Special Chapter ─ Uncle Angkasa!

5K 524 31
                                    

Angkasa itu agak kurang suka dengan yg namanya anak kecil. Anak kecil, tepatnya anak kecil yang sudah bisa bicara dan berjalan bahkan berlari. Menurutnya mereka itu berisik dan merepotkan, sulit dan butuh banyak tenaga untuk menjaganya dan Angkasa tidak suka dengan itu.

Dia hanya tidak mau membuang tenaganya sia-sia.

Dia tidak masalah jika harus dihadapkan dengan anak bayi karena mereka lucu dan kalau ketawa pasti nular. Pernah sekali Angkasa datang ke rumah Jeara dan bertemu dengan anak bayi tetangga Jeara yang saat itu dititipkan pada kekasihnya, karena Jeara kebetulan banyak tugas, jadilah Angkasa yang menjaga bayinya. Dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, melelahkan tapi Angkasa suka.

Ah, mengingat hal itu, Angkasa jadi ingin bertemu dengan si bayi lagi rasanya.

"Je, anak bayi tetangga kamu kok jarang kesini?" Tanya Angkasa pada kekasihnya yang kini sedang sibuk di dapur, memasak sesuatu disana.

"Dia udah gede kali ah, kamu terakhir ketemu dia kan 2018. Sekarang ya udah gede, udah masuk paud jadi nggak titip disini lagi." Jawab Jeara.

Angkasa menghela napasnya, sungguh entah ada apa dengan dirinya hari itu, tapi Angkasa benar-benar ingin bermain dengan bayi.

"Pengen punya bayi, bikin yuk, Je?"

Angkasa memang hanya bercanda, tapi berkat candaannya itu sebuah sendok besi melayang dan mengenai dirinya. Jangan tanya siapa pelakunya karena sudah bisa ditebak. Di rumah hanya ada dua orang, kalau Angkasa korbannya maka Jeara pelakunya.

"Ngomong gitu lagi aku siram cream soup."

"Dih galak banget, bercanda kali." Angkasa mengelus lengannya yang terkena lemparan tadi. "Tapi beneran ini kayaknya aku pengen banget punya bayi deh."

"Bondingnya sekarang ganti jadi ke anak kecil deh, di dunia ini semua bayi kan bakal tumbuh jadi anak kecil." Balas Jeara. Mendapat gelengan langsung dari Angkasa.

"Kamu tau kan aku nggak suka anak kecil, mereka berisik banget. Pecicilan juga sukanya bikin aku pusing." Sahut Angkasa. Jeara terkekeh, datang ke meja makan dengan satu panci cream soup buatannya.

"Emang nanti kalau kamu punya anak, anak kamu jadi bayi terus emang? Kan nggak, Sa. Masa nanti anak kamu nggak disukai sama ayahnya sendiri?" Tanya Jeara.

"Anak aku nanti anak kamu juga." Sewot Angkasa.

"Iya-iya anak kita iya." Balas Jeara, menyerah. "Coba deh bonding sama anak kecil juga, lagian mereka lucu kok. Kamu mau kenalan nggak sama mereka? Nanti aku kenalin."

Angkasa terlihat berpikir sejenak, tapi kemudian mengangguk pasrah. Mungkin benar kata Jeara, dia harus mulai menyukai anak kecil karena nanti di masa depan dia pasti berurusan dengan anak kecil, anaknya nanti dengan Jeara.

Jeara tentu saja tersenyum senang. Melirik jam di tangannya dan tertawa riang ketika mendengar bel rumah berbunyi. Dia segera berlari ke arah pintu dan memekik senang ketika melihat tamu yang datang. Angkasa yang merasa penasaran, tetap tidak bergerak dari posisinya. Menunggu Jeara datang dan memperkenalkan siapa tamu yang tiba-tiba datang tanpa memberitahu.

"Itu namanya Uncle Angkasa, tapi kamu panggil dia Uncle Asa aja ya?"

Didengar dari nada bicara Jeara yang sangat lembut, Angkasa tentu mengira bahwa tamu yang datang ini bukanlah tamu biasa.

Dan benar dugaannya.

"Hai, Uncle Asa!"

Anak kecil berumur sekitar lima atau enam tahun kini sedang berada dalam gendongan Jeara. Melambaikan tangannya ke arah Angkasa dan tersenyum lebar. Kemudian memeluk leher Jeara dan menyembunyikan wajahnya karena dia malu saat Angkasa juga tersenyum dan membalas lambaiannya.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang