tigapuluh.

3.4K 568 60
                                    

Angkasa's

Setelah kurang lebih dua minggu gue menghabiskan waktu di Paris, akhirnya dengan berat hati gue harus meninggalkan negara ini dan balik lagi ke Bandung karena ya gue rasa, udah nggak ada lagi yang bisa gue lakukan disini. Nggak, gue nggak nyerah kok tenang aja. Gue banyak mendapat pencerahan dari banyak orang di sekitar gue, katanya kalau gue emang cinta ya harus gue perjuangin.

Tapi semakin waktu berjalan, semakin gue sadar kalau Jeara butuh waktunya untuk bahagia. Meskipun bukan sama gue, ya nggak masalah. Alasan dia datang ke Paris adalah gue dan gue nggak mau juga jadi alasan dia nggak pulang-pulang karena keinginan gue yang terlalu egois mau dia jadi milik gue lagi.

Kalau sekarang dia maunya sama Arsen, ya gue nggak bisa apa-apa.

Asalkan nanti, dia pulang lagi ke gue akhirnya.

Arsen sama Jeara cuma deket, itu yang gue tau dari Juan. Sekalipun emang Jeara lebih mau ngomong sama Arsen dibanding gue dan lebih mau ketemu sama dia dibanding gue, tapi gue cukup bersyukur mereka nggak jadian. Cuma temen katanya.

Lah gue sama Jeara juga dulu awalnya temen, lama-lama jadian tuh.

"Dapet tiket udah?" Tanya Theo di ambang pintu kamar.

"Udah tapi agak malem gitu sih." Jawab gue.

"Yakin mau pulang?" Tanya Theo lagi.

Gue mengangguk yakin, "Iya. I'll take my visit here as a holiday aja. Gue mau biarin Jeara nata hatinya dulu dan gue juga perlu introspeksi diri kayaknya."

"Tapi, Sa..."

"Gue nggak minta lo buat jagain Jeara kok kali ini."

Theo melihat gue dan tiba-tiba menyambar jaketnya. Menarik gue untuk ikut dengan dia dan sore itu gue sama Theo berakhir di suatu gedung apartemen yang gue nggak tau ngapain kita kesana. Theo melirik ke arah gue yang masih bingung.

"Masuk kesana terus samperin kamar lantai tiga nomor sebelas."

"Kalo ini prank, marah gue sama lo."

Theo tertawa nyaring dan gue langsung aja turun untuk membuktikan bahwa apa yang Theo suruh ke gue kali ini bukan prank. Gue nggak suka banget kalau nanti gue kesana terus udah gue samperin udah gue ketuk eh yang keluar setan. Nggak lucu.

Mata gue mulai mencari-cari kamar nomor sebelas yang agaknya cukup tersembunyi dan ketika gue berhasil menemukannya, gue langsung mengetuk pintu putih itu. Menunggu si pemilik kamar membukakan pintunya untuk gue tapi nyatanya hampir sepuluh menit juga nggak ada apa-apa.

Gue hampir aja mau ngeanjing-anjingin si Theo karena dia kayaknya udah beneran nge-prank gue. Tapi nggak jadi karena pintu itu akhirnya terbuka. Menampilkan sosok perempuan yang gue nggak asing lagi.

"Angkasa?"

Gue tersenyum. Hati gue menghangat.

"Hai."

Jeara Auristela. Gue kangen lo.

──────────────────

Walaupun Jeara terkejut melihat keberadaan Angkasa di hadapannya, dia tetap menyuruh pria itu untuk masuk dan membiarkannya duduk. Memberikannya segelas air dan kemudian duduk berhadapan dengannya.

Jeara tidak berniat bertanya soal darimana Angkasa bisa tau apartemennya karena pasti Theo yang memberitahu. Tidak ada yang tahu tempat tinggalnya selain Theo, Januar dan Arin, serta Arsen yang baru saja tahu kemarin ketika dia terus memaksa Jeara untuk memberitahunya.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang