💔Dua puluh empat

7.3K 408 1
                                    

Selamat membaca...
.
.
.

Perlahan namun pasti. Bahagia akan segera datang menghampiri, setelah sekian lama kita menanti dengan sabar dan teguhnya hati.
_________

Desau angin di malam hari, sedikit mampu menghilangkan kesunyian malam yang tengah menyelimuti. Udara pun terasa begitu dingin, sebab desau angin yang lumayan kencang, menggoyangkan dedaunan yang melambai-lambai.

Afiad menatap lamat wajah teduh Ashira yang kini tengah terlelap pulas di sampingnya. Pemuda itu menyangga kepalanya dengan satu tangannya, dengan posisi miring menatap wajah cantik istrinya.

Seulas senyum manis tersungging di bibir Afiad. Menggores lekukan indah di wajahnya yang manis dan tak bosan untuk di pandang. Sesekali, tangannya menarik dan membenarkan selimut istrinya agar Ashira terasa lebih nyaman.

"Heum...cantik." gumamnya pelan, menatap lamat wajah istrinya.

"Kamu lelah ya, Ra? Lelah dengan luka-luka mu selama ini, yang tak kunjung kering hingga kini."

"Tapi, tenang saja Ashira. Selama aku masih ada, aku akan selalu memperjuangkanmu untuk terus bahagia. Sampai kamu benar-benar bisa jatuh cinta kembali. Entah padaku atau pada lelaki lain nantinya. Di saat aku sudah tidak ada lagi di samping mu."

Lanjut Afiad tersenyum sekilas, menatap wajah istrinya dengan lamat. Memandangi wajah teduh Ashira saat tertidur, dan terlihat sangat tenang dengan deru nafasnya yang teratur.

Cup!

Afiad mendaratkan satu kecupan singkat di dahi istrinya, lalu tersenyum memandanginya.

"Semoga mimpi indah istriku," ucap Afiad lirih di dekat telinga istrinya. Lalu ia pun merebahkan kepalanya, berbaring di samping Ashira seraya masih saja terus tersenyum memandang wajah Ashira. Setelah itu, Afiad pun memejamkan mata untuk ikut terlelap bersama istrinya. Menjelajahi petualangan di alam mimpi.

Tak ada yang istimewa di malam pertama mereka. Seperti di cerita-cerita dalam novel romansa cinta, dimana malam pertama biasanya menjadi kenangan paling indah diantara keduanya. Tapi, berbeda dengan Afiad dan Ashira, yang hanya melewatinya dengan tegur sapa dan candaan semata. Tanpa mereka sadari, bahwa sejak malam itulah kisah mereka akan bermula.

******

Disaat Afiad dan Ashira sedang terbuai dan terlelap dengan alam mimpinya, dimalam pertama mereka yang sederhana. Berbeda halnya dengan Shauqi dan Anisa yang masih belum memejamkan mata, dan masih sama-sama terjaga.

Laki-laki itu sedang menyuapi istrinya yang hanya terbaring lemah di ranjang. Dengan wajah pias dan pucat pasi. Membuat wanita itu terasa begitu lemas sejak pagi hari.

Itulah kenapa Anisa dan Shauqi tidak hadir ke acara Ashira dan afiad. Karena kondisi Anisa yang kurang sehat. Asam lambung Anisa kambuh di sertai demam yang lumayan tinggi sedari tadi siang. Membuat Shauqi harus esktra menjaga istrinya dan tidak pergi bekerja ke mebel Abahnya pun tidak jadi menghadiri acara Afiad dan Ashira.

"Sudah, kak. Aku sudah kenyang," tolak Anisa menggeleng pelan. Saat sesendok bubur Shauqi sodorkan untuk yang kesekian kalinya pada Anisa. Agar wanita itu makan malam dulu sebelum tidur. Karena tadi, Anisa tidak ikut makan malam bersama keluarganya di sebabkan ia yang sedang sakit.

Maka dari itu sebelum Anisa tidur, Shauqi membawakan bubur buatan Umminya untuk makan malam Anisa.

Shauqi menarik nafas gusar dan menatap istrnya lamat. Ia pun menepatkan mangkuk bubur yang di pegangnya di meja nakas samping Anisa. Lalu, Shauqi pun mengelus lembut pucuk kepala Anisa dengan sayang.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang