tigapuluhempat.

3.8K 563 47
                                    

Angkasa menghela napasnya ketika dia akhirnya bisa melihat pemuda yang menjadi biang dari kecelakaan Jeara malam itu. Meski hatinya tersulut emosi, dia tetap berusaha untuk tenang. Dia sadar ini rumah sakit dan bukan lapangan untuk menghajar orang.

"Kamu yang hubungi saya?" Tanya Angkasa. Pemuda itu mengangguk.

"Kamu juga yang nabrak pacar saya?" Tanya Angkasa lagi.

"Yang itu nggak sengaja, Mas. Maaf ya? Tapi saya nggak akan lari kok! Saya bakal tanggung jawab sampai Mbak Jeara baikan!" Jawabnya.

Angkasa menghela napasnya, "Nama kamu siapa?"

"Arjuna, Mas."

"Sekolah di?"

"Kok tau saya masih sekolah?"

"Keliatan." Angkasa menatap pemuda bernama Arjuna ini tajam. "Ceritain aja gimana kamu bisa tiba-tiba nabrak pacar saya?"

Arjuna menghela napas dan menundukkan kepalanya. "Sebenarnya ini gara-gara temen saya yang gangguin saya pas nyetir. Terus saya waktu itu marahin dia dan nggak fokus sama jalanan. Saya sadar kalau saya nyerempet motor dan pas saya turun buat ngecek, saya dimarahin sama abang ojeknya dan bilang kalau penumpang dia udah pingsan gini. Ya udah saya bawa pacarnya mas kesini buat tanggung jawab juga."

Angkasa mengacak rambutnya stress. Kondisi Jeara yang belum menunjukkan tanda baik-baik saja sungguh membuatnya pusing, ditambah dia harus bertemu Juan dan Jean sebentar lagi dan menjelaskan pada mereka tentang apa yang terjadi.

"Mas, saya minta maaf banget. Saya tau saya salah, jangan lapor polisi ya?" Kata Arjuna, memohon dengan sangat pada Angkasa.

"Soal itu, tunggu pacar saya sad─"

"Angkasa!"

Ucapan Angkasa terhenti ketika suara Juan menggema di lorong rumah sakit, bersamaan dengan langkah kaki mereka yang mendekat ke arahnya. Angkasa menoleh untuk kemudian mendapat tatapan penuh amarah dari Juan.

"Jangan marah ke gue, bukan gue pelakunya." Ujar Angkasa sebelum Juan mulai memarahinya. Juan lantas melirik ke pemuda di samping Angkasa yang kini sedang menunduk, kemudian balik menatap Angkasa yang mengangguk pelan seakan memberinya jawaban atas rasa bingungnya.

"Lo jangan ngamuk dulu. Dia udah ada itikad baik buat tanggung jawab soal Jeara dan udah minta maaf berulang kali ke gue, ya walaupun sebenernya agak nggak tepat juga sih." Cerca Angkasa.

Juan bergantian menatap Angkasa dan Arjuna, kemudian mendekat ke arah Angkasa dan menepuk pundak pria itu. Membisikkan sesuatu yang membuat Angkasa mengangguk.

"Janji sama gue lo jangan bikin ribut." Ujar Angkasa.

"Iya, gue juga tau ini rumah sakit bukan tempat ribut." Jawab Juan.

Angkasa melirik ke arah Jean sebentar, mendapat gelengan langsung dari si objek tatapan. Angkasa kemudian mengangguk lagi dan menghilang di balik pintu kamar Jeara.

Juan memintanya untuk menjaga Jeara, sementara dia dan Jean harus bicara secara langsung dengan Arjuna. Walaupun dia tidak berniat mengancam atau apa, tapi Juan sadar kalau Arjuna sedang ketakutan. Terlihat dari bagaimana dia tidak berniat sekalipun mengangkat kepalanya dan menatap Juan atau Jean.

"Gue nggak bakal macem-macem sama lo, tapi tolong jelasin dari awal."

───────────────────

"Kamu nggak bosen apa merem terus gitu? Aku aja bosen liatnya. Bangun dong, main sama aku." Angkasa memajukan bibirnya beberapa senti, tangannya masih sibuk bermain dengan jari tangan kanan Jeara.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang