💔Enam

8.9K 503 4
                                    

Selamat membaca...
        .
        .
        .

Menangislah jika itu bisa membuatmu menjadi lebih tenang.

_______

Setelah berpamitan pada Kiyai dan Bu Nyai juga para penghuni pesantren. Kini Afiad dan Ashira pun sudah berada di gerbang pesantren. Untuk pulang bersama Abah dan Umi mereka.

"Afiad, kamu dan istri mu bawa mobilnya Umi sama Abah, ya!"

Pinta Umi Afiad tersenyum pada anak dan menantunya. Ashira tidak bergeming dan hanya terdiam. Kembali dia mengingat saat di mana dia menyaksikan keluarga Shauqi membawa pulang Anisa beberapa malam yang lalu.

Mengingat semua itu membuat dada Ashira kembali bergemuruh menahan sesak. Matanya kembali terasa panas, pertanda hujan akan segera turun dari kelopak netranya. Namun, sekuat tenaga Ashira menahan bulir bening itu agar tidak kembali jatuh.

Meskipun, semua rasa sakit tidak sedikitpun pudar di hatinya. Semua tentang Shauqi masih leluasa bertahta memenuhi relung hati Ashira.

"Bersama Umi dan Abah juga kan?" tanya Afiad masih belum mengerti maksud Uminya.

"Bukan, Nak. Kalian berdua saja yang menumpangi mobilnya Umi sama Abah. Biar kami berdua ikut mobilnya besan,"

jawab Umi Afiad yang di angguki oleh orang tua mereka. Abah dan Umi Ashira pun setuju akan hal itu.

Sedangkan, Ashira hanya menunduk melamun di samping Afiad. Dia sibuk dan kalut dengan pikirannya sendiri.

"Hmm...baiklah," jawab Afiad yang menyetujui permintaan Uminya.

"Yasudah kalau begitu, kalian berdua hati-hati. Kamu jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya ya, Nak!"

Pesan Umi Afiad yang di balas anggukan oleh putranya. Sekilas Afiad melihat kearah istrinya yang hanya menunduk tak bergeming sedikit pun memegang tas jinjing dan juga menggendong sebuah tas di pundaknya.

Afiad yang sudah paham dengan apa yang sedang di pikirkan oleh istrinya  itu langsung merampas tas jinjing yang di pegang Ashira agar istrinya sadar dari lamunannya. Yang sontak langsung membuat gadis itu mendongak menatap suaminya.

"Eh..." Ashira gelagapan, buyar dari lamunannya saat Afiad mengambil tas yang Ashira pegang.

"Nak, kamu ikut suami mu ya. Mertuamu akan ikut mobil Umi dan Abah,"

ucap Umi Ashira menghampiri putrinya lalu mengecup lembut kening Ashira.

"Berdua Umi?" tanya Ashira bingung. Menatap Afiad dan Uminya sekilas bergantian.

"Iya sayang, cup." Umi Ashira kembali mencium keningnya tersebut. Yang sudah seperti orang linglung kebingungan, karena kalut dengan pikirannya sendiri sedari tadi.

"Hmmm...baiklah," jawab Ashira mengangguk. Tanpa membantah ucapan Uminya.

Karena Ashira tahu tidak ada gunanya juga membantah ucapan sang Umi. Toh, bukan hal aneh jika dia dan Afiad hanya berdua dalam satu mobil. Karena mereka sudah menjadi suami istri.

"Yasudah ayo masuk!" Pinta Afiad membukakan pintu mobil untuk Ashira. Sedangkan, orang tua mereka hanya tersenyum melihatnya.

Menganggap kalau putra putri mereka baik-baik saja. Tanpa ada yang tahu pergulatan batin di antara keduanya.

Umi Ashira segera meminta putrinya untuk masuk mobil, menunjuk pintu mobil yang sudah terbuka untuk sang putri dengan pandangan netranya.

"Sana!" Pinta Umi Ashira. Ashira hanya mengangguk manut. Dan segera memasuki mobil. Sekilas dia tersenyum pada Afiad. Setelah dia duduk manis di dalam mobil.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang