duapuluhlima.

3.8K 662 75
                                    

"Malam ini gue Johnny, sendiri aja karena Renannya lagi sibuk UAS dan nggak mau siaran, akan menemani malam Jumat kalian dengan segmen seru yang udah spesial disiapin nih. Termasuk sesi curhat bareng Angkasa yang minggu lalu sempat nggak ada karena kebetulan dia lagi nggak bisa datang."

"Live dari Studio 45,5 FM, salah satu penyiar terbaik kami akhirnya datang menyapa untuk menemani malam kalian dengan penampilannya. Angkasa secara spesial akan menyanyikan lagu dari Senja nih karena banyak kemarin yang request. So, this is Angkasa with Perih, original singer by Senja."

Benar. Langit sedang mendung hari ini. Dan sialnya lagi, ketika suara Angkasa terdengar dari radio yang tidak sengaja Jeara putar, hujan turun dengan derasnya. Menimbulkan suara berisik di luar sana akibat air yang saling mengejar untuk cepat menyentuh tanah dan membasahi semua yang dilaluinya.

Jeara tertawa dalam diam. Baru kali ini dia mendengar Angkasa mau menyanyikan sebuah lagu yang sama sekali tidak Angkasa sukai. Lagu patah hati yang selalu Angkasa benci dulu karena liriknya yang membawa kesedihan.

Namun semakin Jeara mendengar setiap lirik yang terucap, semakin Jeara paham kalau lagu ini bukan sekadar lagu. Entah mungkin hanya dia yang merasa, Angkasa memberikan semua perasaannya karena lagu ini, seakan merepresentasikan dirinya sendiri.

Hanya bedanya, Angkasa tidak tahu kalau Jeara tidak punya hubungan apapun dengan Arsen, seperti yang dia pikirkan.

Ada banyak alasan mengapa Jeara berakhir menolak perasaan yang Arsen berikan padanya, disaat sebagian dari dirinya pun memiliki rasa yang sama. Jeara tidak mau menyakiti Arsen jika pada akhirnya perasaan yang Jeara miliki hanya perasaan semu yang bisa hilang kapan saja. Jeara tidak mau menerima Arsen jika sebagian dari dirinya masih berharap pada Angkasa.

Angkasa dan Arsen adalah dua orang berbeda yang sama-sama memiliki tempat tersendiri di hati Jeara.

"Lagu ini gue dedikasikan untuk lo, sebagai representasi perasaan gue hari ini. Semoga lo tau betapa menyesalnya gue saat ini. Betapa gue ingin lo kembali dan kita memulainya lagi."

"Sekalipun harapan gue mungkin hanya sekadar harapan, karena gue harus merelakan lo sama dia."

Jeara tersenyum tipis, ingin sekali rasanya mengkoreksi perkataan Angkasa. Dibanding dia harus merelakannya dengan Arsen, Angkasa harus lebih rela Jeara pergi dari hidupnya.

"Waduh, ini buat mantannya ya?"

"Haha, iya. Ini buat mantan gue. Jeara Auristela."

Angkasa ini blak-blakan kalau di radio. Tidak heran dulu dia bilang kalau radio itu sudah seperti tempatnya bercerita dan semua pendengarnya adalah teman untuknya. Kebiasaannya yang terlalu jujur ini kadang mendapat kritik pedas dari Jeara karena Angkasa terlalu percaya pada setiap orang yang mendengar curahan hatinya malam itu.

Tapi satu hal yang selalu Jeara ingat, balasan dari Angkasa atas setiap protesnya.

Aku emang nggak seharusnya percaya sama orang di luar sana, tapi seenggaknya aku bisa percaya sama salah satu pendengar setia siaranku. Kamu.

"Kalau gitu, ada yang mau disampaikan buat Jeara? Siapa tau kan dia juga lagi dengerin kita."

Ada jeda cukup lama setelahnya. Hingga akhirnya helaan napas Angkasa terdengar, bersama dengan perasaan Jeara yang kian memberat.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang