duapuluhdua.

4.1K 707 85
                                    

"Kak, bangun kenapa sih ah! Aku mau belajar nih bentar lagi UAS."

"Ya tinggal belajar."

"Nggak bisa, berat ini pundak aku."

"Yah, tapi gue nggak mau pindah gimana dong?"

"Ih!"

"Tolong kalau pacaran jangan di depan gue."

Jeara dan Arsen sama-sama tertawa ketika Lukas mengeluh. Sedari tadi, baik Arsen, Jeara, dan Lukas memang sedang sibuk belajar di J.Co Galeria, walaupun sebenarnya hanya Lukas dan Jeara yang belajar sementara Arsen hanya mengganggu.

"Siapa coba yang pacaran?" Tanya Jeara. Sesekali mencoba menyingkirkan kepala Arsen dari pundaknya walau berakhir gagal karena pria itu pasti kembali menjatuhkan kepalanya di pundak Jeara.

"Ya lo sama dia." Jawab Lukas.

"Aku nggak pacaran sama Kak Arsen ya!" Elak Jeara.

"Hah? Emang iya? Gue kira udah beneran pacaran."

Jeara menggeleng, menyenggol Arsen untuk juga memberikan suaranya. Arsen hanya tersenyum dan mengangguk.

"Gue sama Jeara nggak pacaran. Dia aja kalau di depan orang ngakunya jadi pacar gue, padahal pas gue ajak beneran dia ogah." Kata Arsen.

"Oh nggak suka? Ya udah besok aku bilang ke orang-orang kalo aku sama kakak udah putus gitu deh ya biar jelas." Balas Jeara. Arsen terkekeh dan memeluk Jeara dari samping. Membiarkan tubuh gadis itu terkungkung lengan besarnya.

"Bercanda, elah. Nggak apa-apa lah gue jadi pacar pura-pura lo, yang penting pernah ngerasain." Arsen semakin menyandarkan tubuhnya pada Jeara dan berakhir membuat Jeara harus mencoba melepaskan diri dari Arsen.

Beruntung ponselnya berdering dan nama Renan terpampang di layar, membuat Arsen mau tidak mau harus melepaskannya.

"Aku angkat telepon dulu bentar." Kata Jeara. Dia berdiri dan sedikit menjauh dari Lukas dan Arsen.

Sementara Jeara sibuk dengan teleponnya, Lukas masih terus menanyakan soal hubungan Arsen dengan sahabatnya. Arsen sudah berkali-kali menjelaskan tapi sepertinya Lukas tidak kunjung percaya.

"Nggak percaya lah gue, lo deket banget gitu sama Jeara masa nggak pacaran sih?" Kata Lukas.

"Lah emang nggak." Jawab Arsen.

"Sumpah?"

"Iya."

".....wow!" Lukas menggelengkan kepalanya. Kali ini dia tidak percaya sahabatnya mampu menolak pesona Arsenio Damatria. Padahal kalau Lukas jadi Jeara, tentu dia langsung mengiyakan permintaan Arsen untun menjadi pacar. Perempuan mana yang tidak jatuh pada Arsenio Damatria gitu.

Memang hanya Jeara.

Tidak lama, Jeara kembali bersama Renan. Entah dimana mereka bertemu tapi tiba-tiba saja Jeara kembali dan sedang mengobrol dengan pria itu.

"Woi, Ren. Nyasar lo kesini?" Tanya Lukas.

Renan terkekeh, "Diajakin temen lo nih gue."

"Kamu duduk samping Lukas aja ya, Ren. Di sebelah aku udah ada bayi, kalau diganggu suka rewel. Berisik." Kata Jeara.

Renan melirik ke arah Arsen yang kini sedang menatap Jeara sebal. Dia tertawa lalu mengangguk, paham kalau kini Arsen memang suka dekat-dekat dengan Jeara. Di satu sisi, Renan merasa lega karena Jeara bisa bahagia karena Arsen. Tapi disisi lain, Renan lebih suka jika alasan Jeara bahagia adalah karena Angkasa. Mungkin karena Renan terbiasa melihat Jeara tersenyum dan tertawa lepas karena Angkasa, bukan karena orang lain. Yah, sepertinya kali ini dia harus bisa membiasakan diri melihat Jeara tersenyum dan berada di sekitar Arsen.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang