#Levi POV
"aku disuruh [Name] untuk menunggangi kuda, selagi dia dan sepupunya sela memeras susu sapi. tidak, bukan disuruh tapi dia tau apa yang aku pikirkan. Mana ada, bawahan menyuruh-nyuruh atasan untuk melakukan sesuatu" batinku
"aku tidak sendirian, aku ditemani bocah yang sedari tadi menatapku. Dan sekarang juga dia sedang menatapku.itu membuatku jengkel dengan tatapannya" batinku lagi
"Nani? (apa?)" tanyaku
"Ah, tidak" ucapnya menatapku sedari tadi.
Kami berjalan menuju lapangan luas didekat perbukitan, kulihat banyak sekali kuda yang dilepaskan begitu saja.
"hasan!!" ucap bocah itu melambaikan tangannya kepada seseorang disebelah sana, lalu orang itu membalas lambaiannya. Sadar keberadaanku, dia melepas topi jeraminya lalu ia letakkan didada, dia membungkuk ke arahku sebagai tanda hormat.
"heichou, kau ingin menunggangi kuda yang mana?" tanyanya menatapku
"apa dia barusan memanggilku heichou?" batinku
"Oh! Jack!" ucapnya setelah melihat seekor kuda putih keabu-abuan mendekat kearahnya.
"Yoshi-yoshii" ucapnya mengelus-elus kudanya itu. lalu dia menatapku.
"ini kuda kesayanganku, namanya jack. Jika kau ingin menungganginya, aku bisa meminta pada hasan untuk menyiapinya. Larinya cepat kok" ucapnya. Tapi mata itu malah memberi isyarat semoga saja aku tidak memilihnya.
"Ah, tidak. Aku yang itu saja." Ucapku menunjuk kuda coklat.
.
"yohoo~ hahaha. Jack, lari lebih cepat." Ucap bocah itu menunggangi kudanya. Kulihat kuda itu mematuhi kata-kata bocah itu, dan larinya begitu cepat.
Aku dan kuda yang kutunggangi ini hanya berjalan santai sambil menikmati pemandangan disekitar sini.
ahh, aku seperti telah menghiyanati kudaku yang dimarkas. Semoga [Name] tidak menceritakan kepada kudaku, karna aku baru saja menunggangi kuda lain.
Aku melihat bocah itu mulai menjauh dengan kudanya.
"apa larimu tidak bisa secepat itu?" ucapku mengayunkan talinya.
Seketika kuda ini seakan-akan mengerti apa yang baru saja ku katakan. Lalu dia berlari menyusul bocah itu didepan sana. Melihat aku mendahului didepannya, bocah itu mempercepat lari kudanya.
"aku tidak akan kalah" gumamnya.
Kami berdua sama-sama mempercepat kuda kami hingga sampai ke perbatasan hutan.
.
Setelah menunggangi kuda terlalu lama, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Aku duduk ditepi sungai bebatuan, kuliat, setelah menyuruh kuda-kuda itu minum, bocah itu membasuh wajahnya ditepi sungai. Setelah itu dia memampiriku dan duduk disebelahku.
Kami terdiam satu-samalain. Bocah itu melempari batu-batu kecil didepannya.
"seperti apa raksasa itu? apa benar mereka memakan manusia?" tanya bocah itu
"aku dengar dari orang-orang, mereka itu menyeramkan. Dan kau salah satu prajurit terkuat yang bisa membunuh raksasa begitu banyak" lanjutnya menatapku.
"apa kau tidak takut dengan raksasa?" tanyanya lagi
"apa kau takut dengan raksasa?" tanyaku balik
"jika apa yang orang-orang bilang itu semua benar, tentu aku takut. Tapi kau hebat yahh, bisa membunuh raksasa seperti itu. aku juga ingin seperti dirimu" ucapnya menunduk. Aku hanya melihatnya tanpa membalas ucapannnya.
.
Malam sudah tiba. Aku meminum secangkir kopi nikmat diatas atap, menikmati pemandangan kota yang penuh dengan lampu-lampu kuning. Aku tidak perduli lagi soal kenny, jika dia menemukanku disini.
Brukkk
"Ahh~ itaii~" ucap bocah itu memegang kepalanya
"Konbanwa, heichou. Hehe " ucapnya menyengir
"bocah itu lagi" batinku. Dia mendekat lalu duduk disampingku.
