"Kamu pulang sama Arsen?"
Jeara terkejut ketika dia mendengar suara Angkasa. Dia baru menyadari jika mobil milik Angkasa sudah terparkir rapi di halaman rumahnya dan pemilik mobilnya pun menunggu di depan pintu rumah.
"Ngapain?" Tanya Jeara. "Nggak nganter Talitha?"
"Itu nggak penting, aku tanya kamu pulang bareng Arsen?" Tanya Angkasa.
Jeara mengangguk, "Iya. Kak Juan lagi ada urusan gitu makanya aku pulang sama Kak Arsen."
"Kenapa nggak minta jemput ke aku? Kenapa malah Arsen? Kamu aku telpon berkali-kali juga nggak jawab, pesan aku juga nggak dibaca sama sekali." Sungut Angkasa.
Jeara mendelik, menyadari perubahan sikap Angkasa yang jadi lebih protektif dari biasanya. Angkasa tidak pernah setidak suka ini terhadap orang yang dekat dengan Jeara. Dan ini hanya terjadi jika itu menyangkut Arsen.
Iya, Jeara paham kalau Arsen adalah salah satu orang yang cukup terkenal dengan tingkahnya yang sering kurang ajar serta cap playboy yang tersemat di dirinya karena Arsen punya banyak mantan yang semuanya pernah berhubungan tidak lebih dari lima bulan lamanya. Jeara paham itu, sangat paham. Makanya dia berhati-hati juga dengan Arsen. Tapi bukan berarti Angkasa berhak melarangnya dekat dengan Arsen bukan? Bagaimanapun Arsen itu orang baik, kata Juan terlepas dari sikapnya yang minus itu, Arsen masih orang baik yang peduli pada sekitar. Juan juga tidak protes sama sekali saat melihat Arsen akrab dengan adiknya.
Jadi, Jeara tidak punya alasan untuk menjauhinya jika kakaknya sendiri saja tidak masalah dengan kedekatannya dengan Arsen.
"Aku pikir kamu sibuk sama Talitha, makanya aku nggak ngehubungi kamu." Balas Jeara santai. Gadis itu melangkah melewati Angkasa dan masuk ke dalam rumahnya, mendudukkan diri di sofa ruang tamu dan meregangkan seluruh tubuhnya yang kaku.
"Kamu cemburu sama Talitha?" Tanya Angkasa.
Jeara menatap Angkasa malas. "Iyalah! Mana ada yang nggak cemburu kalau pacarnya tiba-tiba bawa cewek lain gitu. Ih, kamu tu harusnya paham aku nggak jawab pertanyaan kamu tadi pagi itu karena aku nggak mau Talitha ikut tapi nggak enak buat bilang nggak!"
Jeara memukul lengan Angkasa keras, meluapkan emosinya dan membuat Angkasa mengaduh kesakitan. Jeara baru berhenti ketika Angkasa tertawa dan malah memeluk dirinya dari samping.
"Maaf deh, nggak lagi-lagi ngajak orang lain kalau kita jalan-jalan berdua." Kata Angkasa. Jeara hanya tersenyum tipis.
Ada jeda beberapa saat setelahnya. Angkasa tetap pada posisinya dan Jeara yang dibuat terlena. Pelukan Angkasa memang mampu menenangkannya, tapi tidak bisa membuatnya berhenti berpikir tentang mereka kedepannya.
"Kalau aku suruh kamu jauhin Talitha, mau nggak?"
Angkasa melirik Jeara yang masih memandang lurus, "Nggak yakin sih, soalnya dia sama aku juga masih ngurusin event jurusan bareng. Jadi ya harus sering ketemu."
"Tapi aku coba deh buat jaga jarak sama dia, hehe deket-deketnya sama kamu aja."
Jeara mengusak rambut Angkasa senang, membiarkan pacarnya itu bermanja-manja dengannya. Tidak apa, manja dengan pacar sendirj kan tidak salah. Kalau manja dengan pacar orang macam Talitha itu, baru salah.
"Tapi Je, kamu juga jangan deket-deket Arsen dong."
"Iya aku coba."
"Kok gitu?"
"Kamu coba, aku juga coba. Kalau kamu gagal, nanti aku juga gagal."
────────────
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]