💔Tiga puluh tiga

6.9K 373 4
                                    

Selamat membaca. . .
.
.
.

___________

Pagi yang cerah dengan sinar sang surya yang menyeruak masuk lewat celah-celah jendela kamar Anisa. Saat wanita itu menyibak tirai kamarnya. Seraya sambil menghirup aroma segar di pagi hari. Dimana tetes-tetes embun bergelayut manja di pucuk dedaunan.

Sesekali Anisa memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Sejak subuh tadi, selepas ia menunaikan sholat shubuh. Lalu, beranjak ke dapur membantu ummi mertuanya menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga mereka. Tak jarang Anisa juga mual-mual seketika, saat aroma masakan atau bawang menusuk indra penciumannya. Sehingga ia harus berlari kearah wastafel di dapurnya beberapa kali. Untuk memuntahkan sesuatu yang bergejolak di perutnya. Meski, tetap saja tak ada apapun yang ia muntahkan. Kecuali cairan benig salivanya.

Setelah menyibak tirai jendela kamarnya. Anisa beranjak ke arah ranjangnya merapikan bantal juga selimutnya yang masih berserakan. Yang masih belum sempat wanita itu rapikan sejak tadi. Karena ia yang langsung beranjak menuju dapur. Saat mentari mulai menyingsing di ufuk timur. Menampakkan bias-bias cahaya keemasaannya. Yang menghias indah langit pagi.

Sedangkan, sang suami sedang melakukan ritual paginya di kamar mandi. Setelah ia menyesap lemon tea buatan istrinya. Membiarkan Anisa berkutat dengan pekerjaan yang ia lakukan. Sedari tadi. Menyapu lantai kamarnya, menyibak tirai jendela lalu merapikan tempat tidur mereka.

Anisa mengganti seprai dan selimut di kasurnya. Memasukkannya kedalam keranjang pakaian kotor. Lalu mengganti dengan seprai yang baru berwarna abu-abu. Sesekali wanita itu terus saja memegangi kepalanya yang terasa amat pening. Juga menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangannya, saat ia merasakan gejolak dalam perutnya. Anisa terduduk di kursi riasnya, memegangi kepalanya. Saking tidak kuatnya wanita itu menahan pening di kepala.

Bahkan, Anisa pun juga belum selesai sepenuhnya mengganti seprai dan merapikan tempat tidurnya. Tapi, dia sudah benar-benar tidak kuat dengan rasa pusing di kepala. Hingga tak lama kemudian. Tubuhnya merosot dari kursi riasnya tempat ia duduk. Dan dalam seketika, wanita itupun sudah tak sadarkan diri. Tergeletak di lantai kamarnya.

Tak lama kemudian. Shauqi pun keluar dari kamar mandinya dengan sebuah handuk yang sudah melilit tubuhnya, hingga batas pinggang. Saat ia sudah selesai dengan ritual pagi harinya. Yang selalu menjadi kebiasaannya setiap pagi. Mandi sebelum sarapan pagi, itu sudah kebiasaan Shauqi selama ini.

Laki-laki itu menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil di tangannya. Sebelum pada akhirnya ia sadar bahwa istrinya sudah tergeletak di lantai. Hingga ia memekik dari depan pintu kamar mandinya, tanpa menutup kembali pintu kamar mandi tersebut.

"Nisa...!" Pekik Shauqi seketika. Saat ia mendapati sang istri sudah tergeletak tak sadarkan diri di lantai. Di dekat kursi meja riasnya. Shauqi pun membuang handuk kecil di tangannya ke sembarang tempat. Lalu, ia pun segera berlari menghampiri istrinya yang sudah tergeletak.

"Nis... Nisa sayang."

Shauqi memangku kepala istrinya di pangkuannya. Seraya menepuk-nepuk pelan pipi Anisa, berusaha untuk membangunkan wanita tersebut. Namun, tetap saja Anisa tak bereaksi apa-apa.

"Sayang...bangun, sayang. Nis, ini Mas sayang. Bangun, Nis."

Shauqi mengguncang pelan tubuh istrinya yang sudah tidak sadarkan diri di pangkuannya. Rawut ke khawatiran terpancar jelas di wajah laki-laki tampan tersebut. Seraya terus berusaha membangunkan sang istri yang tengah pingsan di pangkuannya.

"Nis. Bangun sayang. Nisa..!"

Anisa tetap tak bergeming dan tak bereaksi apa-apa. Meski suaminya sudah menepuk-nepuk pipinya, dan mengguncang pelan tubuhnya.

Dzikir cinta Ashira💔 {Romansa Islami}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang