Dua hari Jeara absen tidak datang kuliah karena sakit yang mendera, dua hari juga Angkasa bolak-balik kos, rumah Jeara, dan kampus demi menjaga kekasihnya itu karena Juan yang harus bimbingan dan Jean yang lebih memilih main ke rumah Aham.
Menginjak hari ketiga, sakit yang menyerang Jeara tidak kunjung menunjukkan kemajuan untuk sembuh dan itu membuat Jeara kerepotan. Tugas menumpuk dan deadline yang mengikat membuatnya harus berangkat kuliah demi nilai bagus.
"Kalau masih sakit mending istirahat aja, Je."
"Nggak ah, aku mau kuliah. Anterin ya tapi?"
"Ya udah, tapi nanti pulangnya ke dokter."
"Apaan sih, Sa. Cuma sakit biasa kok, besok udah sembuh palingan."
"Nggak ada tapi-tapi, pokoknya ke dokter. Aku nggak mau lihat kamu sakit terus, nggak bisa jalan-jalan nanti. Aku mau ngajak kamu pergi tapi nanti tunggu kamu sembuh."
Jeara menghentikan aktivitasnya menata buku, mengalihkan pandangannya pada Angkasa yang kini tengah bersandar di depan pintu.
"Mau ngajak kemana emang?"
"Tempat paling berkesan buat kita berdua. Udah ah, telat nanti kamu. Pokoknya nanti abis kuliah, kita ke dokter, nggak mau tau."
"Iya baweell."
"Bawel gini juga gara-gara kamu. Cepetan sembuh makanya, khawatir nih udah tiga hari kamu sakit."
Jeara terkekeh geli, Angkasa ternyata belum berubah. Walaupun hatinya hampir berpindah, tapi Angkasa tetaplah Angkasa yang akan selalu khawatir dengan keadaan Jeara.
"Nanti selesai kelas jam berapa?" Tanya Angkasa, bergerak membantu Jeara mencari buku catatannya yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Mungkin jam satu, mau ketemu dosen dulu." Jawab Jeara.
"Oke, nanti aku jam satu langsung nyusulin kamu. Kita ke dokter kenalannya Mama aja ya?" Angkasa menyerahkan buku catatan yang sedari tadi Jeara cari. Mengacak surai coklat milik gadis itu gemas.
"Iya, ngikut aja aku. Thanks." Jeara buru-buru memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya.
Angkasa membantunya berjalan, kondisi Jeara belum sepenuhnya pulih dan dibuat jalan pun kadang masih oleng. Sebenarnya Angkasa sudah berkali-kali membujuk Jeara untuk tidak pergi kemanapun hari ini, dia hanya tidak ingin jika Jeara memaksakan diri, hal buruk akan terjadi padanya.
Angkasa tidak bisa bersama dengan Jeara terus sampai nanti kuliahnya selesai karena Angkasa pun kebetulan punya jadwal kuliah juga pada jam yang sama.
"Yakin kamu mau kuliah, Je? Masih lemes gini lho." Tanya Angkasa, memastikan sekali lagi karena dia benar-benar khawatir dengan Jeara. Walaupun dia paham jika hubungannya dengan Jeara sedang tidak terlalu baik akibat ulahnya sendiri, tapi Angkasa tidak bisa berbohong jika dia khawatir dengan keadaan kekasihnya itu.
"Iya, Asa. Aku nggak akan kenapa-kenapa kok, kan ada kamu juga." Jawab Jeara.
"Tapi aku kan nggak bisa jagain kamu sampai nanti, Je. Kalau waktu kamu kelas tiba-tiba pusing terus ken--"
"Omongannya, Asa. Aku nggak akan kenapa-kenapa, serius deh. Suruh aja si Lukas buat jagain aku terus biar kamu nggak khawatir gini."
Angkasa menghela napasnya, "Iya oke, nanti aku suruh Lukas jagain kamu. Tapi kalau kamu ngerasa nggak enak gimana gitu, langsung kasih tau aku ya?"
Jeara mengangguk dan tersenyum. Ya setidaknya, senyum Jeara mampu menenangkan Angkasa yang kini dilanda rasa khawatir yang luar biasa.
────────────────
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]