delapanbelas.

3.9K 730 141
                                    

"Nih es krim."

Jean masuk ke dalam kamar Jeara dan memberikan satu kantung plastik hitam berisi es krim kesukaannya. Dia ikut duduk di atas karpet bulu milik kakaknya dan ikut menonton drama yang kini menjadi pusat perhatian kakaknya itu.

"Kak."

"Hmm."

"Nih, es krim."

"Ya."

"Nggak penasaran dari siapa?"

Jeara melepas satu earphonenya, menoleh dan menatap malas ke arah adiknya. "Kamu kan? Apa Kak Juan?"

"Dari Bang Arsen."

"Hah?"

Jean berdecak, "Makanya jangan galau di kamar terus abis Kak Angkasa kesini. Tuh di depan ada Bang Arsen, lagi main ps sama Kak Juan  kayaknya. Terakhir sih aku liat gitu."

Jeara hanya mengangguk dan kembali memasang earphonenya. Membuat Jean agak kesal karena kakaknya yang nampak tidak peduli dengan kehadiran Arsen.

"Nggak mau ditemuin apa?" Tanya Jean yang langsung mendapat gelengan kepala dari Jeara.

"Lagi males ketemu siapa-siapa." Jawabnya.

"Yakin nggak mau ketemu Bang Arsen?" Tanya Jean lagi.

"Emang kenapa sih?!"

"Bang Arsen mau ke Paris besok."

────────────────

Setelah Jean memberitahunya kalau esok hari Arsen akan pergi ke Paris, dia langsung menarik Arsen keluar dan membawanya ke Taman Perumahan. Menempati ayunan yang ada disana sambil menatap langit malam yang kini semakin gelap seiring waktu yang semakin larut juga.

Jeara hanya diam, menunggu Arsen memberinya penjelasan. Entahlah, sebenarnya Jeara tidak seharusnya peduli tentang Arsen yang akan pergi. Tapi sebagian dirinya menolak kepergian itu karena dia pikir, dia akan sendirian jika Arsen benar-benar pergi. Jeara takut dia akan kalah dengan Talitha dan Angkasa jika Arsen tidak ada di sampingnya.

"Ngajak gue kesini pasti gara-gara Jean ngasih tau yang aneh-aneh ya?" Tanya Arsen diselingi tawa pelan.

"Katanya kamu mau ke Paris." Jawab Jeara. Arsen sudah menduga, Jean pasti membicarakan hal ini pada Jeara dan membuat gadisnya berpikiran yang macam-macam.

Oh? Gadisnya? Mungkin belum tapi akan.

"Iya emang. Besok aku berangkat." Sahut Arsen santai.

"Katanya berangkat bareng aku. Kok duluan?" Ujar Jeara.

"Je, gue cuma kesana tiga hari doang kok. Nggak lama, ya ampun. Skripsi gue belum kelar masa gue kabur sih."

Tidak ada yang lucu dari ucapan Arsen. Tapi entah kenapa Jeara tertawa. Dia sendiri tidak mengerti apakah dia tertawa karena ucapan Arsen atau karena rasa takutnya tadi. Arsen hanya pergi sebentar dan kenapa dia setakut itu?

"Kenapa sih lo kayaknya nggak mau banget gue pergi?" Tanya Arsen.

Jeara mengangkat bahunya, "Nggak tau. Mungkin karena aku kebiasaan kemana-mana sama Kak Arsen sekarang dan Kak Arsen juga yang udah bantu aku ngadepin Angkasa sama Talitha. Jadi kalau kamu pergi, aku sama siapa dong? Kalo digangguin nanti nggak ada yang gangguin balik."

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang