sembilanbelas.

4K 697 160
                                    

"Kalau nggak kuat dan butuh bantuan bilang."

Jeara yang tadinya sedang kesusahan membawa buku-buku referensi, merasa ringan setelahnya ketika Johnny datang dan membantunya membawa ke meja tempatnya bekerja.

"Thanks!" Ujar Jeara ketika mereka sampai di meja yang sudah cukup berantakan akibat ulah Jeara dan Lukas hari itu di perpusat.

"My pleasure, hari ini aku lihat kamu diganggu sama temen-temen Talitha?" Tanya Johnny.

"Iya, tapi nggak apa-apa kok, ada Lukas. Kamu sendirian?" Kata Jeara. Johnny tentu menggeleng, kemudian menunjuk ke arah belakang, tempat dimana teman-temannya sedang berkumpul dan yang paling menarik perhatian Jeara adalah ada Angkasa disana, tidak bersama Talitha dan sedang menatap tepat ke arahnya.

"Aku tadi kebetulan mau cari buku juga terus lihat kamu bawa buku banyak banget, bantuin deh. Lukas mana omong-omong?"

"Ke toilet sama sekalian ketemu temennya tadi."

"Oh, mau ditemenin atau?"

"Kamu kesana aja nggak apa-apa, Lukas juga nggak lama kok. Hehe makasih ya, Johnny."

Johnny mengangguk dan tersenyum. Berlalu meninggalkan Jeara untuk kembali bergabung bersama teman-temannya. Jeara pun juga sama, kembali berkutat dengan laptopnya sendiri sampai mengira kalau orang yang baru saja menghampirinya adalah Lukas.

Jeara tidak langsung menyapanya karena Jeara tau kalau Lukas pasti akan kembali fokus dengan tugasnya. Ada jeda cukup lama disana sampai Jeara menyadari kalau Lukas tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk di hadapannya. Jeara mencoba tidak peduli, namun ada sesuatu yang mengganggunya. Dia merasa diawasi oleh Lukas.

"Nggak ngerjain lagi, Kas? Kamu udah sampai yang mana?" Tanya Jeara, tanpa menoleh sedikit pun dari laptopnya. Jari-jarinya masih sibuk bergerak memencet keyboard dan pikirannya juga masih sibuk menyusun kalimat.

"Ini aku, bukan Lukas."

Jeara menghentikan aktivitasnya ketika yang dia dengar bukanlah suara Lukas, melainkan suara Angkasa. Pria itu kini duduk di hadapannya, dengan tatapan yang tidak bisa Jeara artikan, namun yang jelas tatapan yang Angkasa berikan terasa dingin dan menusuk. Membuat Jeara sedikit ciut saat tidak sengaja bertatapan dengan manik legam itu.

"Ngapain... disini?" Tanya Jeara.

"Mau ngobrol, berdua." Jawabnya.

"Oh, oke..." Balas Jeara. Dia tetap mempertahankan fokusnya pada tugas yang sedang dia kerjakan karena Jeara tau, Angkasa pasti akan membahas hal yang tidak lain dan tidak bukan adalah Talitha. Siapa lagi kan kalau bukan dia?

"Tadi Talitha datang ke aku dan dia nangis, katanya banyak yang ngatain dia karena gosip yang udah kesebar hampir di semua mahasiswa. Kamu yang nyebarin?" Tanya Angkasa.

Jeara menggeleng, "Bukan aku. Itu ulah Kak Arsen. Maaf ya, seharusnya aku ngelarang dia buat nggak ngelakuin hal yang bisa merugikan orang lain."

"Oh, bagus deh kalau bukan kamu." Gumam Angkasa.

"Hah, kenapa?" Tanya Jeara ketika dia yakin mendengar Angkasa berbicara tetapi tidak jelas pengucapannya.

"Bukan apa-apa, jadi yang bikin Talitha kena ejekan banyak orang si Arsen?" Balas Angkasa.

"Kalau kamu nggak nyaman, nanti biar aku yang tanggung jawab atas apa yang Arsen lakuin ke pacar kamu. Maaf ya, Angkasa."

Angkasa tersenyum, "Iya, aku cuma mau mastiin aja kalau bukan kamu yang mulai ini semua. Omong-omong, kamu sama Arsen udah jadian?"

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang