💔Sebelas

8K 450 9
                                    

Selamat membaca...
        .
        .
        .

Tetawalah dan tersenyumlah dengan gembira. Selagi kamu masih mampu untuk melakukannya. Meskipun, terkadang luka dan derita sedang menjerat dan mendera.
__________

Tidak ada yang bisa mencegah sebuah rasa untuk hadir menyelinap dalam ruang hati. Karena ia datang dengan sendirinya tanpa bisa kita prediksi.

Pun, tak ada yang bisa memaksa seseorang untuk mencintai. Karena rasa cinta yang di paksakan pada akhirnya tidak akan pernah bisa bersemi dalam kebahagiaan. Yang ada malah akan semakin layu dan mati hari demi hari.

Sama halnya dengan yang di alami oleh Anisa dan Shauqi. Anisa yang mencintai Shauqi dengan sendirinya. Dan Shauqi yang belum juga bisa mencintai Anisa dan melupakan perasaan masa lalunya.

Karena perasaan cinta yang masih leluasa bertahta di relung hatinya masih setia menasbihkan nama Ashira. Meskipun, sudah berulang kali Shauqi menepis nama itu. Terlebih sekarang dia sudah hidup dan tinggal serumah dengan istrinya yang tak lain adalah sahabat Ashira.

"Nak, suamimu sudah bangun?" tanya Umi mertua Anisa saat mereka sedang sibuk berkutat di dapur menyiapkan sarapan pagi.

"Inggih, sudah Umi," jawab Anisa singkat sembari tersenyum pada Umi mertuanya yang sedang memotong sayuran.

Sedangkan, Anisa membuat sambal terasi yang kata Umi mertuanya Shauqi sangat suka dengan sambal tersebut.

"Bagaimana tadi malam?" Kembali Umi mertuanya  bertanya sambil tersenyum simpul pada Anisa.

Anisa yang mendengar pertanyaan sang mertua langsung terpaku sejenak menghentikan kegiatannya mengulek sambal.

Dia hanya menunduk dan tersenyum malu mendengar pertanyaan mertuanya. Yang membuat Anisa mengingat kejadian semalam. Dimana Shauqi mengecup pipinya untuk yang pertama kali. Dan menjanjikan malam penuh cinta bersama Anisa. Entah kapan itu.

"Biasa saja, Umi." jawab Anisa lirih tertunduk dengan senyumnya yang malu-malu.

Umi mertuanya menatap Anisa dengan senyuman yang sulit di artikan. Seakan paham dengan perasaan menantunya yang sedang menahan malu.

"Umi harap. Umi bisa segera menimang buah hati kalian." Sambung mertuanya yang seketika membuat Anisa terpaku.

Ada rasa bahagia dalam hati Anisa, karena kebaikan dan hangatnya ibu mertuanya. Yang tak kalah hangat dari sikap dan kasih sayang Uminya sendiri di rumah.

Namun, juga ada rasa ngilu yang menjalar di hati Anisa karena ucapan Umi mertuanya tersebut. Mengingat bagaimana Shauqi semalam hanya mengecupnya singkat. Tanpa, ada basa-basi atau sekedar rayuan. Membuat Anisa murung memikirkannya.

Ia paham, kalau Shauqi akan begitu sulit menyentuhnya. Apalagi sampai menjamahnya secepat ini. Anisa tahu, kalau Shauqi masih sangat mencintai Ashira. Dan itu akan membuat suaminya sulit untuk menyentuhnya.

"inggih, doakan saja Umi." Balas Anisa dengan seulas senyum di bibir yang ia paksakan membias.

Karena ia tahu. Shauqi tidak akan secepat itu berubah hangat padanya. Terbukti dari beberapa hari mereka menikah sebelum melakukan resepsi. Shauqi bersikap sangat dingin pada Anisa. Hanya tadi malam saja pemuda itu bersikap sedikit hangat hingga mau mengecup pipi istrinya, itupun sangat singkat.

Karena tidak ingin melukai perasaan wanitanya. Memang wanita yang mana yang tidak akan bersedih dan sakit hati, jika di malam pertamanya dia harus di acuhkan dan tidak di hiraukan? Setidaknya, sikap Shauqi tadi malam tidak akan melukai perasaan Anisa begitu dalam. Itulah yang  ada di pikiran Shauqi semalam hingga ia menjajikan malam penuh cinta yang ia sendriri pun tidak tahu kapan malam itu akan ia wujudkan.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang