"Lo tuh bisa nggak sih berhenti gangguin gue? Udah lima hari sejak lo ngikutin gue terus kemana-mana. Capek tau nggak, gue mau belajar buat UAS besok lusa."
Angkasa mengerang stress setelah dirinya merasa terusik dengan kehadiran Talitha yang terus saja mengikutinya kemanapun dia pergi. Satu hari dua hari dia masih bisa toleran, namun jika terus-terusan seperti ini, Angkasa juga tidak kuat. Entah apa yang membuat Talitha bersikap seperti ini, Angkasa pun tidak paham. Angkasa juga merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya lima hari yang lalu dimana dia dengan tegas mengatakan bahwa dia dan Talitha sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi.
Lalu apa yang membuat Talitha bersikap seperti ini?
"Mau lo apa, sekarang gue tanya. Mau lo apa, hah?" Tanya Angkasa.
"Mau kakak jadi pacar aku lagi." Jawabnya.
"Gila lo ya, mana sudi. Lo udah bohongin gue, tolong sadar. Ngapain masih minta gue jadi pacar, Angga kemarin mungkin cuma satu dari sekian cowok yang jadi pacar lo kan?" Balas Angkasa.
"Nggak! Kak, kemarin aku khilaf. Serius deh. Iya aku ngaku aku salah tapi aku janji nggak akan kayak gini lagi. Plis?"
Angkasa menggeleng, membereskan barang-barangnya dan segera menyampirkan tasnya di pundak. "Sekali nggak, tetap nggak. Berhenti ngikutin gue, udah muak ngeliat lo."
"Kak! Inget! Dulu-dulu kakak bela banget aku, nggak mau jauh dari aku. Kenapa sekarang gini?!" Talitha menghentikan langkah Angkasa dengan menarik tangannya. Membuat pria itu mau tidak mau harus berhadapan dengannya.
"Sadar, yang bikin gue kayak gini siapa. Lo sendiri kan? Yang bikin sayang gue hilang juga siapa. Lo. Lo sendiri yang buat gue berubah jadi gini. Paham? Minggir, gue mau lewat." Angkasa melepas genggaman Talitha dan segera pergi meninggalkannya sebelum dia benar-benar marah. Namun baru beberapa langkah dia pergi, ada satu suara yang cukup mengganggunya. Mengucapkan beberapa pernyataan yang mampu membuatnya mengepalkan tangan menahan emosi.
"Gila si Angkasa, kemarin Jeara yang ditinggalin sekarang Talitha. Bener kali ya kabar dia playboy sama gampang bosen ke cewek. Hati-hati lo jadi korban dia selanjutnya."
"Eh tapi lo tau nggak sih kabar dia putus sama Jeara gara-gara dipelakorin sama Talitha, terus sekarang dia putus juga gara-gara Talitha selingkuh sama yang lain? Mampus tuh dia dapet karma."
Angkasa sebal. Tapi ucapan mereka pun ada benarnya. Tidak ada yang perlu disalahkan karena dari awal ini memang salah dia. Salahnya yang gegabah dalam memutuskan sesuatu yang berakhir membuatnya seperti ini.
"Nggak usah di denger omongan orang. Gue nau minta tolong sama lo." Arsen menarik Angkasa pergi dari sana setelah kebetulan melihatnya saat dia mau keluar gedung untuk menemui Jeara. Dia membawanya pergi ke luar melalui pintu samping. Berhenti tepat setelah menyebrang ke kantin fisip.
"Lo mau minta tolong apa?" Tanya Angkasa.
"Boong doang gue, biar lo bisa pergi dari sana. Kasian liatnya." Arsen mengambil satu kaleng kopi dari tasnya dan memberikan itu pada Angkasa. "Biar lo tenang dikit, mau gue ajak omong nih."
"Ngomong aja kali. Thanks." Angkasa menerima pemberian Arsen. Membukanya dan menyesapnya sebentar sebelum kembali fokus pada urusan mereka.
"Enak nggak dapet omongan kayak gitu?" Tanya Arsen. Angkasa jelas menggeleng, telinganya sudah panas beberapa hari belakangan karena orang-orang yang terus saja membicarakannya di belakang ketika tidak sengaja berpapasan dengannya.
"Lo lagi dapet karma, tau nggak. Karma karena sikap lo dulu ke Jeara dan ke mantan-mantan lo lainnya yang lo tinggalin karena alasan yang sama." Arsen tertawa. "Gue udah hampir tujuh tahun ketemu lo terus, Sa. Udah lama lo gue perhatiin, sejak lo gabung sama OSIS waktu SMA dulu dan jadi wakil gue, gue udah mulai tau sifat-sifat lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]