Akhir minggu selalu menjadi hari paling menyenangkan bagi Jeara dan Angkasa. Walaupun tugas masih membayangi, namun bagi mereka menghabiskan waktu bersama adalah prioritas dan kesempatan itu hanya datang setiap akhir minggu karena keduanya baru bisa meluangkan waktu mereka saat itu. Meskipun pada dasarnya hampir tiap hari mereke bertemu sih, tapi tetap saja, akhir minggu menjadi hari paling favorit untuk menghabiskan waktu berdua.
Seperti sekarang, ini masih pagi dan jarum jam masih menunjuk ke angka 8, tapi Angkasa sudah bersantai di ruang tamu rumah Jeara. Menunggui kekasihnya yang sibuk mengurusi hamster baru miliknya, baru dibeli kemarin setelah melihat ada orang membawa hamster di jalan. Belinya pun butuh perjuangan karena Angkasa awalnya menolak, namun karena Jeara terus merengek minta dibelikan sampai-sampai dia hampir menangis, Angkasa jadi tidak tega dan langsung membelikannya sepasang hamster.
"Saranin nama dong."
"Angkasa-Jeara."
"Ih! Bagusan dikit, masa nama kita jadi nama hamster!"
Angkasa terkekeh, memainkan rambut Jeara yang sepertinya baru saja diganti warnanya. "Kuma sama Creamy?"
"Kok Kuma-Creamy?"
"Kepikirannya itu."
"Oke, yang abu-abu Kuma, yang krem Creamy."
Jeara kembali fokus bermain dengan peliharaannya. Mengabaikan eksistensi Angkasa di belakangnya yang kini mulai bosan melihat kegiatan kekasihnya. Bermain-main dengan hamsternya bahkan sampai mengajak ngobrol.
"Je, bosen."
"Main bareng sini."
"Nggak mau, maunya sama kamu aja."
Jeara tersenyum geli, meletakkan Kuma di kandangnya dan berbalik untuk melihat Angkasa dengan muka bosannya. Jeara berdiri dan pindah duduk di samping Angkasa.
"Ututu, iya sini. Mau main apa?" Tanya Jeara sambil merapikan surai hitam Angkasa yang berantakan akibat dirinya yang belum sempat sisiran karena terburu-buru datang ke rumah Jeara. Angkasa yang sangat menyukai perlakuan Jeara, mengubah posisinya menjadi tiduran. Menjadikan paha Jeara sebagai tumpuan kepalanya. Mempermudah kekasihnya merapikan tiap helai rambutnya.
"Tebak-tebakan masa depan." Jawab Angkasa santai.
Jeara mendecih, memukul pelan lengan Angkasa karena ucapannya. "Apaan sih, males ah!"
"Bercanda. Main keluar mau nggak?
"Males. Mau dirumah aja."
"Mau ngapain?"
Jeara mendengus sebal, "Ngomongin masa depan!"
"Ya udah ayo." Jawab Angkasa, masih dengan raut santainya. Sementara Jeara merasakan pipinya memerah padam akibat ucapannya sendiri.
Jeara sempat diam sejenak, berpikir kembali tentang bahasan masa depan yang sejak kemarin selalu jadi bahan bercanda mereka berdua. Sebenarnya, bukan Jeara tidak ingin membahas itu. Jeara hanya tidak mau memikirkannya karwna dia tidak mau hubungannya menjadi beban tersendiri karena keinginan untuk terus bersama sampai nanti. Dia tidak mau ekspetasinya nanti dipatahkan oleh realita yang terjadi.
Menurutnya, dibanding membahas dan merencanakan masa depan, lebih baik jika mereka berdua menikmati apa yang sedang terjadi sekarang. Perkara di masa depan mereka masih bersama atau tidak, biar Tuhan yang mengaturnya. Jeara hanya bisa berharap, begitu pula Angkasa.
Tapi kadang, Jeara juga sering kepikiran tentang hal itu. Apakah nanti di masa depan dia akan berakhir bersama Angkasa atau malah mungkin orang lain? Apakah nanti dia atau Angkasa bisa merasa bosan satu sama lain dan berakhir mencari tambatan hati baru?
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]