"kota ini indah ya" ucapnya sambil menikmati angin malam.
"Ya, sebenarnya tidak seindah apa yang dilihat. Hehe" ucapnya lagi.
" Ya! Heichou! , aku dengar kau yang melatih [Name] dengan temanmu. Bagaimana menurutmu? Apa dia sekuat dirimu?" tanyanya antusias
"Dia pernah hampir mati karna terlilit manuver 3Dnya sendiri" ucapku blak-blakkan.
"hontou desu ka?! Ahh~ aku pikir dia akan sehebat seperti kakaknya" ucapnya sambil membaringkan tubuhnya dengan menyilangkan tangan dibawah kepalanya.
"ya jika dia tidak seperti kakaknya, setidaknya [Name] punya caranya sendiri untuk menunjukkan kemampuannya. Dia itu menarik ya" ucapnya
"apa [Name] punya kakak?" tanyaku
"Ya, dia mempunyai kakak laki-laki dan adik laki-laki. Tapi sayang, mereka sudah tiada beberapa tahun lalu karna titan colossal" ucapnya
"Ibu dan ayahnya juga ikut terbunuh, hanya tersisa kami sebagai keluarga [Name]." Ucapnya menatap langit.
"aku masih mengingat betapa kagetnya kami setelah mendengar wall Maria hancur karna titan, terutama ayahku. Dia langsung pergi mencari keluarga [Name] di wall maria. Tetapi prajurit disana berkata orang-orang yang selamat sudah dipindahkan ke wall rose. Dia terus mencari, hingga bertemu [Name] ditempat pengungsian. Hanya saja ayahku menemukan [Name] seorang diri duduk lesu dipojokkan. Ayahku bertanya dimana keluarganya dan terutama saudara laki-laki ayahku. [Name] hanya memperlihatkan tatapan kosongnya ke arah ayahku, menyadari itu ayahku langsung menangis dan memeluk [Name]. ayahku sangat menyayangi saudara laki-lakinya itu, ayahnya [Name]. Hubungan meraka sangat dekat sebagai kakak-adik " jelasnya panjang lebar.
"tapi syukurlah [Name] tidak apa-apa." ucapnya bangkit dari tidurnya.
"aku tidak menyangka, [Name] mengikuti langkah kakaknya sebagai pasukkan pengintai"
"apa kakaknya [Name] dulunya prajurit?" tanyaku sedikit penasaran.
"Ya, kakak [Name] dulunya prajurit pasukkan pengintai. Dia memiliki trik khusus untuk membunuh titan dan menjadi salah satu prajurit terkuat. Tidak heran dia menjadi kapten diregunya. Bukankankah kakaknya [Name] temannya komandan erwin? apa kau tidak tahu itu?" tanyanya
" aku tidak tahu, [Name] tidak pernah berbicara tentang itu"
"ehh~ apa [name] sengaja tidak ingin memberi tahumu" ucapnya berdiri
"sebaiknya, kau cepat tidur kapten. Oyasumi" ucapnya masuk kedalam melalui jendela kamarku.
Setelah dia pergi, aku masih meminum secangkir kopiku yang sudah mendingin.
"Oh! Kapten" sahut seseorang yang tidak familiar dipendengaranku.
"Kapten, apa kau tidak kedinginan disana? Ohya bagaimana dengan berkudanya tadi? apa menyengkan, kapten?" ucap [Name] berbicara di tepi jendela kamarku.
Aku menghelas nafas berat, kenapa dia selalu melanggar apa yang aku perintahkan.
"berhentilah memanggilku kap-" ucapku terputus
"ohh baiklah, Levi-kun. Ahh tidak-tidak, Levi-chan. Ah itu terlalu imut. Levi-senpai, Levi-sensei. Apa lagi ya" ucapnya mengejekku.
"Ah! Levi-Onichan!"
"BERHENTILAH MEMANGGILKU SEPERTI ITU!!!" ucapku
"KYYAAAA!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
A story in a book ( Levi Ackerman x Reader)
Fantasía"kami seperti ini bukan kewajiban atau paksaan dari pihak lain. Kami seperti ini adalah pilihan yang kami ambil dalam hidup" . Dipublikasikan 1 Januari 2019🚫 🚫Mohon tidak mencopy🚫