duapuluhenam.

4K 658 37
                                    

"Udah semua kan? Nggak ada yang ketinggalan?"

"Iya, kalau ada yang ketinggalan juga ya udah. Aku cuma liburan, bukan pindah."

"Loh kamu kalau mau pindah juga nggak apa-apa lo, Je. Nanti sama Papa disana."

"Ih Papa!"

Bandara terlihat lumayan ramai sekalipun waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sebenarnya Jeara juga bingung kenapa Januar tiba-tiba membatalkan tiket hari Minggu dan justru menggantinya di hari Sabtu malam. Beruntung UAS-nya sudah usai dan dia memiliki waktu luang setelahnya untuk berkemas.

Juan dan Jean yang mengantar mereka malam ini. Arin terpaksa tidak ikut karena urusan dadakan yang membuatnya harus pergi tadi jam delapan. Jeara sama sekali tidak memberitahu Arsen tentang perubahan jadwal keberangkatannya pun juga tidak memberitahu Angkasa apa-apa. Ini sudah hampir menginjak dua Minggu Jeara tidak memberi Angkasa kabar. Ya memang Angkasa terus-terusan mengirimnya pesan dan menanyai keberadaan Jeara pada setiap orang. Tapi Jeara tetap menjaga jarak dengannya.

"Yakin nggak mau kasih tau Angkasa atau Arsen tentang ini? Termasuk semua orang yang dekat sama kamu?" Tanya Juan.

"Kalau aku ngasih tau Aham sama Kak Lukas boleh nggak?" Jean ikut bertanya, karena tiba-tiba teringat kemarin Aham minta bertemu Jeara.

Jeara tertawa, "Kasih taunya kalau aku udah berangkat nanti. Jangan sekarang. Aku nggak mau mereka repot datang ke bandara malam-malam."

Obrolan berlanjut hingga akhirnya berhenti ketika pengumuman terdengar dan mengharusnya Jeara dan Januar untuk segera pergi.

"Jaga diri baik-baik, jangan suka pergi tanpa bilang ke Papa." Ujar Juan.

"Jangan lupa oleh-oleh ya, Kak. Sekalian cari pacar disana juga nggak apa-apa, aku siap punya kakak ipar bule." Sahut Jean.

Baik Jeara, Juan, dan Januar tertawa. Sementara Jean hanya tersenyum dan memeluk kakaknya tidak rela. Walaupun Jean tau Jeara hanya berlibur, tapi entah mengapa dia merasa sangat tidak rela. Kepergian Jeara berarti liburannya akan membosankan karena tidak ada yang bisa dia ajak kemana-mana.

"Jangan lama-lama, Kak. Cepet sembuh buat hatinya, biar pas balik kakak udah nggak apa-apa." Ujar Jean.

Jeara mengangguk, "Pergi ya aku. Dadah."

Jean dan Juan melambaikan tangan mereka. Sempat mengabadikan foto Jeara untuk kemudian mereka masukkan dalam jajaran instastory hari ini. Biar seperti orang-orang katanya.

"Kasih tau jangan nih, Kak?"

"Nggak usah, biar mereka tau sendiri lewat instastory."

──────────────────

Angkasa memandang ponselnya gusar. Mengulang-ulang instastory milik Juan dan Jean demi memastikan bahwa memang Jeara yang terpampang disana. Dia tidak bodoh untuk tidak menyadari bahwa lokasi yang disematkan kecil-kecil disana adalah nama Bandara Adi Sucipto dan jam yang terpampang adalah pukul sepuluh lewat lima belas yang artinya mereka sedang ada disana saat ini.

Lalu, apa maksudnya Jeara pergi malam ini dan tanpa memberitahunya sama sekali?

"Ck! Ah! Harusnya gue tanya dari kemarin." Gumam Angkasa.

Renan yang kebetulan lewat menghampirinya dan memberikan satu gelas air dingin untuknya. "Jeara kan?"

"Lo tau soal ini, Ren?" Tanya Angkasa.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang