Hampir delapan belas jam Jeara habiskan di udara. Dia meregangkan seluruh badannya yang pegal karena terlalu lama duduk dan berbaring. Melihat jam tangannya yang kini baru menunjukkan pukul enam sore waktu setempat.
Jeara melangkahkan kaki mengikuti kemana arah Januar berjalan, untuk kemudian mendapatkan bayang-bayang seseorang yang sangat dia kenali. Sosok yang sudah lama tidak dia lihat keberadaannya, entah karena dirinya yang sibuk dengan kuliah atau memang karena orang ini sudah lama tidak datang melihatnya.
Senyum Jeara mengembang, bersamaan dengan lambaian tangan dari Theo yang diarahkan padanya.
"Kak Theo!"
Theodore Raditya. Kakak Aham yang kebetulan teman kecil Jeara dan Lukas, meski usia mereka terpaut lima tahun jauhnya. Theo sukses merantau menjadi salah satu pemilik perusahaan pimpinan Januar, baru dipindah ke Paris sekitar delapan bulan yang lalu dan kini, Januar memintanya untuk menjadi teman Jeara selama liburan.
"Hai, kabar baik?"
"Nggak banget tapi nggak apa-apa! Udah lama nggak ketemu kamu, kemana aja? Sejak jadi tangan kanan Papa, kamu jadi jarang main sama aku."
"Nggak juga, Je. Kayaknya karena kamu fokusnya udah ke Angkasa deh, jadi kita jarang ketemu. Haha, padahal aku sering main ke rumah kamu."
"Ih emang iya?"
Theo mengangguk, kemudian mengambil alih koper Jeara dan berjalan bersamanya menyusul Januar yang sudah lebih dulu pergi.
"Aku kalau ke rumah, cuma ketemu Juan sama Jean. Kamu-nya nggak ada, terus mungkin karena aku pindah kesini dari delapan bulan yang lalu, makanya kamu nggak pernah ketemu."
Jeara terkekeh, "Dih, pindah nggak bilang-bilang. Terus ini kok ke bandara kenapa? Nungguin aku ya?"
Theo hanya tersenyum, kemudian berjalan mendahului Jeara dan mensejajarkan langkahnya dengan Januar. Berbincang sebentar dengan pria paruh baya tersebut dan membiarkan Jeara hanya melihat di belakang. Theo sedikit membungkukkan tubuhnya, kemudian berhenti ketika Januar juga berhenti dan berbalik.
"Jea, Papa langsungan ke kantor dulu ya? Kamu sama Theo nggak apa-apa kan?" Tanya Januar.
"Iya, Papa jangan lupa istirahat." Jawab Jeara. Januar mengangguk dan mengusak kepala anak gadisnya. Tersenyum dan langsung pergi menuju ke mobil yang sudah dia siapkan untuk pergi ke kantor. Sementara Jeara mengikuti Theo menuju mobilnya.
"Mau langsung pulang atau kemana dulu?" Tanya Theo.
"Pulang aja deh, mau istirahat. Tapi besok main sama aku ya?" Jawab Jeara.
Theo tersenyum dan mengangguk. Membiarkan Jeara masuk lebih dulu sementara dia menaruh koper dan barang bawaan milik Jeara dan Januar di bagasi. Theo membuka pintu mobilnya dan menemukan Jeara tengah bersandar pada kaca jendela dengan mata terpejam, Theo tau gadis ini kelelahan dan karena tidak ingin mengganggunya, dia sengaja menyetir dengan hati-hati dan pelan. Membelah jalanan kota Paris dengan musik klasik menemaninya.
───────────────────
"Iya, tapi lagi tidur orangnya. Kalau mau ngomong nanti aja."
"Izin dulu lah, dek. Ya kali langsung kesini. Kalau izin mama papa oke, kakak juga oke."
Jeara terbangun dari tidurnya dan sedikit melenguh ketika lehernya terasa pegal. Dia menyadari bahwa dirinya tidak lagi berada di dalam mobil dan sudah berpindah ke atas sofa
Entah dimana dia sekarang, yang jelas hanya ada dirinya dan Theo yang kini sedang sibuk di dapur dengan ponsel menempel di telinganya.
Jeara masih enggan bangun dari posisinya dan lebih memilih untuk semakin bergelung dengan selimut yang diberikan Theo untuknya. Sementara itu, Theo sudah menyadari kalau Jeara bangun dan segera menghampirinya dengan segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
General FictionAngkasa, kamu itu rumah. Tempat untuk aku kembali nanti, jika takdir sudah membaik untuk kita. [COMPLETED]