepas dari Talitha, tapi nyatanya kekasihnya itu justru malah nyaman dengan Talitha dan Jeara rasa akan sangat sulit membuat Angkasa berhenti menemui Talitha.
"Terus kamu mau apa? Kamu mau kita bagaimana?" Jeara menyerah, pertengkarannya dengan Angkasa tidak akan membuahkan hasil apa-apa.
"Kita tetap jadi kita dan kamu jangan dekat-dekat Arsen."
Kalau ditanya siapa orang paling egois yang pernah Jeara temui, maka Angkasa jawabannya.
Angkasa egois, tapi Jeara bisa apa?
"Kalau gitu, aku minta kamu jauhin Talitha bisa?"
Dan sesuai dengan dugaan Jeara, Angkasa tidak mampu menjawabnya. Lelaki itu justru terdiam cukup lama, tatapannya masih fokus pada jalanan lengang di depan sana.
"Kalau kamu aja belum bisa, jangan larang aku buat dekat sama Kak Arsen."
────────────────
Jeara sakit keesokan harinya. Hampir semalaman dia memikirkan hubungannya dengan Angkasa yang semakin buruk saja. Dia baru tertidur pukul tiga pagi dan suhu tubuhnya mendadak tinggi ketika dia mengeluh tidak enak badan saat Juan membangunkannya satu jam yang lalu. Membuat Juan panik dan bingung karena dia harus pergi ke kampus sebentar untuk bimbingan. Berakhir meminta Jean untuk membolos demi menjaga Jeara di rumah karena tidak mau kakaknya kenapa-napa jika sendiri di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]