Jalan-jalan kali ini berakhir buruk karena Jeara tidak banyak berbicara pada Angkasa. Bahkan dia tidak mengomentari sikap Talitha yang seperti bergantung pada Angkasa. Dia selalu memanggil dan bahkan mengajak bicara kekasihnya itu tanpa peduli jika hawa tidak nyaman sudah terpancar jelas dari Jeara.
Angkasa sudah berkali-kali mencoba mengajak Jeara bicara, namun Jeara hanya menanggapi singkat. Bahkan fokus dengan ponselnya sendiri tanpa mau menggubris Talitha yang juga mencoba mencairkan suasana.
Jeara memang tidak menjawab pertanyaan Angkasa di awal, dia hanya tersenyum dan berharap jika Angkasa paham kalau dia tidak ingin Talitha ikut. Namun bagi Angkasa, senyum Jeara menandakan dia tidak masalah dengan kehadiran Talitha diantara mereka. Katanya, anggap mereka sedang bermain bersama untuk membangun keakraban supaya saat mengurusi kepanitiaan nanti, mereka tidak canggung. Talitha yang bilang.
Dan Jeara hanya berpikir itu omong kosong yang Talitha ciptakan supaya Angkasa dan dia percaya.
"Jeara?"
Jeara menoleh dan melihat sosok yang sangat familiar di hadapannya, "Loh? Kak Arsen?"
Arsenio Damatria. Kakak tingkat Angkasa yang tempo hari dia kagumi ketampanannya. Arsen kenal dengan Jeara karena kebetulan dia teman baik Juan dan ya, Juan mengenalkannya pada Jeara. Arsen termasuk orang yang suka bergaul dengan siapa saja serta punya kemampuan untuk mencairkan suasana jadi tidak sulit bagi Arsen untuk bisa dekat dengan adik temannya ini.
"Sendirian?" tanya Arsen.
Jeara melirik sebentar ke arah Angkasa yang juga sedang menatapnya, lalu kembali tersenyum pada Arsen. "Iya tadi sendirian, terus ternyata ketemu Angkasa."
"Kebetulan banget, gue mau ketemu Juan. Mau ikut? Daripada sendirian kan, itu juga Angkasa lagi sama pacarnya, mau jadi nyamuk?" Arsen tersenyum tipis, meledek Angkasa yang kini menatapnya tajam. Arsen tau kalau sebenarnya Jeara-lah pacar Angkasa, tapi beberapa hari belakangan Arsen lebih sering bertemu Angkasa sedang bersama dengan gadis disebelahnya yang baru-baru ini dia ketahui bernama Talitha. Arsen tidak berasumsi kalau Jeara sudah putus dengan Angkasa karena berita itu tidak muncul di lingkungan anak-anak ekonomi maupun hukum.
"E-eh, Kak Arsen salah sangka. Aku bukan pacar Kak Angkasa kok! Itu Kak Jea pacarnya, hehe." Sahut Talitha, dia gugup karena sedang berhadapan dengan Arsen, seorang kakak tingkat yang terkenal dengan sifatnya yang galak.
"Oh, gue kira udah putus soalnya Jeara jalan sendirian dan malah ketemu lo sama Angkasa. Ya udah, kalau gitu gue duluan." Baru saja Arsen melangkah, ucapan Jeara kembali menghentikannya.
"Kak Arsen, aku ikut dong!"
Arsen tersenyum, kesempatan emas untuk menceritakan semua keburukan Angkasa, pikirnya.
────────
"Nih special buat lo."
Arsen menyerahkan satu gelas Vanilla Frappucino yang barusan dia ambil bersama dengan pesanannya. Juan belum datang dan disinilah mereka berdua, duduk di salah satu bangku Starbucks Ambarukmo Plaza dan menunggu kehadiran Juan yang sedang terjebak macet katanya.
"Ini bukan kali pertama gue lihat Angkasa jalan sama dia." celetuk Arsen yang membuat Jeara menoleh padanya. "Lo tau dia sering jalan sama si siapa itu namanya?"
"Tau, aku juga udah sering ketemu nggak sengaja waktu lagi nugas bareng Lukas atau yang lain." kata Jeara.
"Terus kenapa lo masih mau sama dia? Angkasa sama si ceweknya itu udah bukan sebatas temen kalau gue boleh jujur."
"Aku cuma mau lihat seberapa jauh mereka sih, Kak. Angkasa bukan tipikal orang yang gampang dideketin orang sekalipun dia juga gampang tertarik sama orang lain. Apalagi kalau tiap hari dikasih perhatian." Jeara membuka galeri ponselnya dan menunjukkan beberapa foto kotak susu yang selalu Angkasa dapat setiap hari lewat Renan dan tentu saja bukan dari Jeara. "Ini semua Talitha kirim lewat Renan dan sebelum Renan kasih ke Angkasa, dia selalu kirim fotonya ke aku buat ngasih tau perbuatan Talitha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]