"Jean, Kak Juan mana?"
Jeara baru bangun dari tidurnya dan hanya menemukan Jean yang berkeliaran di sekitar rumah mencari barang miliknya yang mungkin hilang.
"Nggak tau, tadi pergi. Skripsian mungkin. Biasalah." Jean menghentikan aktivitasnya, gantian menatap Jeara yang juga sedang memperhatikannya dari depan kulkas.
"Apa?" Tanya Jeara.
"Abis putus ya?" Sahut Jean yang membuat Jeara tersedak air minumnya sendiri.
"Sembarangan!" Jawab Jeara. "Siapa bilang?"
"Kak Juan. Katanya gini." Jean membenarkan posisi berdirinya dan mendekati Jeara. Menepuk pundak kakak perempuannya itu, menirukan ucapan Juan padanya sebelum dia pergi. "Jeara habis putus, kamu jangan cari masalah sama dia ya hari ini."
Jeara menghela napasnya pasrah, Juan ini memang sukanya menyebar berita yang tidak-tidak pada adiknya. "Aku nggak putus sama Angkasa. Lagi break aja."
"Sama aja sih, kak. Apa bedanya?" Sahut Jean.
"Ya bedalah. Kamu mana tau sih, udah sana cari lagi barang kamu yang hilang. Aku di depan kalau kamu nyariin."
"Mau ngapain?"
"Nyiram tanaman."
"Udah siang, ngapain nyiram?"
"Berisik ya kamu."
Jean tertawa, setidaknya walaupun Jeara sedang patah hati, sikapnya tetap tidak berubah terhadapnya. Masih menjadi Jeara yang menyenangkan untuk diganggu. Masih menjadi Jeara yang suka sebal dengan adiknya sendiri.
"Tetangga sebelah ganteng lho, siapa tau mau gebet." Jean ternyata tidak kembali mencari barangnya. Dia justru mengikuti langkah kakaknya dan memilih bersantai di kursi teras sembari terus mengganggu Jeara. "Eh nggak jadi deh, udah ada Bang Arsen."
"Ya, suka-suka kamu aja." Jawab Jeara tidak minat.
Jean terus mengganggu Jeara tanpa peduli apakah kakaknya itu menyahutnya atau tidak. Dia hanya berpikir kalau dengan cara ini, Jean bisa menghibur hati Jeara dan membuat Jeara lupa tentang paginya yang buruk.
Tapi rasanya usaha Jean menjadi sia-sia ketika Jazz putih yang dia tau milik Angkasa berhenti di depan rumahnya. Bersamaan dengan seorang wanita yang turun dari sana sendiri dan emosi.
"Biar aku aja yang nemuin, kakak balik nyiram tanaman sana." Kata Jean. Dia langsung bangkit dan menghampiri biang rusuh di depan rumahnya.
"Siapa lo?" Tanya Jean.
"Mana Jeara?! Gue mau ngomong sama dia!"
Jean memandang gadis di hadapannya tajam. "Ngapain nyari kakak gue?"
"Gara-gara dia Kak Asa jadi dipukulin! Kakak lo tuh pasti ngomong aneh-aneh ya sama kak Juan? Ngadu ya dia?! Kurang ajar banget sih!"
"Woi! Lo tuh yang kurang ajar! Seenaknya dateng ke rumah orang terus teriak-teriak nggak tau sopan santun! Cari masalah lo sama gue?"
Perdebatan panjang Jean dan Talitha terus berlangsung, membuat Jeara mau tidak mau menghampiri mereka karena suara berisiknya mampu mengganggu tetangga sekitar. Jeara menepuk punggung Jean menenangkan, menyuruhnya berhenti saat itu juga.
"Kenapa kamu datang kesini?" Tanya Jeara.
"Lo udah ngomong apa aja sama kakak lo sampai dia mukulin Kak Asa, hah?" Sahut Talitha.
"Saya hanya bilang kalau saya sedang break dengan pacar kamu sekarang. Selebihnya dia tau dari teman-teman pacar kamu. Saya sudah melarangnya bertemu Angkasa tapi kalau dia memang benar melakukan apa yang kamu katakan, saya minta maaf atas nama dia." Jawab Jeara. Jean tentu terkejut dengan bagaimana cara Jeara menjawab Talitha. Sangat berbeda dengan Jeara yang dia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]