💔Tiga puluh tujuh.

6.6K 343 0
                                    

Selamat membaca . . .
.
.
.

Kebahagian hanya milik mereka yang berhasil melewati ujian.
_________

Dengan lembut tangan lelaki itu mengusap pucuk kepala istrinya yang berkeringat. Menyalurkan rasa hangat dan kasih sayang, pada wanita yang kini menjadi penghuni ruang hatinya yang sempat renggang.

"Masih pusing?" tanya Afiad lembut. Menatap netra hitam pekat yang tengah bersibobrok dengan netranya. Ashira hanya mengangguk lemas. Setelah beberapa menit lalu ia baru saja tersadar dari pingsannya.

Tiba-tiba pintu kamar mereka terbuka. Menampakkan wujud wanita separuh baya yang menghampiri mereka di ranjang. Membawakan segelas teh hangat, untuk menantunya yang sedang terbaring lemas.

"Ini, Nduk tehnya. Diminum dulu ya."

Ummi Afiad duduk di tepi ranjang, di sisi Ashira yang terbaring. Wanita itu hanya mengangguk lemas. Memandang mertuanya dengan tatapan sayu.

Ashira berusaha bangun dari pembaringannya. Dan dengan cepat Afiad membantunya untuk menyandarkan tubuh istrinya di ranjang. Seraya mengganjal bagian punggung Ashira dengan bantal.

"Yasudah. Ini, Nduk. Minum dulu!"

Ummi Afiad memberikan segelas teh hangat yang baru saja di buatnya untuk Ashira.

"Terima kasih, Mik." Balas Ashira mengambil segelas teh hangat yang di sodorkan mertuanya. Ummi Afiad hanya mengangguk dan tersenyum.

Ashira meminum teh habgat tersebut. Untuk mengurangi mualnya. Setelah beberapa menit lalu ia juga suda mneghirup aroma minyak kayu putih. Untuk mengurangi rasa pusingnya.

Ashira memberikan gelas teh hangat yang tinggal separuh pada suaminya. Afiad pun menempatkan gelas tersebut di meja nakas, di samping kanan ranjangnya, yang bisa langsung di jangkau dengan tangan.

"Bagaimana? Pusingnya sudah mendingan?" tanya Afiad lembut. Yang hanya di balas anggukan pelan oleh istrinya.

"Syukurlah kalau begitu."

"Yasudah. Kalau begitu Ummi keluar dulu ya. Kalian istirahatlah. Besok pergilah ke dokter. Periksa keadaanmu, Nduk."

Sambung Ummi Afiad yang mengelus lembut pucuk kepala menantunya sekilas. Ashira dan Afiad hanya mengangguk bersamaan.

"Inggih, Mik. Terima kasih."

"Iya, Nduk. Sudah sekarang kembalilah istirahat. Malam sudah sangat larut. Kamu mungkin kelelahan hari ini. Makanya sampai pingsan tadi. Tidur ya, Ummi keluar dulu."

"Inggih, Mik."

"Assalamu alaikum."

"Waalaikumu salam," jawab Afiad dan Ashira bersamaan. Lalu, ummi Afiad pun beranjak keluar dari kamar putranya. Meninggalkan putra dan menantunya untuk istrirahat.

"Yasudah. Kalau begitu, ayo kita tidur," ucap Afiad. Ashira hanya mengangguk manut. Lalu, kembali membaringkan tubuhnya, di samping sang suami.

"Jangan lupa baca doa ya." Pesan Afiad tersenyum.

"Iya." Balas Ashira membalas senyuman suaminya dengan hangat.

Afiad menutupi tubuh Ashira dengan begitu telaten. Mengelus lembut pucuk kepala istrinya, seraya tersenyum hangat. Lalu, mematikan lampu utama dan menghidupkan lampu tidur. Hingga cahaya remang menerangi kamar mereka.

"Selamat tidur sayang. Mimpi indah ya. Cup."

Afiad mengecup lembut kening istrinya dengan sayang. Lalu ikut membaringkan tubuh di samping Ashira. Mendekap tubuh wanitanya dengan hangat. Menumpukan dagu di atas kepala istrinya. Sedangkan, Ashira sudah mulai terlelap, hingga dengkur halusnya mulai terdengar lirih dan teratur.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang