💔Empat puluh

6.6K 366 19
                                    

Selamat membaca . . .
.
.
.
Sebab mencintai tak selamanya bisa memiliki. Saat suratan takdir mulai kembali menguji.
___________

Siang itu langit terlihat mendung. Awan hitam bergelayut manja di udara. Menutup sinar mentari yang sempat menyinari bumi dengan hangat.

Ashira dan Afiad masih terus duduk di trotoar depan masjid. Menikmati jajanan telur gulung yang mereka beli tadi. Seakan membuat mereka lupa waktu untuk segera pulang. Padahal hari sudah semakin siang, di tambah langit yang sudah mulai memburam.

Seakan membawa pesan bahwa sebentar lagi hujan akan turun, datang berjunjung. Untuk membasahi bumi yang terasa gersang.

"Mendung ya, Kak." Ucap Ashira memandang kearah suaminya sekilas. Seraya menikmati telur guling di tangannya.

"Iya." Balas Afiad menatap jauh pada awan diatas sana. Yang sudah di liputi warna kelabu. Bersama desir angin yang mulai terasa dingin, saat menyapu kulit.

"Mungkin sebentar lagi akan turun hujan." Sambung Afiad. Yang di balas anggukan oleh Ashira. Seraya meminum es kelapa muda yang tadi juga di belinya. Di penjula kaki lima yang masih setia berjualan di depannya. Di depan gerbang masjid tersebut.

"Mau pulang tidak?"

Tanya Afiad memandang Ashira. Menghabiskan telur gulung terakhirnya, lalu Afiad beranjak dari duduknya, membuang plastik bungkus telur gulungnya pada tong sampah yang berada di dekat gerbang masjid tersebut.

"Menurut Kakak? Mau segera pulang atau tidak?" tanya Ashira balik, seraya terus saja menikmati setiap telur gulungnya yang masih tersisa beberapa tusuk.

"Terserah kamu saja. Ini sudah mulai gerimis. Kalau mau pulang ya ayok
Tapi kalau ..."

"Kita berteduh saja dulu di teras masjid ayok!"

Ajak Ashira dengan cepat. Beranjak dari duduknya seraya menarik tangan Afiad untuk kembali memasuki halaman masjid. Dan duduk bersantai di teras masjid. Saat gerimis mulai turun menyapa bumi. Sebelum akhirnya rintik hujan datang menyusul menyempurnakan setiap tetes air yang jatuh.

Ashira dan Afiad berlari kecil menuju teras masjid. Dimana banyak orang-orang menghabiskan waktu disana. Meskipun hanya sekedar untuk menghabiskan waktu luang, atau sekedar ingin menikmati angin yang berdesir merdu. Mengibarkan setiap jilbab panjang yang digunakan para muslimah yang juga ikut duduk disana.

Afiad mengambil tempat di bagian pojok utara masjid tersebut. Duduk bersama. Berbau dengan beberapa orang yang juga sedang bercengkrama bersama keluarga dan teman-teman mereka. Menikmati setiap angin yang berdesir lembut, membawa harum aroma tanah yang mulai menyeruak saat tetes demi tetes rintik hujan mulai berjatuhan menyentuh tanah yang awalnya terasa gersang.

"Dingin, Ra?"

Tanya Afiad saat mereka sudah duduk bersila. Menyandarkan tubuh pada sebuah tiang besar, yang berdiri kokoh di masjid tersebut. Ashira hanya mengangguk pelan, menanggapi pertanyaan suaminya. Sambil meminum es kelapa mudanya yang tinggal separuh. Sedangkan, telur gulungnya sudah wanita itu habiskan tadi. Sebelum akhirnya ia memasuki halaman masjid.

"Pakai ini dulu. Soalnya Kakak tidak bawa jaket tadi."

Afiad membuka sorban yang tadi melingkar di lehernya. Lalu pria itu meyampirkannya di bahu snag istri. Agar Ashira merasa lebih hangat. Karena tak mungkin ia mendekap tubuh istrinya di tengah ramainya orang-orang yang berada di teras masjid tersebut.

Afiad sengaja menggunakan sorban tersebut dari rumah, untuk menghangatkan tubuhnya tadi yang merasa sedikit menggigil di pagi hari. Sebelum tadi pagi ia pergi kerumah sakit untuk menjenguk keadaan Anisa, yang baru saja mengalami keguguran.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang